Salin Artikel

40 Hari Buron, Sukarni Terduga Pembunuh Selingkuhan di Malang Tewas Gantung Diri

Sukarni menjadi buron karena ia diduga melakukan pembunuhan terhadap seorang perempuan berinisial L (33).

L dibunuh secara sadis oleh Sukarni di Desa Lebakharjo pada Minggu (18/1/2022).

Pembunuhan diketahui oleh warga saat anak korban keluar dari rumah pada Minggu pagi jam 07.15 WIB sambil berteriak ketakutan.

"Saat itu anaknya keluar rumah. Dia bila 'mamaku dibunuh, mamaku dibunuh'. Kemudian warga memeriksa ke dalam rumah L," ujar Sumarno, Kepala Desa Lebakharjo, Senin (19/12/2022).

Warga yang akan masuk ke dalam rumah, melihat Sukarni dengan tangan bersimbah darah memegang pisau keluar dari rumah korban.

Belum sempat ditangkap, Sukarni lari ke arah perkebunan. Sementara L ditemukan bersimbah darah dengan luka parah di leher dan ia dinyatakan meninggal dunia.

Korban sempat kabur dengan Sukarni ke Batam

Diduga pembunuhan ini terkait dengan cinta segitiga yang melibatkan L dan Sukarni.

Sumarno mengatakan hubungan antara L dan Sukarni cukup dekat walaupun L sudah memiliki suami sah.

Bahkan L sempat kabur bersama Sukarni ke Batam. Dari hubungan asmara tersebut mereka memiliki anak berusia dua tahun.

Hubungan L dan Sukarni mulai retak selama tinggal di Batam. Puncaknya adalah L kembali pulang ke Malang dan meninggalkan Sukarni.

"L baru pulang ke suaminya. Baru beberapa hari di rumah suaminya, ternyata dia dibunuh. Diduga pelaku tidak terima L pulang ke rumah suaminya," katanya.

L diketahui baru 2 minggu tinggal di rumah N, suami sahnya. Saat kembali di rumah, L kerap diteror oleh Sukarni melalui gambar, video, serta pesan suara yang berisi ancaman untuk dibunuh.

Hingga akhirnya Sukarni dari Batam pulang ke Jawa. Ia kemudian masuk ke rumah L secara diam-diam pada Minggu (18/12/2022) pukul 07.00 WIB.

Saat bertemu, Sukarni langsung melukai leher L dan menusuk dada perempuan 33 tahun itu dengan pisau. Setelah itu ia lari ke belakang rumah menuju hutan.

"Sampai dengan saat ini kami belum bisa pastikan, namun yang jelas dari hasil penyisiran maupun hasil lidik tersangka diperkirakan masih berada di atas bukit di dalam hutan," ungkap Wahyu, Rabu (21/12/2022).

Polisi kemudian melakukan penyisiran area perbukitan dan juga Pantai Licin.

Empat puluh hari berlalu, Sukarni ditemukan tewas gantung diri pada Selasa (31/1/2023). Lokasinya di belakang SD Negeri Lebaksari, kecamatan Ampelgading yang lokasinya tak jauh dari rumah korban.

"Kemarin ditemukan orang meninggal dengan cara gantung diri di belakang SDN Lebaksari. Setelah dilakukan olah TKP ternyata orang tersebut adalah Sukarni, pembunuh yang kami cari," ungkap Kasatreskrim Polres Malang, IPTU Wahyu Risky Saputro.

Wahyu menyebutkan, dalam upaya pencarian Sukarni dilakukan pengejaran selama 40 hari. Proses pencarian pelaku membutuhkan waktu lama karena medan pencarian cukup berat.

"Medannya susah. Di sana ada bukit, pantai, dan sungai. Bahkan medan sulit dan belum dijamah oleh warga sekitar," terangnya.

Namun, selama pencarian tersebut polisi meyakini bahwa Sukarni masih berada di sekitar lokasi kejadian.

Bahkan, minggu pertama usai melakukan pembunuhan, Sukarni diketahui sempat tidur di depan SDN Lebakharjo.

"Minggu pertama lidik, tersangka tidur di depan SD, petugas melakukan penggerebekan namun tersangka melawan lalu kabur," terangnya.

Polisi sempat mengejar pelaku hingga naik ke atas bukit dan memberikan tembakan di kaki kanannya. Namun, tersangka kabur masuk ke dalam hutan.

"Karena kondisi pengejaran jam 3 pagi, kami terkendala medan juga. Keesokan harinya kami kerahkan anjing pelacak untuk mencari, namun terkendala cuaca," ungkapnya.

Tak berhenti begitu saja. Polisi masih terus melakukan pencarian di sekitar lokasi kejadian.

Hingga akhirnya, pada 30 Januari 2023, warga memberitahu polisi jika ada gua di balik bukit yang disinyalir menjadi tempat persembunyian Sukarni.

Gua tersebut jauh dari pemukiman, bahkan untuk menuju ke gua tersebut harus melintasi medan yang cukup sulit. Selain itu gua tertutup ditumbuhi banyak semak belukar.

"Di dalam gua tersebut, kami melihat banyak buah-buahan seperti pisang yang masih hijau, buah alpukat, dan tikar yang terbuat dari karung," tambahnya.

Namun, saat polisi mendatangi gua, tersangka tidak ada. Polisi menunggu di gua tersebut hingga pukul 24.00 WIB dengan harapan tersangka kembali ke dalam gua.

Tiga jam menunggu, ternyata Sukarni tidak kembali ke gua.

"Kami menunggu tiga jam tidak ada, sehingga kami susu ke bawah bukit yang kami yakini kalau tersangka saat itu sedang ambil air minum di sungai, tetapi hasilnya nihil," tutur Wahyu.

Keesokan harinya, Selasa (31/1/2023) pihak kepolisian mendapatkan informasi dari Kepala Desa Lebakharjo tentang penemuan seorang pria dalam kondisi tak bernyawa gantung diri di pohon kopi.

Wahyu mengatakan, saksi yang pertama kali menemukan mayat Sukarni adalah anak SDN Lebakharjo yang melintasi halaman belakang sekolah.

Usai mendapatkan laporan, polisi bergegas menuju ke TKP. Dari keterangan warga tidak ada yang mengenali sosok pria tersebut.

Hingga akhirnya polisi melakukan evakuasi dan membawanya ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang untuk dilakukan autopsi.

Setelah dilakukan autopsi, polisi membenarkan identitas yang gantung diri adalah Sukarni.

"Jadi warga sempat tidak mengenali Sukarni, karena kondisi tubuh yang kurus dan empat tahun tidak pernah bertemu karena sebelumnya tinggal di Batam," katanya.

Karena tersangka ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, polisi akhirnya menghentikan proses penyidikan terhadap Sukarni.

Keduanya adalah AL (1) berjenis kelamin perempuan dan kakaknya, DF (8) berjenis kelamin laki-laki. Sementara satu anaknya, GT (19) tak ada di rumah karena bekerja di Lumajang.

Wahyu mengatakan anak korban berinisial DF di sering merenung dan kerap merasa ketakutan.

"Tidak hanya anak-anaknya, suami sah korban, Ngadilan juga mengalami dampak psikologis. Ia kerap menolak saat diajak berbicara," ungkapnya.

Pihaknya mengaku, jajaran Polres Malang melakukan pendampingan psikologis secara rutin kepada keluarga, khususnya anak-anak korban.

"Alhamdulillah, saat ini mulai membaik. Tapi pendampingan psikologis ini akan terus kami lakukan sampai mereka pulih 100 persen," jelasnya.

Tidak hanya kepada anak-anak dan keluarga korban, pendampingan psikologis juga dilakukan kepada warga setempat sekaligus kepada siswa Sekolah Dasar yang pertama kali menemukan jenazah tersangka yang ditemukan gantung diri, Rabu (1/2/2023).

"Pendampingan kepada warga setempat karena selama S melarikan diri di hutan setempat, warga setempat juga mengalami ketakutan," ujar dia.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Imron Hakiki | Editor : Pythag Kurniati, Dheri Agriesta), Surya Malang

https://regional.kompas.com/read/2023/02/02/151600878/40-hari-buron-sukarni-terduga-pembunuh-selingkuhan-di-malang-tewas-gantung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke