Salin Artikel

Video Viral Pria Buang Sayuran ke Sungai karena Harga Anjlok di Magelang

MAGELANG, KOMPAS.com - Sebuah video memperlihatkan seorang laki-laki membuang sayuran ke sungai di kawasan Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dia mengambil beberapa ikat sayuran dari mobil bak terbuka yang berhenti di pinggir jalan.

Pada rekaman yang sudah viral di media sosial itu dinarasikan bahwa pria itu kecewa karena harga sayur anjlok.

Namun, warganet justru menyoroti aksi pria itu yang dianggap berlebihan.

Terlebih, dia membuang sayuran di aliran sungai sehingga berpotensi menyebabkan banjir.

Penelusuran Kompas.com, aksi pria itu dilakukan di wilayah Dusun Kuncen, Desa Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Sayuran yang dibuang adalah seledri yang memang banyak ditanam di daerah dataran tinggi Ngablak. 

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ngablak, Kurnia Budhi Setiawan mengungkapkan, harga sejumlah komoditas sayuran memang sedang anjlok belakangan ini. 

Terutama, tiga komoditas yang paling banyak tumbuh di kawasan Ngablak, yakni Seledri Rp 500-Rp 1.000 per kilogram, sawi putih dan sawi sendok (pokcoy) di kisaran harga Rp 700-Rp 1.000 per kilogram.

"Iya memang (siklus) tahunan, beberapa komoditas memang awal bulan kayak gini pada jatuh (harganya). Tahun ini, hanya 3 komoditas yaitu seledri Rp 500-Rp 1.000, itu harga dari petani dan pasar. Lalu sawi putih dan sawi sendok Rp 700-Rp 1.000," papar Kurnia, saat dihubungi, Jumat (27/1/2023).

Meski demikian, harga komoditas lain masih dianggap standar.

Bahkan, cenderung tinggi seperti kol/kubis di harga Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram.

Kemudian brokoli Rp 12.000 per kilogram, kentang Rp 15.000 per kilogram, wortel Rp 4.000 per kilogram, buncis Rp 5.000 per kilogram, dan daun bawang Rp 4.000 per kilogram.

"Di wilayah Kecamatan Ngablak banyak yang menanam seledri jadi harganya jatuh. Saya konfirmasi ke ketuanya dan pelaku/petani dan pedagang juga, memang permintaan secara umum, baik di pasar lokal maupun pasar kayak restoran hotel kayak gitu semuanya menurun," ujar dia.

Terkait orang yang membuang seledri ke sungai, Kurnia memastikan bahwa pria itu bukan petani setempat melainkan pedagang atau tengkulak. 

"Saya juga sudah konfirmasi ke petani dan pelaku sayuran organik, (pria) itu kemungkinan besar bukan petani tapi pedagang, ya tengkulak, benar, pengepul sayur," ujar Kurnia.


Menurut dia, tengkulak biasa membuang sayur yang tidak laku dijual.

Biasanya meraka sudah kerja sama dengan petani sehingga berapapun harga sayur tetap dibeli.

Sayangnya, sayuran itu tidak didistribusikan tapi malah dibuang.

"(alasannya) hukum pasar juga. Permintaan sedikit tapi stok melimpah, kasus seperti itu sudah sering. Kalau misalnya dibawa (dijual) ke luar daerah itu rugi transportasinya," imbuh Kurnia.

Kepala Seksi Kesra Desa Ngablak, Agus Prasetyo mengungkapkan, membuang sayur di wilayah Kecamatan Ngablak bukan lagi hal yang aneh.

Aksi serupa sudah lumrah dan sering terjadi ketika sayur hasil panen tidak sepadan dengan biaya produksi.

"Sudah lumrah itu membuang sayuran, kalau harganya tidak sesuai. Ketika proses perawatan dan lain lain itu tidak bisa menutup angka-angka perawatan itu," ungkap Agus.

Menurut Agus, para petani biasa membuang sayuran hasil panen di sekitar ladang, tidak di sungai seperti di video tersebut.

Oleh karena itu, pihaknya menduga pria dalam video itu adalah tengkulak.

"Jadi, kebanyakan kalau petani-petani di wilayah Ngablak sini ketika sayur tidak laku kita ambil, kita buang. Tapi, kalau kalau pakai kendaraan seperti di video itu mungkin tengkulak, kalau petani buang masih sebatas di ladang sendiri," ujar Agus.

Di Ngablak sendiri ada pasar lokal yang menjual beragam komoditas.

Sebagian besar hasil panen petani setempat dan juga dari daerah Kecamatan Pakis bagian atas dan Kecamatan Getasan (Kabupaten Semarang) bagian atas.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/27/172756778/video-viral-pria-buang-sayuran-ke-sungai-karena-harga-anjlok-di-magelang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke