Salin Artikel

Kisah Sukamto, Loper Koran di Semarang Umroh dengan Uang Receh yang Dikumpulkan Puluhan Tahun

SEMARANG, KOMPAS.com - Sukamto (63), warga Kelurahan Sukorejo, Gunungpati, Kota Semarang, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Pada 29 Januari 2023 dia akan berangkat umroh bersama dengan istrinya. Sudah puluhan tahun dia menunggu momen spesial tersebut.

Sukamto merupakan penjual sejumlah koran dan tabloid di Kota Semarang. Dia memulai pekerjaan tersebut sejak 1989 hingga saat ini.

Kepada Kompas.com, dia memperlihatkan tumpukan uang receh Rp 500 dan Rp 1.000 yang ada di toples dan ember. Uang tersebut yang dia gunakan untuk mendaftar umroh.

"Awalnya ini saya kumpulkan tak sengaja karena yang membeli koran banyak yang menggunakan uang receh," kata Sukamto, saat ditemui di rumahnya, Kamis (26/1/2023).

Bapak dua anak tersebut awalnya mengumpulkan uang receh karena iseng.

Dia senang melihat pelanggan korannya membayar dengan uang koin.

"Awalnya saya taruh di toples, karena tak muat akhirnya saya pindah ke ember bekas cat tembok," kata dia.

Hasil dari mengumpulkan uang receh tersebut, telah terkumpul uang sebanyak Rp 16 juta. Untuk kekurangan biaya umroh dibantu anaknya.

"Yang terkumpul hanya Rp 16 juta, saya juga dibantu anak saya selebihnya," ungkap Sukamto.


Memilih jadi loper koran

Sampai saat ini, Sukamto mempunyai 38 pelanggan koran setiap harinya. Biasanya dia mulai berangkat mengantar koran pukul 05.00 WIB.

"Setiap hari sudah seperti itu," ujar dia.

Dia mengaku menikmati pekerjaan sebagai loper koran.

Selain bisa mengetahui informasi terbaru, menjadi loper koran waktu bekerjanya singkat.

"Biasanya saya mulai habis subuh, pukul 08.00 WIB sudah sampai rumah lagi," kata dia.

Sukamto bersyukur selain bisa digunakan untuk umroh, hasil keringatnya selama puluhan tahun itu juga bisa menghantarkan anaknya bekerja di sebuah rumah sakit.

"Yang satu jadi perawat yang satunya jadi desainer," imbuh dia.

Dia mengaku sedih ketika mengingat masa-masa silam.

Bekerja menjadi loper koran ternyata tak seindah seperti yang dibayangkannya.

"Pernah tak dapat uang karena korannya kehujanan. Selain itu, uang hasil dari loper koran juga hilang dicopet," keluh Sukamto.

Meski kedua anaknya terbilang sudah mapan, Sukamto tak mau menjadi beban.

Dia tetap ingin bekerja sebagai tukang loper koran selama masih sehat.

"Kalau anak saya menyuruh untuk istirahat karena sudah tua juga. Tapi, saya tak mau merepotkan," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/26/164502878/kisah-sukamto-loper-koran-di-semarang-umroh-dengan-uang-receh-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke