Salin Artikel

Walhi Jateng Sebut Kawasan Industri Memperparah Penurunan Muka Tanah di Wilayah Pesisir

Pasalnya, kebutuhan air tanah dalam jumlah besar untuk operasional industri dinilai menyumbang penurunan muka tanah yang setiap tahunnya mencapai 8 hingga 18 cm.

Dikrektur Eksekutif Walhi Fahmi Bastian mengatakan jumlah itu tak sebanding dengan kebutuhan air yang digunakan masyarakat yang setidaknya hanya 1 meter kubik.

"Tapi kalau pabrik kan ekstrasi air tanah yang besar-besaran. Ini yang menyebabkan land subsidence (penurunan muka tanah) semakin cepat," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (23/1/2023).

Belum lagi ditambah persoalan iklim yakni mencairnya es di kutub yang menyebabkan air laut itu semakin naik. Dengan perkiraan kenaikan permukaan laut 1 hingga 3 cm per tahun.

"Kecil, tapi kalau muka tanah juga turun itu akan semakin mempercepat (Semarang tenggelam). Bahkan dalam laporan (konferensi perubahan iklim PBB) IPCC salah satu riset terkait dengan iklim, Semarang ini masuk dalam tiga kota besar yang akan tenggelam, setelah Jakarta," imbuhnya.

Menurut Fahmi, alih-alih membangun infrastruktur untuk mengatasi banjir, pemerintah mestinya mengutamakan penataan wilayah pesisir terlebih dahulu.

Lebih lanjut, pihaknya menilai perubahan peruntukan lahan di Kota Semarang terjadi secara signifikan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

Wilayah atas yang menjadi zona penyangga telah mengalami perubahan fungsi menjadi kawasan permukiman, pusat pendidikan dan kawasan komersial.

Sementara wilayah bawah, terutama pesisir mengalami kerusakan ekosistem akibat alih fungsi kawasan mangrove dan masifnya proyek reklamasi untuk industri dan perumahan mewah.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/23/172801178/walhi-jateng-sebut-kawasan-industri-memperparah-penurunan-muka-tanah-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke