Salin Artikel

Cuaca Buruk, Petani di Banyumas Menjerit karena Banyak Tanaman Cabai yang Rusak

BANYUMAS, KOMPAS.com - Cuaca buruk memicu kerusakan tanaman cabai di wilayah Desa Pekuncen, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Akibatnya, para petani terpaksa memanen cabai lebih awal untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

Salah satu petani cabai merah di Pekuncen, Wahyudin mengatakan, curah hujan yang tinggi memicu tanaman cabai banyak yang membusuk.

Selain itu, kondisi angin yang kencang juga mengakibatkan tanaman cabai rontok.

"Bagian batang dan buah cabai banyak yang busuk karena serangan hama dan jamur," kata Wahyudin kepada wartawan, Senin (9/1/2023).

Dengan kondisi tersebut, Wahyudin memilih untuk memanen cabai yang masih hijau. Semestinya membutuhkan waktu hingga dua pekan ke depan untuk siap panen.

Hal senada disampaikan petani lainnya, Aji.

"Alternatif untuk antisipasi cuaca buruk kami panen lebih dini, yang seharusnya nunggu sampai merah, ini masih hijau dipanen," ujar Aji.

Cuaca buruk, kata Aji, juga mengakibatkan produksi cabai turun hingga 25 persen. Pasokan cabai yang berkurang dari para petani itu memicu harga cabai merah di pasaran melonjak.

Pantauan di pasar, harga cabai merah kini naik dari Rp 10.000 per kilogram menjadi Rp 15.000 per kilogram.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/09/201908278/cuaca-buruk-petani-di-banyumas-menjerit-karena-banyak-tanaman-cabai-yang

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke