Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Respons Dedi Mulyadi Soal Pemkab Purwakarta Punya Utang Rp 28 M | Masa Jabatan Berakhir, Bupati Brebes Pulang Jalan Kaki

KOMPAS.com - Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika baru-baru ini mengeluarkan pernyataaan yang menyebutkan bahwa mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi memiliki utang sebesar Rp 28 miliar.

Anne mengatakan, Dedi tidak membayar Dana Bagi Hasil (DBH) selama dua tahun, sehingga pembayaran utang tersebut dilanjutkan pada tahun pertama Anne menjabat sebagai bupati.

Terkait pernyataan itu, Dedi lantas memanggil Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta Norman Nugraha. Dalam penjelasannya, Norman menuturkan bahwa utang tersebut adalah utang pemerintah daerah, bukan pribadi.

Berita lainnya, usai masa jabatannya habis, Bupati Brebes Idza Priyanti boyongan dari Pendopo Kanjengan ke rumah pribadinya di Jalan MT. Haryono, Brebes, Jawa Tengah, Jumat (2/12/2022).

Dalam boyongan ini, Idza bersama keluarga berjalan kaki dari pendopo ke rumah pribadinya yang berjarak sekitar 1,5 kilometer.

Sejumlah pejabat Pemkab Brebes turut mengantar Idza dengan berjalan kaki di tengah gerimis.

Berikut berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com pada Jumat (2/12/2022).

Pria yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu lantas memangil Sekda Pemkab Purwakarta Norman Nugraha untuk memberikan penjelasan.

Norman menerangkan bahwa utang yang dimaksud sudah melalui neraca dan audit Badan Pemeriksaan Keungan (BPK), yang tercatat Pemkab Purwakarta memiliki kewajiban terhadap desa terkait dengan DBH. Dengan demikian, utang Rp 28 miliar tersebut adalah utang pemerintah daerah, bukan pribadi.

Ia juga menyampaikan, utang itu tersisa Rp 19,7 miliar, dengan rincian utang untuk tahun 2019 tersisa sekitar Rp 250 juta. Sedangkan, untuk 2016 dan 2017 yang seharusnya dibayarkan pada 2020 dan 2021, terpaksa ditunda karena refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19.

Begitu pula di tahun 2022-2023, pembayaran harus ditunda karena Pemkab Purwakarta sedang fokus mengejar target ketertinggalan pembangunan, sehingga belum bisa menganggarkan uang Rp 19,7 miliar tersebut.

Dedi lantas menegaskan bahwa urusan ini bukan lagi soal rumah tangga pribadi, melainkan sudah menyangkut aspek Pemkab Purwakarta yang mana dirinya sebagai mantan bupati.

“Ini bukan urusan rumah tangga, tapi aspek yang menyangkut tata kelola keuangan daerah. Karen yang muncul ke permukaan bukan suami, tapi mantan bupati,” ujarnya, Jumat.

Baca selengkapnya: Soal Pemkab Purwakarta Punya Utang Rp 28 M, Dedi Mulyadi Siap Berikan Seluruh Aset jika Diperlukan

Bupati Brebes Idza Priyanti bersama keluarga menggelar boyongan dari Pendopo Kanjengan ke rumah pribadinya di Jalan MT. Haryono.

Kegiatan ini dilakukan lantaran masa jabatan Idza dan Narjo sebagai Bupati dan Wakil Bupati Brebes selama dua periode bakal berakhir pada Minggu (4/12/2022).

Dalam boyongan ini, Idza membawa tikar dan bantal sebagai simbolisasi prosesi boyongan. Sedangkan, suaminya membawa kendi air. Idza dan keluarga pulang ke rumah dengan berjalan kaki di tengah gerimis.

Sesampai di rumah, Idza disambut oleh anggota keluarganya dan masyarakat sekitar.

"Selama sepuluh tahun saya menjabat sebagai bupati, tentu ada kesalahan saya kepada masyarakat. Untuk itu saya dan keluarga mohon maaf sebesar-besarnya," ucapnya, Jumat.

Baca selengkapnya: Masa Jabatan Berakhir, Bupati Brebes Pulang ke Rumah Pribadinya Jalan Kaki 1,5 Km Sambil Bawa Bantal dan Tikar

Sosok Shintya Sandra Kusuma, perempuan kelahiran 1995, menjadi bakal calon anggota legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Shintya nantinya akan maju dari PDI Perjuangan di Daerah Pemilihan (Dapil) IX Jawa Tengah, yang mencakup Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.

Wanita asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ini mengaku telah melakukan berbagai persiapan. Tak hanya dari internal partai, sejumlah relawan eksternal partai juga sudah dibentuk untuk mendulang suara.

"Insya Allah nanti siap maju di Pemilu Legislatif 2024 dari PDI Perjuangan," ungkapnya, Jumat.

Menurut pengusaha muda ini, dirinya terjun ke dunia politik untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca selengkapnya: Bakal Caleg DPR RI Pemula Bermunculan di Jateng, Salah Satunya Wanita Kelahiran 1995 Ini

Sempat dilaporkan hilang sejak April 2021, pelajar SMA di Tarakan, Kalimantan Utara, berinisial AGR (17), ternyata tewas dibunuh.

Jenazah AGR ditemukan di Jalan Perumahan PNS, Blok D, RT 01 Kelurahan Juwata Permai, Tarakan Utara, pada 30 November 2022.

Dalam kasus ini, polisi menangkap sejumlah orang, yakni EG (23) dan istrinya, AF (22), serta MN (45) yang tak lain sahabat EG. Ironisnya, EG merupakan sepupu korban.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Kepolisian Resor (Polres) Tarakan Iptu Muhammad Aldi membeberkan, kasus pembunuhan ini berawal saat EG membutuhkan uang untuk mengganti operasional Pos Kepiting milik ayahnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kelurahan Juata Laut. Hingga akhirnya EG berniat untuk menculik korban.

Usai EG bersama komplotannya membuat video meminta tebusan, korban berusaha melawan. MN kemudian menghasut EG agar membunuh korban. Waktu itu, MN berkata bahwa jika korban dilepas, maka ada kemungkinan ia akan lapor polisi.

"MN berpikir kalau korban dilepas, pasti akan melapor ke polisi, sehingga keduanya sepakat untuk membunuh korban," tuturnya, Jumat.

Baca selengkapnya: Hilang Selama 20 Bulan, Siswa SMK di Tarakan Teryata Dibunuh Sepupunya, Korban Diculik untukTebusan Rp 200 juta

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka kerap menggunakan media sosial untuk merespons aduan warga.

Kadang, dalam membalas aduan warga, Gibran memiliki gaya yang bisa disebut ceplas-ceplos dan terkesan apa adanya.

Terkait hal itu, pengamat komunikasi dan media, Dr Aryo S Eddyono, menyarankan agar Gibran lebih menekankan konsistensi dalam alur berkomunikasi, serta tidak banyak memproduksi gimik yang berpotensi bisa menjadi bumerang untuk dirinya.

"Konsisten itu penting dalam upaya membuat, menciptakan atau menjaga branding. Jangan sampai gaya apa adanya Gibran, tidak dikontekstualisasikan, kadang kala diam atau bicara lembut itu ada baiknya. Jangan tiba-tiba nanti berubah, jadi orang akan bingung. Kalau kita kaitkan nanti dengan masa depan, ya ini akan berbahaya," jelasnya.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie ini melanjutkan, seandainya Gibran tetap memilih memakai pola komunikasi seperti saat ini, Aryo memandang hal itu memiliki risiko cukup tinggi.

"Karena kita berhadapan dengan berbagai banyak pihak dan orang yang tidak suka dengannya. Tapi bisa saja, Mas Gibran bisa mengelak 'terserahku'. Nah ini, posisi semacam ini adalah risiko yang dia menerima kalau ada yang bilang 'begini banget wali kota'," paparnya.

Baca selengkapnya: Gaya Jemari Media Sosial Gibran Berpotensi Berisiko dan Berbahaya, Pengamat Komunikasi dan Media: Kuncinya Konsisten dan Berkonteks

Sumber: Kompas.com (Penulis: Maya Citra Rosa; Kontributor Tegal, Tresno Setiadi; Kontributor Kota Solo, Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Maya Citra Rosa, Dita Angga Rusiana, Ardi Priyatno Utomo, Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2022/12/03/062300978/-populer-nusantara-respons-dedi-mulyadi-soal-pemkab-purwakarta-punya-utang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke