Salin Artikel

Berjuang Mandiri, Pasutri Asal Semarang Ini Hidup Nomaden dan Bentuk Gerakan Suarakan Isu Lingkungan

SEMARANG, KOMPAS.com- Perjuangan pasangan suami istri (pasutri) Pristiawan dan Dinda Wulandari dalam menyuarakan isu lingkungan patut diberi apresiasi.

Pasalnya, sejak tahun 2016, mereka telah mendedikasikan diri untuk hidup berpindah atau nomaden mengelilingi Pulau Jawa.

Dengan peralatan sederhana, mereka mendirikan tenda, memasak di alam terbuka, hingga melakukan diskusi-diskusi ringan bersama masyarakat desa.

Bukan tanpa alasan pasutri asal Kota Lumpia ini melakukan aksi yang tak biasa.

Pristiawan atau kerap dipanggil Wawan, menyebut, hidup berpindah dengan memaksimalkan potensi alam menjadi salah satu pilihan hidupnya untuk mengurangi jejak ekologi.

Menurut dia, keadaan lingkungan saat ini sudahlah genting. Sehingga, perlu ada tindakan-tindakan nyata untuk menjaga kelestarian bumi.

"Sebagaimana orang lain beraktivitas. Kami berpindah, bergembira tanpa beban apapun, ya dengan cara-cara sederhana dan biasa saja. Istilahnya mau mencoba untuk mengurangi jejak ekologi atau jejak karbon kita sendiri," jelas Wawan kepada Kompas.com, Rabu (30/11/2022).

Lebih jelas Wawan menuturkan, permasalahan lingkungan di Indonesia kian hari kian berkembang.

Tidak hanya tentang persoalan sampah plastik, namun juga meliputi penggundulan hutan, banjir bandang, erupsi gunung, penambangan, gelombang panas, global warming, perubahan iklim, dan masih banyak lainnya.

Dengan demikian, Wawan menyebut, sudah saatnya masyarakat mengerti akan kesadaran menjaga lingkungan dan tindakan apa yang harus dilakukan.

"Persoalan daya dukung lingkungan yang sampai saat ini juga terus terdegradasi. Maka dari itu kami mengajak generasi muda, bagaimana kita harus sepakat berbuat dan bertindak hari ini. Mengingat, keadaan semakin hari semakin parah," jelas dia.

Bentuk gerakan Bersama Lindungi Ekosistem

Perjuangan Wawan dan Dinda tidaklah berhenti pada diri mereka sendiri. Sembari melakukan perjalanan, pada tahun 2016 pula Wawan dan 6 kawannya membentuk suatu gerakan yang diberi nama Bersama Lindungi Ekosistem (Berline).

Melalui gerakan inilah, mereka mengajak pemuda di seluruh daerah, khususnya pulau Jawa untuk bersama-sama berjuang menjaga kelestarian lingkungan.

"Kami di sini ingin menumbuhkan lagi semangat konsep gotong royong dari kawan-kawan muda. Karena itu kearifan lokal masyarakat Jawa yang harus kita rawat, lestarikan agar bisa diteruskan ke generasi selanjutnya," terang Wawan.

Konsep guyub rukun tersebutlah yang akhirnya dituangkan dalam kegiatan rutin gerakan Berline. Di antaranya, Forest Art Camp dan Little Step To The Hill.

Pada kegiatan Forest Art Camp, jelas Wawan, merupakan momen berkumpulnya anak-anak muda pecinta lingkungan yang tersebar di Pulau Jawa untuk saling bertukar kabar, berdiskusi, pasar rakyat, hingga melakukan pertunjukan seni.

"Kita kumpul bareng-bareng, reunian, seperti layaknya keluarga. Ya rasanya luar biasa. Dengan beragam aktivitas, semangat gotong royong. Gotong royong itu tidak ada tendensi politik. Maupun sponsornya, juga tidak ada dari korporasi perusahaan-perusahaan. Ini benar-benar semangat dari kawan-kawan maupun masyarakat," ungkap dia.

Sukarela

Hebatnya, Wawan menyebut, peserta yang hadir di kegiatan Forest Art Camp biasanya mencapai ribuan peserta. Mereka datang dengan sukarela, membawa kekuatan dari kearifan lokal masing-masing. Mulai dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, bahkan Jabodetabek.


"Antusias mereka luar biasa. Keterlibatan gerakan temen-temen ini hampir sepulau Jawa. Jadi tidak hanya menetap di 1 tempat. Karena yang ikut andil di aktivitas Berline itu sekitar 50 komunitas," tutur Wawan.

Sedangkan Little Step to The Hill, merupakan ruang jejak silaturahmi komunitas di daerah-daerah. Kegaiatannya pun tak jauh dari aktivitas workshop, diskusi, juga penampil pertunjukan.

Dengan demikian, Wawan berharap, agar generasi muda saat ini mulai bisa mengambil tindakan dan beraksi untuk menjaga ekosistem lingkungan melalui kegiatan-kegiatan sederhana.

"Mari kita mulai fokus dengan tindakan yang nyata. Sudah waktunya untuk kita menjadi generasi yang berintegritas. Maka, perjalanan kehidupan kita ini harus dinikmati sebagai perjuangan menuju tempat yang terpuji untuk diri kita," jelas dia.

Tidak hanya itu, dirinya juga berpesan supaya aksi-aksi menjaga lingkungan ini bisa dimulai dari diri sendiri. Seperti bagaimana menjalankan gaya hidup sederhana pada kegiatan sehari-hari.

"Jadi, sederhana dalam hidup merupakan kunci. Karena serakah, tamak dan rakus merupakan sumber dari kerusakan serta kehancuran lingkungan kita hari ini," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/30/204813178/berjuang-mandiri-pasutri-asal-semarang-ini-hidup-nomaden-dan-bentuk-gerakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke