Salin Artikel

Cerita Inspiratif Mbah Sadiman, Peraih Kalpataru Asal Wonogiri (2): Hijaukan Lereng Lawu dari Hasil Panen

Ia bersyukur, pagi itu sekarung cabai berhasil dipanennya dan langsung dijual ke pasar terdekat. Maklum, untuk menghidupi keluarga dan anak-anaknya, Mbah Sadiman sampai saat ini masih mengandalkan sebagai petani.

Kendati hidup pas-pasan, perjuangan kakek berjenggot untuk menghijaukan lereng Gunung Lawu tak pernah padam. Uang hasil panen acap kali digunakan Mbah Sadiman untuk pembelian bibit dan biaya perawatan pohon-pohon beringinnya yang sudah ditanam di lereng Gunung Lawu.

Bahkan, saat awal menanam pohon beringin, Mbah Sadiman sampai menukar bibit cengkeh yang dimiliki dengan bibit beringin. Ulah Mbah Sadiman pun dinilai banyak warga sebagai hal yang aneh. Pasalnya, dari aspek pendapatan, menanam cengkeh akan jauh lebih mendatangkan banyak keuntungan dibandingkan menanam pohon beringin.

“Saat itu banyak bibit cengkeh saya tukar dengan bibit pohon beringin. Tiga bibit pohon cengkeh saya tukar dengan satu bibit pohon beringin,” jelas Mbah Sadiman.

Mbah Sadiman pun selalu menyisihkan hasil penjualan bibit cengkeh dan rumput di pasar untuk membeli bibit ringin tanpa sepengetahuan anak dan istrinya.

Saat awal mula penanaman di hutan lereng Gunung Lawu, keluarga Mbah Sadiman tidak mengetahui. Keluarga tahu setelah banyak media yang memberitakan keberhasilan Mbah Sadiman menghijaukan hutan di lereng Gunung Lawu.

Meski dicibir banyak warga, Mbah Sadiman tak ambil pusing. Baginya, menanam satu pohon beringin kelak nanti akan banyak bermanfaat bagi banyak orang. Terlebih lagi, saat itu warga masih kesusahan mendapatkan air bersih karena hutan gundul.

“Saya berpikir kalau tanam pohon beringin akan banyak manfaatnya bagi banyak orang. Tetapi kalau saya tanam cengkeh maka manfaatnya yang bisa merasakan hanya saya dan keluarga saya saja,” kata Mbah Sadiman.

Mbah Sadiman menceritakan awal mula saat menanam pohon beringin banyak yang hilang dicuri. Terlebih lagi, saat itu pohon beringin banyak yang dijadikan bonsai sebagai tanaman hias. Kendati demikian, tak menyurutkan niat Mbah Sadiman seorang diri terus menanam pohon beringin.

“Banyak yang hilang dicuri dan dicabut orang. Tetapi tidak apa-apa saya ikhlas. Saya tanam kembali sampai pohon itu tumbuh besar dan bermanfaat bagi banyak orang,” kata Mbah Sadiman.

Tak hanya dari berjualan bibit cengkeh, setelah dinobatkan sebagai pahlawan penghijauan, Mbah Sadiman acap kali mendapatkan bantuan dari bank milik pemerintah hingga pegiat lingkungan.

Bantuan yang didapatkan itu justru malah lebih banyak digunakan untuk membayar orang membersihkan rerumputan yang menutup pohon beringin yang sementara tumbuh.

Hanya saja, untuk menjadikan pohon beringin memberi banyak manfaat bagi banyak orang maka harus dipastikan pohon itu tumbuh besar. Untuk itu, dibutuhkan perawatan yang terus menerus agar bibit pohon beringin yang ditanam di lereng Gunung Lawu tak mati sia-sia.

Menurut Mbah Sadiman, agar pohon beringin tumbuh besar dan dapat menyimpan banyak air maka butuh perawatan seperti halnya manusia.

Selain diberikan pupuk saat masih kecil, minimal sebulan sekali rumput yang berada disekitar pohon beringin harus dibersihkan.

“Kalau tidak dibersihkan, rumput akan tumbuh tinggi dan membuat pohon beringin mati. Jadi kalau menanam tetapi tidak dirawat ya sama saja nanti akan mati pohonya,” jelas Mbah Sadiman.

Mbah Sadiman mengaku untuk merawat ribuan pohon beringin yang sudah tertanam di lereng Gunung Lawu, dirinya tidak mungkin bisa melakukan sendirian.

Sesekali bila memiliki penghasilan lebih, Mbah Sadiman sering membayar orang untuk membersihkan rerumputan yang menghalangi pertumbuhan bibit pohon beringin.

Ia khawatir bila bibit pohon beringin dibiarkan hidup tanpa perawatan, maka lambat laun akan mati lantaran kalah bersaing dengan rerumputan di sekitarnya.

Untuk itu Mbah Sadiman sekuat tenaga memastikan pohon-pohon beringin yang ditanamnya sejak awal tetap hidup, tumbuh dan akhirnya bermanfaat bagi banyak orang.

“Ya sekuat tenaga saya untuk merawat pohon-pohon beringin agar tetap tumbuh, kokoh dan banyak menyimpan air. Biasanya untuk merawat pohon beringin saya berangkat dari rumah pagi dan pulang hingga siang hari,” jelas Sadiman.

Untuk menarik minat orang merawat pohon beringin yang pernah ditanam, Mbah Sadiman bersama warga setempat membuat taman di satu area di Lereng Gunung Lawu.

Selain ditanami pohon beringin, taman itu juga ditanami aneka tanaman hias dan buah-buahan. “Kalau ada tanam ini, maka warga biar semangat merawatnya,” jelas Mbah Sadiman.

Mbah Sadiman khawatir banyaknya penanaman atau penghijauan di lahan-lahan gundul bila tidak disertai perawatan akan lebih banyak berakhir sia-sia. Lambat laun bibit tanaman itu akan mati dengan sendirinya lantaran kalah dengan rerumputan yang berada sekitarnya.

Untuk itu, perawatan yang berkelanjutan menjadi salah satu kunci agar pohon-pohon beringin yang ditanam itu mampu tumbuh besar dan kokoh sehingga dapat menyimpan banyak air. Ia bercerita beberapa daerah di kecamatan lain banyak pohon beringin yang mati karena tidak dirawat. Padahal pohon itu sudah mulai tumbuh besar dan berkembang.

Tak hanya itu, beberapa kelompok juga beberapa kali melakukan penanaman serentak di lereng Gunung Lawu. Namun penanaman kelompok itu menjadi tak berarti karena banyaknya bibit yang mati.

“Kalau hanya tanam saja kemudian ditinggal dan tidak dirawat pasti akan banyak yang mati. Terlebih kalau musim hujan begini, pasti bibit tanaman akan kalah dengan tumbuh liarnya rerumputan,” tandas Mbah Sadiman.

Mbah Sadiman berharap, warga yang ingin menanam pohon beringin harus diikuti dengan pola perawatan yang berkala. Dengan demikian, pohon itu akan tumbuh dan akhirnya bermanfaat bagi banyak orang. (Bersambung)

https://regional.kompas.com/read/2022/11/04/123407478/cerita-inspiratif-mbah-sadiman-peraih-kalpataru-asal-wonogiri-2-hijaukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke