Salin Artikel

Tangis Ibu di Sumbawa, Anaknya Menjadi Korban Pencabulan dan Berhenti Sekolah, Sang Suami Depresi

D kini mengalami trauma dan tak mau bersekolah karena diduga dirundung oleh teman-temannya. Tak hanya itu, sang suami pun ikut depresi.

"Dampak peristiwa itu membuat saya dan suami terpukul. Bahkan suami saya depresi. Setiap kali melihat putrinya, suami ingin memukul," kata S, Selasa (25/10/2022).

Suaminya yang bekerja sebagai nelayan juga tidak mau lagi melaut.

Saat melaporkan kasus pemerkosaan anaknya pada bulan April 2022 di Polsek Plampang, D masih duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Karena diduga dirundung teman-temannya di sekolah setelah kejadian itu, D tidak mau lagi pergi sekolah.

S berusaha membujuk anaknya agar mau pergi ke sekolah, tapi tidak berhasil. Hingga S menemui kepala sekolah agar anaknya bisa mengikuti proses ujian sekolah di rumah.

"Syukur pihak sekolah membantu kami agar D ujian di rumah. Dan saat pengumuman, anak saya bisa lulus," kata S.

Ketika itu, ia membujuk D supaya bisa melanjutkan pendidikan ke bangku SMA. Namun sang anak tidak mau.

D malu dan tidak ingin lagi bertemu dengan teman yang sama dan mendapat perundungan sebagai perempuan nakal.

Kini, D banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia kerap murung. 


Ia menyebutkan, berulang kali keluarga pelaku mencoba berkomunikasi dan ingin berdamai. Tetapi pihaknya tidak membuka jalan damai.

"Kami tidak akan berdamai, anak saya menjadi korban, masa depannya rusak," S terisak.

Ia juga mendapat banyak masukan agar menikahkan anaknya dengan salah satu pelaku. S dan keluarga mengaku tidak akan menerima opsi itu.

"Menikah dengan pelaku bukan jalan menyelamatkan anak saya. Itu sama saja membuat anak saya menjadi korban seumur hidup," kata dia.

Sudah empat bulan berlalu sejak peristiwa pencabulan itu terjadi.

Kasus yang menimpa D masih ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumbawa.

Mereka didampingi oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Sumbawa.

Tak hanya D yang mengalami perubahan, suami S atau ayah D pun kini depresi dan tak mau bekerja.

"Suami saya tidak mau melaut lagi. Ia berprofesi sebagai nelayan, sementara perekonomian keluarga kami pas-pasan. Saya harus berjuang agar suami saya sembuh," kata S.

Ia masih memiliki asa, suaminya pulih kembali. Salah satu cara adalah melihat pelaku dipenjara.

"Kami tinggal di kampung. Jadi, banyak yang bilang jika pelaku akan bebas. Ada juga yang bilang anak saya bisa jadi tersangka. Setiap mendengar itu dari omongan orang yang mengajaknya bicara, suami saya naik pitam. Anak saya selalu jadi sasaran amarah bapaknya," tutur S.



Dari hasil pertemuan dengan Kanit PPA Polres Sumbawa Selasa (25/10/2022), sambung S, penyidik segera melimpahkan ke Kejaksaan Negeri Sumbawa.

Kanit PPA Polres Sumbawa Aiptu Arifin Setioko yang dikonfirmasi membenarkan kasus yang menimpa D sudah P21.

Pencabulan berawal dari janji temu antara D dan W. Saat D keluar jalan-jalan dengan W (23) pada Selasa (12/4/2022) malam, dia tidak meminta izin pada orangtuanya karena berpikir hanya sebentar.

Namun W yang bekerja sebagai buruh pabrik penggilingan padi di salah satu desa di Kecamatan Plampang itu membawa D.

D mengaku sempat dibujuk rayu oleh W dan diberi minuman alkohol hingga tak sadarkan diri. Dia diduga diperkosa oleh W dan dua temannya.

Sang ibu pun mencari D hingga menemukan anaknya bersembunyi di bawah ranjang di mes karyawan pabrik.

S lalu melaporkan kasusnya ke Polsek Plampang. Pihak Polsek melimpahkan kasus itu ke PPA Polres Sumbawa. Ketiga pelaku langsung diamankan ke Polres Sumbawa.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/27/093448178/tangis-ibu-di-sumbawa-anaknya-menjadi-korban-pencabulan-dan-berhenti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke