Salin Artikel

Perjuangan Welhelmus, 12 Tahun Hidup dengan HIV/AIDS, Sempat Divonis Usia Tinggal 3 Hari (Bagian 1)

Pria asal Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut, sempat putus asa ketika menerima vonis menakutkan itu.

Kejadian itu dialami Welhelmus pada 2010. Saat itu, ia dirawat selama dua pekan di rumah sakit akibat penyakit yang menggerogotinya.

Selama dua pekan, Welhelmus berjuang melawan virus mematikan itu. Berkat dukungan istri dan tiga anaknya, Welhelmus melewati masa kritis. Ia bertahan hidup hingga saat ini, meski harus mengonsumsi obat seumur hidup.

Welhelmus merupakan salah satu orang dengan HIV yang bertahan. Sebagai orang dengan HIV, Welhelmus termotivasi menjadi konselor dan motivator bagi penderita penyakit tersebut.

"Sekarang, saya aktif sebagai Relawan penanggulangan bencana alam (Tagana) NTT," ujar Welhelmus, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Kamis (13/10/2022).

Welhelmus juga mendirikan LSM Perjuangan, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang menjadi rumah singgah bagi warga terkena HIV.

Karena keterbatasan tempat tinggal, hanya ada dua kamar yang disediakan untuk dua warga setempat yang saat ini sedang bergulat dengan penyakit itu.

Welhelmus mengisahkan, kehidupan bebas yang dijalaninya sehingga terjangkit penyakit tersebut.

Saat menikah pada 1996, ia masih sehat hingga memiliki tiga orang anak. Karena kehidupan yang kurang terkontrol, ia pun terkena virus HIV.

Saat masuk rumah sakit, bukan saja menderita HIV, tetapi ada pula penyakit lain, yakni TB Paru. Komplikasi penyakit yang dideritanya, membuat dia nyaris lumpuh dan tak berdaya.

"Penyakit itu sempat membuat saya putus asa dan drop," ungkapnya.

Dokter memvonis usianya tak akan lama, karena saat masuk rumah sakit statusnya AIDS stadium 4.

"Waktu itu ada dua dokter yang menangani saya, yang satu mengatakan usia saya hanya tinggal tiga hari. Tapi ada satu dokter yang memotivasi saya untuk bisa sembuh," kata Welhelmus.


Untuk memotivasi dirinya agar bisa melewati masa kritis, Welhelmus pun mulai berdoa dan membaca kitab suci.

"Saya memang selama ini tidak pernah ke gereja, apalagi sembahyang. Jadi waktu itu saya berjanji ke Tuhan, saya bilang jika sembuh, saya akan bersaksi kepada banyak orang tentang kebaikan Tuhan," kata Welhelmus.

Hingga dua pekan terlewati dan Welhelmus perlahan mulai sembuh. Dia akhirnya diperbolehkan keluar rumah sakit setelah melewati masa kritis.

Ia bisa kembali ke rumah dengan sejumlah resep dokter dan harus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya.

"Harus telaten dan tertib konsumsi obatnya," kata dia.

Kemauan untuk bertahan dan sehat

Welhelmus optimistis, orang dengan HIV bisa bertahan asal ada kemauan dan motivasi untuk sehat dan hidup.

"Harus jujur bahwa banyak yang tidak percaya kalau orang dengan HIV bisa hidup sehat kembali. Saya sudah 12 tahun hidup pasca-terinfeksi HIV dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa sampai saat ini," kata dia.

Dia menuturkan, sebelum mendirikan LSM Perjuangan, dirinya sempat menjadi relawan pada LSM Flobamor Jaya Peduli, yang fokus membantu orang dengan HIV/AIDS.

Namun sejak 14 Februari 2014, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah kembali dari pelatihan konselor di Yogyakarta.

Welhelmus sempat memeriksa kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat walau tetap mengonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/AIDS.

LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah orang dengan HIV dan AIDS.

Ia menyadari banyak orang dengan HIV yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan.

Menurut Welhelmus, tingginya penderita AIDS yang meninggal beberapa waktu lalu, karena mereka cenderung menutup diri dan tidak terbuka sehingga sulit dirawat.

Ia juga menepis anggapan kalau orang terinfeksi HIV karena pergaulan bebas dan menikmati dunia malam.


Namun, anggapan tersebut dianggap keliru karena kebanyakan orang dengan HIV adalah ibu rumah tangga, ada tokoh agama, perawat, dan anak muda.

"LSM yang saya dirikan karena pengalaman pribadi dan LSM ini dari orang sakit untuk orang sakit, sehingga saya memberikan pendampingan,"imbuhnya.

Bahkan, beberapa orang dengan HIV yang pernah dirawat di LSM Perjuangan saat ini sudah sembuh dan sudah menjadi relawan.

Pendampingan yang dilakukan, yakni layanan kesehatan dan terapi HIV dengan mengingatkan penderita agar mengkonsumsi obat tepat waktu.

Pihaknya juga mendampingi keluarga orang dengan HIV agar menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi keluarga yang terinfeksi penyakit itu.

Welhelmus mengatakan, orang dengan HIV kesulitan mendapatkan pekerjaan karena adanya stigma negatif dari masyarakat terkait keberadaan mereka.

Untuk itu, LSM Perjuangan melakukan pemberdayaan ekonomi dan memberikan modal usaha, sehingga banyak orang dengan HIV yang memiliki usaha mandiri seperti warung makan, mebel, dan kios.

"Pendampingan oleh LSM Perjuangan pun dilakukan sepanjang masa tanpa batas waktu," ujarnya.

Welhelmus pun bersyukur dengan dukungan dari pemerintah. Apalagi, saat ini di setiap kelurahan di Kota Kupang sudah ada wadah Warga Peduli Aids (WPA) yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

"Saya berharap, orang dengan HIV tidak dikucilkan dan didiskriminasi di dunia kerja tetapi diberikan peluang yang sama," kata dia.

Bantuan Modal Usaha dari Pemerintah

Welhelmus mengaku, pada 2018, 12 orang anggotanya, mendapat bantuan modal usaha dari Kementerian Sosial.

Setiap anggota, mendapat uang sebesar Rp 3 juta. Uang itu digunakan mengembangkan usaha yang sudah digeluti anggotanya selama ini.

Menurut Welhelmus, dengan susahnya orang dengan HIV mendapat kesempatan kerja, maka dia mendorong anggotanya untuk bisa berusaha sendiri.

Selain bantuan dari Kementerian Sosial, ada juga bantuan operasional untuk para pendamping orang dengan HIV dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang.

Namun sejak 2020, tidak ada lagi bantuan untuk orang dengan HIV, termasuk LSM yang sudah dibentuknya.

Meski begitu, Welhelmus tetap berusaha sekuat tenaga dengan dana sendiri untuk mendampingi anggotanya yang tersebar bukan hanya di Kota Kupang, tetapi juga di delapan kabupaten lainnya di NTT.

Dia yakin, ada saja rezeki yang didapat jika aktivitasnya dilakukan untuk kepentingan orang banyak.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/14/165923478/perjuangan-welhelmus-12-tahun-hidup-dengan-hiv-aids-sempat-divonis-usia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke