Salin Artikel

Fathir Menangis di Depan Patung Kanjuruhan, Menyesal Tak Bisa Selamatkan Adik Sepupu

Setibanya di depan patung, warga Klojen, Kabupaten Malang ini langsung menaburkan bunga dari dua kantong plastik.

Tak lama, ia duduk jongkok sembari memejamkan mata dan menundukkan pandangan. Fathir berdoa. Setelah tuntas dia merenung.

Di momen ini, Fathir tak kuasa menitikkan air mata. Seketika ia terduduk meringkuk. Dua rekannya datang untuk menenangkan Fathir.

Kendati begitu, Fathir tetap tak bisa menepis kesedihannya. Dia juga tak kunjung beranjak. Bahkan, Fathir terduduk hingga sekitar 30 menit di depan patung.

Fathir dirundung lara karena ia kehilangan adik sepupunya, Mita Maulidya (24) saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022).

Mita Maulidya menjadi salah satu korban meninggal dunia.
Fathir bercerita dia menonton laga Arema FC vs Persebaya bersama Mita dan sejumlah kawannya.

Fathir dan Mita duduk bersebelahan di tribun atau gate 13, Stadion Kanjuruhan.

"Gas air mata ditembakkan ke arah tribun 13, tempat saya dan Mita menonton pertandingan," katanya, Senin (3/10).

Seketika itu pula, suporter yang berada di gate 13 panik dan berlarian menjauhi asap.

Mereka berebut keluar hingga berdesak-desakan. Suara meminta tolong kencang terdengar bersahutan.

Suporter yang terjatuh pun terinjak-injak hingga meninggal dunia.

"Karena suasana panik, saya dan Mita terpisah. Saya tak tahu keberadaannya. Asap membuat mata pedih dan napas terasa sesak," terangnya.

Fathir bisa selamat karena ia lari menuju pagar tribun.

Dia keluar dari gate 13 memanjat pagar tribun dan turun di shuttle ban (lintasan lari) pinggir lapangan.

"Saya dapat keluar dari stadion. Di luar stadion saya kebingungan mencari teman dan adik saya," terangnya.

Beberapa waktu berselang, ponselnya berdering. Dia mendapat telepon dari kawannya yang berhasil keluar dari dalam stadion.

Temannya meminta Fathir merapat ke gerbang masuk stadion.

Ketika Fathir bertemu rekannya, dia mendapat kabar bila adiknya telah meninggal dunia. Mendapat kabar itu, kontan pikirannya kacau. Hatinya hancur dan menangis sejadi-jadinya.

Fathir merasa bersalah tak bisa menyelamatkan adik serta kerabat lainnya.

"Jenazah adik saya berada di tribun VIP. Saya menuju ke sana. Jenazah adik saya langsung dibawa pulang ke rumah duka dengan ambulans," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Di samping itu, Fathir mengungkapkan, menurutnya, Aremania yang turun ke lapangan menyusul peluit panjang babak kedua dibunyikan, tidak bermaksud menyerang pemain Arema FC dan official.

Justru Aremania ingin memberikan motivasi kepada para pemain. Para Aremania tampak memeluk penjaga gawang Arema FC, Adilson Maringa.

Sebagai informasi, dalam pertandingan itu, Persebaya unggul dengan skor 3-2 atas tuan rumah Arema FC.

"Ya, kami salah masuk lapangan. Kami, akui. Kami kecewa tim kebanggaan kalah di kandang. Mulanya, ada satu aremania yang turun ke lapangan. Kemudian diikuti aremania lain," kata dia.

"Saat di dalam lapangan, kami tak ada keinginan sedikitpun menyerang pemain dan official Arema FC. Kami memberikan motivasi," tambah dia.

"Namun, Aremania didorong mundur oleh aparat. Lalu, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah tribun," ujarnya.

Dia berharap pihak berwenang mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban meninggal dunia 131 orang.

"Penggunaan gas air mata di stadion dilarang oleh Fifa. Nyawa seakan tidak ada harganya. Saya minta diusut tuntas," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Tangis Fathir Tak Terbendung di Patung Singa Kanjuruhan, Sesali Tak Bisa Selamatkan Adik Sepupu

https://regional.kompas.com/read/2022/10/06/103000978/fathir-menangis-di-depan-patung-kanjuruhan-menyesal-tak-bisa-selamatkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke