Salin Artikel

Cerita Asisten Pelatih Persebaya, Tertahan di Kanjuruhan, Tegang Saat Diangkut Rantis

Menurut Mustaqim, usai peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi, para pemain Persebaya langsung berlarian menuju kamar ganti pemain.

"Dari situ tim pengawal langsung memerintahkan masuk mobil rantis," kata Mustaqim usai shalat gaib di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Senin (3/10/2022).

Ada empat unit mobil rantis yang disiapkan polisi untuk mengangkut tim pemain dan official.

Setelah seluruhnya masuk, mobil tidak bisa langsung berangkat karena dihadang kelompok suporter di pintu masuk. Mobil mulai bergerak setelah satu jam lebih.

"Mereka (suporter) juga melempari mobil," terangnya.

Selama berada di mobil rantis, dia mengaku juga menerima informasi jumlah suporter yang meninggal dari HT polisi.

"Kita dengar, ada dua yang meninggal, kemudian 5 menit lagi 40 meninggal dan seterusnya," ujar Mustaqim.

Lepas keluar dari stadion, empat kendaraan rantis dengan kawalan polisi langsung menuju Surabaya tanpa berhenti di hotel tempat semula tim menginap.

"Barang-barang kami di hotel ditinggal," kata Mustaqim.

Dia menyebut, suasana di dalam mobil rantis saat itu begitu tegang dan sempit. Bahkan menurut dia ada pemain yang kakinya kram karena usai bermain langsung masuk ke mobil rantis.

Rombongan mobil rantis yang ditumpangi pemain Persebaya menurut dia sampai di Surabaya pukul 02.30 WIB Minggu dini hari.

"Informasi yang saya dapat, tim Arema FC baru bisa keluar stadion pukul 03.00 WIB," jelasnya.

Mustaqim mengaku prihatin dan sangat menyayangkan tragedi yang menewaskan 100 orang lebih tersebut.

"Kami berharap tidak ada lagi kejadian seperti kemarin," ucapnya.

Seperti diketahui, kerusuhan pecah di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur, selepas pertandingan Arema FC melawan Persebaya.

Hingga Minggu (2/10/2022) malam, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat 125 orang meninggal dunia.

Awalnya, suporter Arema masuk ke lapangan untuk memprotes manajemen karena tim kalah dari Persebaya.

Polisi lantas menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan tribune penonton.

Polisi menyebutkan, kebanyakan korban meninggal saat berdesakan menyelamatkan diri menghindari gas air mata.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/03/225344178/cerita-asisten-pelatih-persebaya-tertahan-di-kanjuruhan-tegang-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke