Salin Artikel

Legenda Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa

KOMPAS.com - Ada sebuah cerita rakyat dari Jawa Tengah yang berkisah tentang legenda Aji Saka.

Sosok Aji Saka dipercaya berkaitan dengan awal mula munculnya aksara Jawa yang dikenal hingga saat ini.

Menurut cerita tersebut, Aji Saka adalah seorang pemuda sakti dari Majethi yang memiliki dua orang punggawa (abdi) yang setia bernama Dora dan Sembada.

Lantas, bagaimana kisah Aji Saka hingga kemudian disebut sebagai tokoh yang menciptakan aksara Jawa?

Cerita Rakyat Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa

Alkisah di Medang Kamulan, datang seorang pemuda sakti yang bernama Aji Saka bersama dua pengawalnya yaitu Dora dan Sembada.

Saat mereka tengah dalam perjalanan menuju Medang Kamulan, Aji Saka dan dua pengawalnya sempat terhenti di daerah Pegunungan Kendeng.

Di tempat itu, Aji Saka meminta Sembada untuk tinggal dan menjaga keris pusaka miliknya.

Aji Saka berpesan agar Sembada tidak menyerahkan keris itu kepada siapapun kecuali dirinya.

Perjalanan berlanjut tanpa Sembada hingga di sebuah tempat sebelum mencapai Medang Kamulan, Aji Saka meminta Dora untuk tinggal karena ia akan pergi seorang diri.

Di Medang Kamulan, Aji Saka dengan kesaktiannya berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang gemar memangsa manusia.

Usai berhasil menolong rakyat Medang Kamulan, Aji Saka kembali teringat dengan keris pusaka miliknya.

Aji Saka lantas menemui Dora dan memintanya agar mengambil keris pusaka yang masih dijaga oleh Sembada.

Dora memenuhi perintah Aji Saka dan segera berangkat menemui sahabatnya di Pegunungan Kendeng.

Setelah bertemu dan bercengkrama melepas kerinduan, Dora kemudian menyatakan maksud kedatangannya untuk menjemput keris pusaka Aji Saka.

Sembada memahami niat Dora untuk menjalankan pesan Aji Saka, namun ia juga kembali mengingatkan pesan junjungannya itu dan menolak untuk memberikan keris pusaka tersebut.

Baik Dora maupun Sembada kemudian beradu mulut dan bersikeras menjelaskan apa yang telah diperintahkan Aji Saka.

Hal itu membuat perselisihan tidak terhindarkan, dan terjadilah pertarungan antara dua pengawal setia Aji Saka.

Di tempat lain, Aji Saka yang khawatir karena Dora tidak kunjung kebali akhirnya memutuskan untuk menyusul ke Pegunungan Kendeng.

Sampai di tempat yang dituju, Aji Saka sungguh terkejut melihat dua pengawal setianya telah tewas setelah saling beradu kesaktian.

Aji Saka lantas teringat pesannya pada Sembada yang menjadi awal mula tragedi berdarah ini, yang membuatnya merasa bersalah.

Karena rasa sedih sekaligus haru melihat kesetiaan dua pengawalnya dalam melaksanakan perintah hingga harus beradu nyawa, Aji Saka lalu memberikan penghormatannya.

Aji Saka menuliskan beberapa baris puisi di atas sebuah batu yang berbunyi:

Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro (ada dua orang)

Da Ta Sa Wa La = podho kerengan (mereka berdua berkelahi)

Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone (sama-sama kuatny )

Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone (maka dari itu jadilah bangkai semuanya / keduanya mati karena sama kuatnya)

Deret aksara yang menjadi tanda penghormatan Aji Saka kepada Dora dan Sembada inilah yang kemudian dikenal sebagai aksara Jawa.

Sumber:
kompas.com  
jateng.tribunnews.com  
Buku:

  • Komandoko, Gamal. (2013). Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara. Yogyakarta: Cabe Rawit.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/03/172556578/legenda-aji-saka-dan-asal-usul-aksara-jawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke