Salin Artikel

Museum Batik Pekalongan: Daya Tarik, Sejarah, dan Harga Tiket

KOMPAS.com - Museum Batik Pekalongan terletak di Jalan Jatayu No 1, Pekalongan, Jawa Tengah

Museum Batik Pekalongan merupakan ruang pamer dan belajar khususnya tentang batik pesisir.

Keberadaan Museum Batik Pekalongan sebagai salah satu wadah untuk menggali dan melestarikan batik.

Berikut ini adalah daya tarik, sejarah, harga tiket, dan jam buka Museum Batik Pekalongan.

Museum Batik Pekalongan

Daya Tarik Museum Batik Pekalongan

Museum Batik Pekalongan memamerkan 1.149 koleksi batik, yang terdiri dari wayang beber dari kain batik berusia ratusan tahun dan alat tenun tradisional yang juga dikenal sebagai alat tenun bukan mesin.

Keberadaan musum didukung dengan sejumlah fasilitas untuk memperlihatkan batik kepada masyarakat umum bahkan ruang konsultasi untuk mematenkan karya.

Fasilitas yang dimiliki Museum Batik Pekalongan berupa, ruang koleksi batik, ruang perpustakaan kedai batik, ruang pertemuan, ruang workshop batik, dan ruang konsultasi atau pelayanan hak kekayaan intelektual (HKI).

Terdapat tiga ruang utama di museum ini. Ruang utama yang digunakan untuk memamerkan beraneka koleksi batik khas pesisir Jawa, seperti batik Pekalongan, Cirebon, Batang, dan juga Rembang.

Ruang utama juga untuk memamerkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses membatik, salah satunya canting.

Ruang pamer kedua diisi dengan koleksi batik yang disumbangkan oleh para pejabat negeri ini, antara lain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istri (Kristiani Herrawati), Wakil presiden Budiono dan istri, Hatta Rajasa dan istri, serta Ainun Habibie.

Sementara, ruang pamer ketiga berisikan koleksi batik yang berasal dari berbagai daerah, seperti Kalimantan,Banten, Garut, Indramayu, Madura, dan Papua. Ruang pamer ini dinamakan Ruang Batik Nusantara, karena koleksi berasal dari berbagai daerah.

Perkembangan Museum Batik Pekalongan

Museum Batik Pekalongan menyimpan banyak koleksi serta menjadi pusat pelatihan dan pembelajaran batik.

Pengunjung umum dan pelajar dapat membuat batik atau melakukan penelitian mengenai budaya batik.

Selain itu, Museum Batik Pekalongan juga mempunyai workshop-workshop pelatihan batik untuk masyarakat, sekolah, maupun berbagai institusi lainnya.

Berbagai kerja sama dengan sejumlah pihak dilakukan untuk melestarikan baik.

Museum Batik Pekalongan turut berperan dalam memperjuangan batik supaya diakui oleh Unesco.

Alhasil, batik diakui sebagai warisan budaya tak benda pada tanggal 2 Oktober 2009 dalam sidang khusus Unesco di Doha-Qatar. Sehingga, setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Dengan pengakuan tersebut, Museum Batik juga mendapatkan penghargaan Best Practices, untuk pelestarian budaya batik dari Unesco. Penghargaan ini sebagai satu-satunya yang diraih museum.

Keberadaan Museum Batik Pekalongan juga sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai batik Pekalongan.

Selain itu, masyarakat juga dapat membeli batik pekalongan di museum ini.

Sejarah Museum Batik Pekalongan

Museum Batik Pekalongan memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi dengan lyas lahan 3.675 meter persegi.

Bangunan peninggalan Belanda yang berdiri pada tahun 1906 ini, pada awalnya berfungsi sebagai kantor administrasi keuangan pabrik gula di sekitar area karisidenan Pekalongan.

Dalam perjalanannya, gedung ini mengalami beberapa kali perubahan fungsi, yaitu sebagai balai kota, kantor walikota, hingga perkantoran pemerintah kota.

Cikal bakal terbentuknya Museum Batik berawal dari terbentuknya komunitas dengan nama Paguyuban Pecinta Baik Pekalongan (PPBP) yang digagas oleh masyarakat dan pembatik Pekalongan pada tahun 1972.

Kemudian pada tanggal 29 Desember 2005 diadakan pertemuan forum bisnis Orang Pekalongan (OPEK) yang membahas tawaran Kota Pekalongan sebagai lokasi peringatan hari Koperasi Tingkat Nasional ke-59.

Pembentukan lembaga museum batik melibatkan berbegai pihak, yakni Yayasan Kadin dengan pemerintah Kota Pekalongan, Paguyuban Berkah, Yayasan Batik Indonesia, Yayasan Kadin Kota Pekalongan, Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan, dan pakar batik Asmoro Damais yang menjadi kurator museum.

Pada tanggal 12 Juli 2006, Museum Batik Pekalongan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan perayaan Hari Koperasi Nasional ke-59.

Harga Tiket Museum Batik Pekalongan

Untuk menikmati koleksi Museum Batik Pekalongan, pengunjung akan dikenai tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang untuk dewasa dan umum dan Rp 1.000 per orang untuk anak-anak dan pelajar.

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti workshop membatik, berikut ini daftar biayanya.

Media kain ukuran 30 x 30 : Rp 20.000
Media kain ukuran 50 x 50 : Rp 25.000
Media kain ukuran 30 x 30 dengan bingkai kayu: Rp 25.000
Media kain ukuran 60 x 60 : Rp 65.000

Jam Buka Museum Batik Pekalongan

Museum Batik Pekalongan buka mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Bagi pengunjung yang ingin menikmati koleksi di museum ini dapat menyesuaikan dengan jam buka.

Rute Museum Batik Pekalongan

Jarak tempuh Museum Batik Pekalongan dan Alun-alun Kota Pekalongan sekitar 1,8 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih enam menit.

Perjalanan menuju Museum Batik Pekalongan akan melalui Jalan Hasanudin, Jembatan Loji Pekalongan, dan tiba di Museum Batik Pekalongan di Jalan Jatayu.

Sumber:

asosiasimuseumindonesia.org

kebudayaan.kemdikbud.go.id

tourism.pekalongankota.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/10/01/163531278/museum-batik-pekalongan-daya-tarik-sejarah-dan-harga-tiket

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke