Salin Artikel

Sneevliet, Pembisik Semaoen Ketua PKI Pertama Saat Menghimpun Massa di Semarang

Snevleet merupakan tokoh propagandis komunis berkebangsaan Belanda yang cukup berpengalaman untuk menginisiasi massa, tak terkecuali para buruh.

Karena pengalaman itulah, Snevleet sedikit banyak memengaruhi Semaoen dalam beberapa aksi mogok kerja para buruh di Semarang.

Perjumpaan Semaoen dan Sneevlit pertama kali terjadi saat keduanya masih tinggal di Jawa Timur (Jatim).

"Semaoen yang saat itu masih umur belasan tahun terpikat dengan jalan pemikiran Henk Sneevliet," jelas Sejarawan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tsabit Azinar Ahmad, Kamis (29/9/2022).

Salah satu pemikiran Sneevliet yang membuat Semaoen terpikat adalah gagasan Snevliet yang menyebut pergerakan harus melingkupi pada aspek paling kecil tak terkecuali kaum buruh.

"Gagasan itu, membuat Semaoen benar-benar terpikat," ujarnya.

Sekitar Mei 1913, Sneevliet pindah ke ke Semarang untuk menggantikan D.M.G. Koch sebagai Sekretaris Semarang Handelsvereeniging. "Pada 1916 Semaoen juga pindah ke Kota Semarang," ujarnya.

Semaoen dan Sneevliet berjumpa lagi di Kota Semarang. Saat itu Semaoen aktif di sebuah organisasi Sarekat Islam (SI) yang dipimpin Cokroaminoto sebagai pimpinan pusat.

Di Semarang, Semaoen dan Sneevliet juga sempat terlibat aksi mogok kerja para buruh kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Menurutnya, kecocokan Sneevliet dengan Semaoen karena ada kecocokan ideologi dan garis perjuangan yang tak jauh beda.

"Ini ada kesamaan ideologi apa yang dibawa sneevleet dan apa yang dilakukan Semaun dengan Sarekat Islam di Semarang," tutur Tsabit.

Menurut Tsabit, Sneevleet merupakan seorang propagandis komunis yang cukup berpengalaman untuk menginisiasi massa tak terkecuali para buruh.

Snevleet turut mempengaruhi Semaoen dalam beberapa aksi pemogokan para buruh di Semarang hingga internal SI itu sendiri.

"Pengaruh Sneevliet membuat Semaoen berhaluan gerakan sosialis revolusioner yang cukup radikal. Hal itulah yang akhirnya membuat SI Semarang yang dipimpin Semaun dijuluki SI Merah," ungkapnya.

Sebuah jurnal berjudul Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-1920 yang ditulis Endang Muryanti menyebut, Semaoen mempunyai pandangan berbeda dengan SI pusat terkait dewan perwakilan rakyat atau Volkstraad.

Saat itu SI pusat menginginkan adanya dewan perwakilan rakyat (Volkstraad), namun SI Semarang khususnya Semaoen yang beraliran radikal tidak senang dengan keputusan tersebut.

Menurut Semaoen, adanya Volksraad sama saja dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda yang dia anggap sebagai penjajah.

Dalam Kongres Nasional Sarekat Islam ketiga di Surabaya pada 29 September–6 Oktober 1918, pengaruh Semaoen semakin luas.

"Semaoen mulai mengoordinir kaum buruh dan tani melalui sentral Sarekat Pekerja," jelasnya.

Semaoen yang beraliran radikalis sosialis revolusioner membuat Sarekat Islam Semarang mempunyai dua kubu, yakni kubu Semaoen dan kubu Abdoel Moeis.

Semaoen lebih radikal sedangkan Abdoel Moeis lebih kooperatif. Pertentangan antara Semaoen dengan Abdoel Moeis dalam masalah Volkstraad dan perbedaan pandangan mengakibatkan perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam itu sendiri.

"Sejak saat itu muncul istilah SI Putih dengan pimpinan Cokroaminoto yang diteruskan Abdoel Moeis dan SI Merah yang dipimpin Semaoen dan Darsono," kata sejarawan Unnes tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/29/134907478/sneevliet-pembisik-semaoen-ketua-pki-pertama-saat-menghimpun-massa-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke