Salin Artikel

Mengapa Diberi Nama Kota Baubau?

Presiden menyempatkan diri berkunjung ke Panti Kamali, Kelurahan Wale, Kecamatan Wolio dan membeli mainan lalu dibagikan ke anak-anak.

Sementara itu warga Kota Baubau juga memadati Pasar Tradisional Wameo. Mereka berdiri mulai jalur masuk pasar hingg ke dalam pasar untuk melihat langsung sosok Presiden Jokowi.

Jokowi adalah Presiden kedua yang datang ke Kota Baubau setelah Presiden Soeharto pada tahun 1990 atau sekitar 32 tahun lalu.

Mengapa disebut Kota Baubau?

Dalam jurnal Kota Baubau dalam Jalur Rempah di Indonesia Timur dijelaskan Baubau adalah kota pantai yang pernah disentuh peradaban Kesultanan Buton.

Selain itu Kota Baubau dipengaruhi peradaban bahari yang terkait perdagangan rempah-rempah (jalur rempah) karena letaknya strategis berada di teluk antara Pulau Muna dan Pulau Buton.

Karena itu Kota Baubau menjadi pelabuhan penting di Nusantara.

Disebutkan dalam Kabanti Bula Malino karya Sultan Muhammad Idrus Qaimuddin (1824-1851) ditemukan spirit terbentuknya Kota Baubau.

Kota Baubau adalah pusat Kerajaan Buton (Wolio) yang berdiri di abad XV dan dibangun oleh pelayar dari Melayu.

Kala itu berdatangan para bangsawan yang rata-rata memiliki gelar Andi Bau di depan nama mereka sebagai tanda kebangsawanan.

Banyaknya bangsawan bergelar Bau yang datang ke Buton inilah yang menyebabkan daerah itu disebut Baubau.

Kata Bau berasal dari pedagang Bugis menjadi penanda toponimi asal-usul Kota Baubau

Diceritakan pemukiman di kawasan tersebut berawal saat Benteng Keraton Wolio terbakar tahun 1821. Lalu ada perpindahan ke Bukit Baadia dan ke arah pinggir laut yang bernama Wameo.

Lalu pemukiman juga berkembang ke Kampung Kaubulo, Loji hingga terbentuk Kota Baubau.

Perpindahan ke pantai ini memicu ramainya pemukiman di pinggir laut terutama setelah pedagang luar datang ke Baubau Buton.

Baubau pun berkembang sebagai kota pantai dan menjadi pelabuhan penting yang menghubungkan Buton dengan dengan dunia luar.

Pelabuhan Muara Sungai Baubau pun berkembang dengan dibukanya Pelabuhan Jembatan Batu di pinggir muara sungai hingga dibangun pelabuhan resmi yakni Pelabuhan Murhum.

Pelabuhan Murhum pun tumbuh bersama Kota Baubau sejak zaman kolonial dan memiliki posisi strategis karena diapit dua pulau besar yakni Buton dan Muna.

Kota Baubau memiliki beberapa aset pusaka baik yang berupa aset pusaka tangible berupa situs bersejarah maupun aset pusaka non-benda yang berupa tarian, prosesi adat, dan sebagainya.

Aset pusaka bangunan/situs bersejarah yang terdapat di Kota Baubau yaitu Benteng Keraton Wolio, Masjid Agung Keraton Buton, Masjid Quba Baadia, Jangkar/Samparaja, Baruga, Bato Popaua, Batu Wolio (Yi Gandangi) dan Simbol Naga.

Termasuk Simbol Nanas, Rumah Adat Malige, Rumah Adat Kamali, Rumah Adat Banua Tada, Makam Sultan Murhum, Makam Sangia Lampenano, Makam Sangia La Kambau, dan Pelabuhan Baubau.

Sedangkan aset pusaka non-benda yang terdapat di Kota Baubau, yaitu Prosesi Kakande-kandea, Tuturangiana Andala/Pakandeana, Pesta Adat Mata'a, Posuo, Ritual Gorana Oputa, Qunut, Upacara Adat Alanaa Bulua, Upacara Adat Dole-dole, Haroa Maludu, Tari Mangaru, Tarian Kalegoa, Tari Galangi, Tari Linda, dan Tari Mencei.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/27/163400078/mengapa-diberi-nama-kota-baubau-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke