Salin Artikel

Bermusik dengan Sederhana Bersama Komunitas Beatbox Semarang

SEMARANG, KOMPAS.com- Setiap anak muda punya cara unik dalam menyalurkan hobi dan bakatnya, di Komunitas Beatbox Semarang salah satu contohnya.

Jika bermusik biasanya memainkan alat-alat fisik seperti drum, gitar, piano, dan sejenisnya, anak-anak muda yang tergabung dalam Beatbox Community of Semarang (BCOS) ini hanya menggunakan mulut dalam aksinya.

Terdengar suara bass, drum, hi-hat, snare, saling bersahutan memenuhi pelataran Taman Indonesia Kaya malam itu.

Setiap Sabtu malam, anak-anak muda berpakaian casual itu berkumpul, berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengasah kemampuannya di bidang beatbox.

Meski tanpa alat musik, bunyi tiruan itu seolah tersusun rapi membentuk tangga nada dan berhasil membawakan sebuah lagu.

Salah satu anggota Beatbox Semarang, Emboth menuturkan, beatbox menjadi salah satu senjata paling sederhana dalam berkarya.

Selain tidak membutuhkan alat, beatbox juga dianggap mudah lantaran semua manusia memiliki mulut sebagai panca indera.

Dirinya menyebut, tidak sulit baginya untuk menirukan suara alat musik dan menyusun irama melalui mulut. Asalkan, ada kemauan untuk berlatih dan mengembangkan minat.

"Tergantung niat sama konsistennya. Karena kalau belajar basic-nya gampang, tinggal konsistennya," jelas Emboth saat ditemui Kompas.com baru-baru ini.

Lebih jelas Emboth menuturkan, ada beberapa nada dasar yang perlu diketaui para beatboxer pemula. Di antaranya, nada B (bass-drum), T (hi-hat), dan K (snare).

Dengan menguasai tiga komponen tersebut, imbuh Emboth, para beatboxer sudah bisa melenggangkan aksinya.

Sementara itu, Emboth menyebut, tidaklah rumit untuk membunyikan nada B-T-K dari mulut.

Untuk nada B,  yakni dengan mengucapkan huruf B tanpa vokal. Nada T, seperti membunyikan chest. Sedangkan K seperti berkata "ka" tapi diisap.

"Nah kalau bunyi K itu paling sulit di antara yang lain," tutur Beatboxer asal Semarang itu.

Emboth menyebut, selain nada dasar, masih banyak variasi nada yang bisa dibunyikan melalui mulut.

Dari variasi tersebut, lahir pula effect yang masih terus berkembang hingga sekarang. Bahkan, jumlanya pun tidak bisa dipastikan.

"Variasinya tak terhingga. Karena per orang punya pattern dan teknik yang berbeda. Berkembang terus tidak bisa distop," tutur Emboth.

Sejak tahun 2013, Emboth bergabung di Komunitas Beatbox Semarang ini.

Berbagai zaman dilewati, berkembang pula dirinya dengan pembawaan teknik yang khas dan unik.

Tak heran, dirinya banyak meraih prestasi kejuaran beatbox dan beberapa kali berkesempatan menjadi juri perlombaan.

Sementara itu, salah satu anggota BCOS, Reza, manganggap komunitas satu ini sebagai tempat berkembang, bertumbuh, dan meningkatkan kemampuan diri.

Mahasiswa Universitas Pelita Nusantara itu menuturkan, beatbox telah membuat dirinya bisa memainkan sejumlah genre lagu. Di antaranya, trap, drill, bush music, graim, dop step, dan masih banyak lagi.

"Kita berkembang, juga ngikutin perkembangan musik. Kalau sekarang yang masih hype digemari anak-anak beatbox itu genre drill," tutur Reza.

Sebagai beatboxer, dirinya mengaku, perlu banyak berlatih agar kemampuannya tetap terasah.

Mengingat, seiring berjalannya waktu, semakin bertambah pula pehobi dan pegiat beatbox di seluruh Indonesia, khususnya di Kota Semarang.

"Pasti setiap beatboxer juga punya keunikan dan karakter masing-masing, jarang yang sama. Makanya harus konsisten," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/18/135806678/bermusik-dengan-sederhana-bersama-komunitas-beatbox-semarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke