Salin Artikel

Menikmati Sanggala dan Dabu-dabu di Tepi Danau Perintis yang Memesona

GORONTALO, KOMPAS.com –  Pernah mencoba kuliner sanggala (pisang goreng) dengan dabu-dabu (sambal) khas Gorontalo di Danau Perintis Kabupaten Bone Bolango?

Jika berkunjung ke Gorontalo jangan lupa untuk menikmati kudapan khas ini dengan kopi hitam panas.

Danau Perintis ini adalah sebuah danau kecil di Kecamatan Suwawa yang menawarkan pesona keindahan, sehingga selalu ramai di setiap akhir pekan atau hari libur.

Danau mungil yang letaknya tidak jauh dari Taman Nasional Bogani Nani Wartabone ini menawarkan pemandangan yang memesona, kelembapan udara yang nyaman dan keramahan warga sekitar khas masyarakat Gorontalo.

Awalnya danau ini merupakan cekungan yang menjadi penampung air dari sisi yang lebih tinggi.

Air ini dimanfaatkan para petani untuk mengairi sawah di sekitarnya. Seiring perjalanan waktu, danau ini menjadi lokasi wisata dan tempat memancing masyarakat sekitar.

“Setiap akhir pekan atau hari libur mulai ramai dikunjungi masyarakat, termasuk wisatawan Nusantara, ada juga wisatawan mancanegara,” ujar Andris Modamba Saleh (37), pengelola Danau perintis yang juga staf Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bone Bolango, Kamis (15/9/2022).

Atraksi wisata yang disuguhkan di sini antara lain mengelilingi danau dengan sepeda air yang bisa disewa dengan harga Rp10 ribu per orang.

Wisatawan yang menggunakan sepeda air ini akan dilengkapi jaket pelampung yang berwarna menyolok sebagai syarat kelengkapan untuk menikmati setiap sudut danau ini dari badan danau.

Pengunjung sepuasnya mengayuh pedal untuk menuju sudut yang diinginkan, meski danau ini tidak besar namun memiliki tantangan tersendiri jika ingin mengelilinginya dengan sepeda air.

Saat lelah mengayuh pedal, wisatawan bisa berlama-lama di tengah danau sambil menikmati pesona lansekap kaki Gunung Tilong Kabila dan sekitarnya.

Deretan bukit-bukit yang membujur terdiam di kejauhan, pohon-pohon kelapa yang melambai ditiup angin, hingga tingginya Gunung Botu Wapadu di sisi utara.

Sejumlah titik di sisi danau ini menawarkan spot pemotretan yang Instagramable,bisa dilakukan sendirian atau berkelompok, pemandanagn danau, bukit dan langit akan terekam indah sebagai kenangan yang tak terlupakan.

Spot lain adalah bendi yang mengapung di atas air, meski tanpa kuda badan bendi ini bisa menjadi alternatif pemotretan, atau hanya duduk berlama-lama di sini sambal menikmati suasana.

“Terasa nyaman, udara segar dan pemandanagn indah,” kata Cindrawaty Tanua, mahasiswa baru Universitas Negeri Gorontalo yang menikmati danau bersama temannya.

Cindrawaty yang awalnya ragu-ragu menaiki sepeda air karena baru pertama kalinya, akhirnya ia terlena mengayuh sampai di tengah danau sampai gerimis tipis menyadarkan untuk segera menepi.

Makanan ringan yang disediakan warga sekitar segera menyambutnya, sanggala panas dan dabu-dabu siap dipesan tanpa menunggu lama.

Sanggala adalah pisang goreng khas Gorontalo yang dimakan dengan sambal atau dabu-dabu rica (cabai) bawang yang sedap, apalagi dalam kondisi cuaca mendung.

Kunu Kasu (44), lelaki warga Desa Boludawa Kecamatan Suwawa yang memiliki booth kontainer bersama Farida Daud istrinya akan segera menyuguhkan sanggala panas dan dabu-dabu ini. Mereka berdua adalah warga desa yang ramah.

Bagi yang menyukai kopi, juga tersedia kopi kampung Gorontalo yang ternama. Pas sajian dan suasana akhir pekan di danau perintis ini.

“Kami menyewa booth container ini dari badan usaha milik desa, alhamdulillah bisa melayani tamu di sini,” kata Kunu Kasu.

Kunu Kasu dan Farida Daud tidak sendiri, di sisi lain danau ini juga ada Aci Lani dan Mami Sano yang dengan ramah akan melayani mengantar sanggala ke tepi danau.

Sayur putungo

Suguhan lain yang dapat dinikmati di sini adalah jagung bakar dan rebus. Cara makan jagung di Gorontalo ini pun unik karena harus dicampur dengan urapan sayur putungo, sayuran ini berbahan jantung pisang yang dalam Bahasa Gorontalo dinamakan putungo.

Parutan kelapa mengkal dan rempah-rempah dicampur menjadi suguhan pendamping makan jagung bakar atau rebus.

Paduan citarasa ini sangat pas untuk dinikmati. Mungkin akan terasa aneh bagi orang dari luar daerah, namun inilah kekayaan kuliner masyarakat Gorontalo yang unik dan patut dinikmati.

“Jagung banyak di sini, di ladang-ladang masyarakat ditanami jagung semua. Kelapa juga banyak, tinggal mengolah dengan rempah saja dan segera menjadi sayur putungo yang disajikan dengan jagung panas-panas,” ucap Achril Babyonggo, mantan Camat Suwawa.

Selain kulinernya yang akan menambat lidah pengunjung, suasana pedesaan juga membuat berlama-lama menikmati kesejukannya. Tidak ada kebisingan di lokasi ini, suasana sangat tenang dan nyaman.

Udara bersih mengalir dari tanaman liar yang tumbuh di ladang warga, juga dari Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang tidak jauh dari dari danau ini.

“Dulunya danau ini juga memiliki masalah dengan tanaman air yang tumbuh liar tak terkendali seperti eceng gondok,” kata Achril Babyonggo yang pernah turun langsung mengangkat eceng gondok dari badan danau.

Menurut Achril Babyonggo, danau perintis ini adalah potensi alam yang harus dikelola dengan baik, sehingga bisa dinikmati wisatawan dan memberi penghidupan kepada warga sekitar. Kuncinya adalah menjaga kelestariannya agar tetap alami dan asri.

Keelokan danau dan keramahan masyarakatnya menjadikan daerah ini sebagai tempat bermukimnya puluhan siswa dari Kalimantan Barat pada kegiatan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari program BUMN untuk Negeri.

Kala itu para siswa diinapkan di rumah-rumah warga untuk bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat dan budayanya.

Masyarakat menyuguhkan kesenian tradisional dana-dana yang dimainkan di tepi danau saat bulan bersinar terang, sinarnya indah terpantul dari permukaan danau yang tenang, sementara pukulan alat musik marawis bertalu-talu menghentak bersama gerakan tari para kaum muda.

Di danau ini interaksi kaum muda beda budaya berlangsung untuk mengeratkan keindonesiaan yang indah.

Tidak hanya itu, kelompok anak muda lain juga silih berganti datang untuk menggelar kemah, seperti yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka Kwartir Ranting Kecamatan Suwawa Bersatu.

Para anggota Pramuka menggelar kegiatan untuk mengambil wing napak tilas, para kaum muda ini menikmati kegiatan kepramukaan termasuk harus turun di badan danau dengan seragam lengkapnya.

“Danau perintis bisa untuk kunjungan pribadi, dengan keluarga atau kolega atau juga bisa kegiatan bersama sekolah atau komunitas,” ujar Andris Modamba Saleh.

Bentang alam yang indah dan unik mnejadikan lokasi danau perintis dan sekitarnya cocok untuk kegiatan outbond, biasanya dilakukan oleh sekolah, komunitas atau tempat-tempat kursus yang mengajak siswanya ke sini.

Para peserta outbond biasanya dikenalkan dengan alam sekitar, budaya masyarakat setempat dan membangun kekompakan dalam permainan internal.

Cara berkunjung

Untuk mengunjungi danau ini tidak sulit, semua moda kendaraan dapat digunakan sampai di lokasi. Naik motor atau mobil, bahkan bersepeda pun dapat dijangkau.

Jarak dari Kota Gorontalo sekitar 15 kilometer yang dapat ditempuh dengan waktu 15 menit atau kurang dari itu.

Tidak ada macet dalam perjalanan, bahkan akan banyak menemukan jalan yang lengang, terutama di jalan by pass, kanan kirinya adalah sawah, sepanjang jalan terasa teduh karena sepanjang jalan ini ditumbuhi pohon trembesi yang rindang.

Bahkan kalua berjalan di waktu malam, di kawasan yang berdekatan dengan kantor bupati Bone Bolango pohon-pohon ini disorot denagn lampu.

Pemerintah Kabupaten Bone Bolango telah menempatkan lampu di setiap batang pohon yang menyorotkan cahaya ke arah atas. Ini menjadi atraksi malam tersendiri.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/17/070000678/menikmati-sanggala-dan-dabu-dabu-di-tepi-danau-perintis-yang-memesona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke