“Alesannya dari pusat masih proses terus, tapi sampai sekarang masih sama aja,” keluh Iwan, driver perusahaan berlogo hijau kepada Kompas.com.
Tak hanya grab, sejumlah perusahaan lainnya juga menjanjikan hal sama. “Mau sampai kapan, ini sudah seminggu BBM naik,” timpal seorang drivel lainnya.
Menurut Iwan, semestinya satu minggu cukup untuk mengatur kebijakan penyesuaian tarif ojol terhadap kenaikan harga BBM.
Di samping itu, pihaknya meminta agar perusahaan mempertimbangkan kondisi ekonomi para pengemudi dengan tidak membebankan biaya pesanan dan tambahan lainnya secara berlebihan.
“Percuma kalau tarif naik, tapi biaya pesanan dan lainnya juga ditambah dan dibebankan ke kita. Kan sama aja bohong,” celetuk Iwan.
Pasalnya kebijakan serupa pernah dialami sebelumnya. Ia dan pengemudi ojol lainnya sudah merasa kesulitann dengan kondisi saat ini.
Kerugian akibat kenaikan harga BBM itu juga dirasakan Somad. Pengemudi ojol asal Kendal harus melaju ke Semarang setiap hari demi menarik penumpang atau pesanan.
Ia merangkap sebagai pengemudi perusahaan maxim dan shopeefood. Semarang dipilihnya lantaran lebih banyak pesanan.
Dalam sehari minimal ia menghabiskan 3-4 liter untuk bekerja. Namun sejak harga BBM naik, ia harus menggunakan sebagian alokasi kebutuhan pokok untuk membeli bahan bakar.
Secara tak langsung, daya beli menurun. Somad harus mengubah dan mengurangi belanja kebutuhan pokok agar dapat menarik pesanan ojol.
“Rugi banyak, Mbak. Tapi mau gimana lagi? Namanya cari nafkah buat kebutuhan keluarga,” ungkap Somad.
https://regional.kompas.com/read/2022/09/10/120418878/tarif-ojol-masih-belum-naik-pengemudi-keluhkan-proses-lambat