Salin Artikel

Tari Tanggai: Sejarah, Makna, Busana dan Gerakan

KOMPAS.com - Selain Tari Gending Sriwijaya terkenal di Sumatera Selatan, Kota Palembang juga memiliki kesenian tari yaitu Tari Tanggai.

Tari Tanggai adalah salah satu tarian tradisional untuk menyambut tamu yang berkembang di Palembang, Sumatera Selatan.

Tari Tanggai dan Tari Gending Sriwijaya sama-sama merupakan tari penyambut tamu.

Perbedaannya, Tari Gending Sriwijaya adalah tari penyambut tamu yang berhubungan Provinsi Sumatera Selatan.

Sementara Tari Tanggai diciptakan untuk penyambutan tamu yang berhubungan dengan acara pernikahan dan tamu-tamu yang datang ke Kota Palembang.

Pada abad ke-5 Masehi, Tari Tanggai merupakan tari persembahan terhadap dewa siwa dengan membawa sesajian yang berisi buah dan beraneka ragam bunga.

Pada zaman dahulu, Tari Tanggai bertujuan sebagai tari persembahan pengantar sesajian sehingga dikategorikan tarian yang sakral.

Nama Tari Tanggai berasal dari alat atau properti seperti kuku yang terbuat dari lempengan tembaga dipakai penari yaitu tanggai di delapan jari si penari kecuali jempol.

Seorang penari Tanggai harus memiliki kelentikan terutama pada jari-jari tangan saat memakai Tanggai.

Tari Tanggai Palembang juga memiliki kesamaan dengan tarian yang ada di Negara China. Hal ini karena pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan besar yang dibangun oleh keturunan raja Syailendra beragama budha dan secara tidak langsung diajarkan sebagai tari persembahan terhadap dewa.

Pada Abad ke 17, Kesultanan Palembang Darussalam mengharamkan gadis atau perempuan menari, sehingga seluruh pertunjukan diperankan oleh laki-laki, termasuk Tari Tanggai.

Lalu memasuki tahun 1920, Tari Tanggai digunakan untuk mencari jodoh oleh para orangtua di Palembang atau disebut Rasan Tuo.

Berlanjut pada tahun 1965, Lagu dan Tari Gending Sriwijaya dilarang untuk ditampilkan, sehingga tercipta Tari Tanggai versi Elly Rudi dengan menggunakan lagu "Enam Saudara" untuk menyambut kedatangan tamu yang berkunjung ke Palembang.

Tari Tanggai dibawakan oleh 5 orang dengan memakai pakaian khas Palembang yaitu Aesan Gede, seperti:

  • Kain songket
  • Dodot
  • Pending
  • Kalung
  • Sanggul malang
  • Kembang urat atau rampai
  • Tajuk cempak
  • Kembang goyang
  • Tanggai
  • Tepak (kotak persegi panjang yang diisi dengan daun sirih, tembakau, gambir, pinang, dan kapur)

Tari ini adalah perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah sehingga para penari terlihat anggun.

Makna dari tari ini adalah menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.

Sementara alat musik pengiringnya versi Elly Rudi terdiri dari:

  • Acordion
  • Gendang Melayu
  • Gong
  • Simbal
  • Beduk
  • Terbangan
  • Tamborin

Gerak Tari Tanggai

Dalam jurnal Makna Gerak Tari Tanggai di Kota Palembang Sumatera Selatan (2019) oleh Gabriella Saras Katungga, terdapat beberapa gerak dalam tari Tanggai, yaitu:

Gerak ini melambangkan kegiatan masyarakat kota Palembang, khususnya perempuan yang menyulam dan menenun. Sehingga gerakan ini lebih menekankan pada keahlian gerak tangan.

Gerak tabur

Penyampaian gerak pada tari Tanggai adalah seperti gerak menabur. Menabur dalam tarian ini bermakna menaburkan kebaikan, berbagi kepada sesama, maupun menaburkan ajarakan agama.

Gerak memohon

Gerak memohon adalah gerak ketika kita meminta sesuatu. Memohon semua hla yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Palembang merupakan orang yang berketuhanan, sehingga manusia dituntut untuk selalu berserah diri dan beribadah kepada Tuhan.

Gerak suri

Bersuri adalah menyisir rambut. Gerakan ini bermakna seorang wanita untuk menjaga kehormatan diri. Gerakan-gerakan bersolek sebagai wanita.

Gerak elang terbang

Gerak yang menirulan perilaku hewan yaitu burung elang yang sedang terbang dengan membentangkan kedua tangannya. Gerak ini melambangkan manusia harus selalu tangkas dalam segala sesuatu.

Gerak abstrak

Gerak yang tidak memiliki makna dan digunakan untuk memenuhi ekstetika. Dalam tari Tanggai, gerak abstrak seperti gerak silang sebagai gerak penghubung, gerak rentang ketika melakukan sembahm, dan gerak keset atau jalan pelan.

Gerak kecubung dilakukan dengan geraka memutar. Kecubung adalah tumbuhan yang memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah pengobatan.

Gerak tafakur

Tafakur merupakan renungan atau perenungan, dilakukan pada saat bersujud dan berserah kepada sang Pencipta. Tafakur adalah gerakan yang diambir dari cara kita berserah kepada yang Maha Kuasa.

Gerak menyumping

Menyumping berasal dari kata cuping artinya telinga. Maknya yang terkandung dalam gerak ini adalah rendah hati. Kegiatan menyumping adalah mendengarkan.

Gerak siguntang mahameru

Siguntang Mahameru adalah nama bukit tertinggi di kota Palembang dan digunakan sebagai upacara keagamaan umat Buddha.

Gerak stupa

Gerakan ini mencerminkan bahwa manusia dituntut untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Hal ini dilakukan untuk manfaat baik diri sendiri maupun untuk orang lain.

Kegiatan yang dilakukan untuk menyempurnakan antara usaha dan doa juga dibutuhkan keseimbangan antara rasa dan pikiran yang fokus.

Gerak tolak bala

Tolak bala artinya menolak atau menangkal bahaya, penyakit atau menolak segala hal yang tidak baik dalam diri. Sehingga gerakan ini melambangkan perlindungan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak baik.

Sehingga dalam hal ini wanita harus menjaga kehormatan diri, sehingga sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan lebih.

Sumber:

Kompas.com (Penulis : Serafica Gischa | Editor : Serafica Gischa)

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumsel

https://regional.kompas.com/read/2022/09/02/122618478/tari-tanggai-sejarah-makna-busana-dan-gerakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke