Salin Artikel

Cerita Dokter soal Rujukan Pasien Bedah Saraf Melonjak karena Asuransi

Sejumlah perawat masuk sembari mendorong tempat tidur berisi seorang pasien laki-laki. Pasien paruh baya dengan gejala tumor otak itu bersiap menjalani operasi bedah.

Tidak menunggu lama, seluruh tim medis mulai bekerja sesuai perannya masing-masing.

Namun baru hitungan menit berjalan, pisau bedah yang sedang membuat sayatan kecil di kepala pasien langsung dihentikan.

Diagnosa pasien tiba-tiba memerlihatkan gejala tak lazim. Operasi pun langsung disetop.

"Tadi batal karena pasien ada gangguan nafas dan jantung," kata Ferry Kurniawan, dokter bedah RSUD Soekarno, kepada Kompas.com, Rabu.

Selanjutnya pasien dibawa ke ruang perawatan untuk menstabilkan kondisi tubuhnya.

Operasi akan dilanjutkan kembali ketika kondisi pasien sudah dinyatakan benar-benar layak.

Ferry menuturkan, pasien tumor otak dengan penanganan bedah saraf termasuk dalam layanan kesehatan yang sulit.

Operasi ini harus menggunakan berbagai peralatan canggih dan harus berhubungan dengan bagian sensitif pasien, yakni simpul-simpul saraf.

Beruntung saat ini, fasilitas kesehatan di RSUD Soekarno telah membuka layanan operasi bedah, sehingga pasien tak perlu dirujuk jauh-jauh ke luar daerah.

"Sejak 2017 sampai saat ini kami sudah bisa operasi di sini. Didukung peralatan medis dan ketersediaan dokter melalui program sisters hospital," ujar Ferry.


Melalui program sisters hospital, dokter dari rumah sakit lain akan datang berkunjung untuk menangani pasien.

Sehingga ini sangat meringankan pasien dari segi biaya dan waktu.

"Kalau dikirim ke luar daerah tentunya pasien dan keluarganya harus ikut. Ditambah lagi dengan masa tunggu di rumah sakit yang dituju, bisa menguras waktu dan biaya," ungkap Ferry.

Layanan medis bedah saraf atau tumor otak di RSUD Soekarno, kata Ferry, sepenuhnya bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Untuk itu pasien tidak dikenakan biaya sejak rujukan diterima hingga dilakukannya operasi.

"Sudah masuk tanggungan BPJS Kesehatan. Kalau pakai biaya mandiri, satu kali operasi bisa mencapai Rp 27 juta," ungkap Ferry.

Lebih dari 200 kali operasi telah dilakukan menggunakan layanan asuransi pemerintah tersebut.

Selain menerima pasien rujukan dari rumah sakit pemerintah, RSUD Soekarno juga menerima rujukan dari rumah sakit swasta.

Fasilitas kesehatan pun terus dilengkapi, ditandai dengan adanya CT Scan MRI (Magnetic Resonance Imaging).

"Bedah saraf yang sudah dilakukan seperti bedah kepala dan tulang belakang," ucap Ferry.


Menurut Ferry, selama pandemi Covid-19 layanan operasi bedah saraf sempat dibatasi. Seiring dilakukannya transisi menuju endemi, bedah saraf dengan tanggungan BPJS Kesehatan kembali dibuka secara penuh.

Pembukaan layanan secara penuh sekaligus membuka kesempatan kerja bagi tenaga dokter, perawat hingga petugas keamanan.

Mereka kini dituntut melayani pasien selama 24 jam nonstop dengan pembagian shift kerja. Bangsal perawatan di RSUD pun ikut ditambah jumlahnya menjadi 500 tempat tidur serta dilengkapi ruang VVIP.

Dokter Ferry yang menjadi dokter utama di RSUD Soekarno, kini juga didampingi sejumlah dokter lainnya dengan berbagai bidang keilmuan, salah satunya radiologi.

Tren peningkatan pasien bedah saraf di RSUD Soekarno terlihat dari grafik laporan tahunan. Tercatat selama 2021 telah dilaksanakan sebanyak 80 kali operasi.

Sementara hingga Mei 2022, operasi bedah saraf telah mencapai 64 kali. Hingga akhir tahun, jumlah total operasi bedah saraf diprediksi bisa melampaui angka pada 2021.

Ferry pun mengisahkan, salah satu pasien tumor otak yang ditanggung BPJS Kesehatan telah diperbolehkan pulang.

Pasien perempuan berumur 49 tahun itu menjalani operasi kepala pada 8 Februari 2022.

"Keluhan utama pasien nyeri kepala sejak umr 17 tahun dan kelemahan gerak kiri sejak setahun terakhir.  Dari hasil MRI kepala didapatkan tumor otak," ujar Ferry.

Setelah menjalani operasi, pasien dirawat di ruang intensive care unit (ICU) selama satu minggu. Kemudian dipindahkan ke ruangan rawat biasa selama tiga hari. Selanjutnya pasien tersebut diperbolehkan pulang ke Belitung.

Dokter Bedah RSUD Soekarno, Armayani Rusli menambahkan, layanan BPJS Kesehatan terbukti mampu memperluas akses kesehatan pada masyarakat.

"Fasilitas rumah sakit senantiasa ditingkatkan dari tahun ke tahun. Peralatan pun diperbaharui sesuai standar katalog Kemenkes. Tapi untuk berobat, pasien tentunya butuh perlindungan, salah satunya melalui asuransi BPJS Kesehatan," ujar Armayani yang juga mantan direktur RSUD Soekarno.

Kepala Bidang SDM dan Komunikasi BPJS Kesehatan Pangkalpinang, Tri Wibowo mengatakan, operasi bedah saraf masuk dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan dengan memperhatikan indikasi medis.

Seandainya terdapat kekurangan sarana prasarana, peserta JKN akan dirujuk keluar daerah sesuai dengan kebutuhan medisnya.

Hingga Agustus 2022 cakupan kepesertaan JKN di Kepulauan Bangka Belitung mencapai 87,54 persen atau 1.288.918 jiwa.

Rinciannya, PBI APBN (321.643), PBI APBD (339.837), PPU (317.382), PBPU (293.975) dan BP/Bukan pekerja (16.081).

"Saat ini dengan layanan aplikasi Mobile JKN, pasien semakin dimudahkan karena bisa urus administrasi, cek ketersediaan fasilitas hingga membuat janji dengan dokter," pungkas Tri.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/31/180414978/cerita-dokter-soal-rujukan-pasien-bedah-saraf-melonjak-karena-asuransi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke