Salin Artikel

Krisis Air Bersih, Warga Kota Bima Konsumsi Air Asin Bertahun-tahun

Akibatnya, warga terpaksa menggunakan air sumur yang rasanya asin untuk kebutuhan sehari-hari.

Ketua RT 17 Kelurahan Tanjung, Mahani mengaku, warga yang tinggal di kampung Sarata itu mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.

Hingga saat ini, pemerintah belum memberikan solusi.

Selama bertahun-tahun, ia dan warga lainnya terpaksa mengonsumsi air asin karena tak ada pilihan lain.

Ia menuturkan, kelangkaan air bersih yang merupakan sumber kehidupan sehari-hari untuk memasak, mencuci, mandi dan sebagainya dirasakan hampir seluruh warga di lingkungannya.

"Kesulitan air memang di sini. Sudah puluhan tahun. Terlebih saat musim kemarau, kita terpaksa gunakan air sumur yang asin," kata Mahani saat ditemui Kompas.com, Selasa (30/8/2022).

Menurut dia, kondisi ini sudah cukup lama dan bahkan warganya sudah terbiasa minum air asin yang bercampur air laut tersebut.

Itu dilakukan karena warga setempat kesulitan mencari sumber air tawar.

Mahani mengatakan, penyebab air sumur di sekitar rumahnya itu terasa asin akibat terkontaminasi air laut.

"Kampung kita lokasinya tidak jauh dari pantai. Makanya air dalam sumur yang keluar adalah terasa asin karena sudah bercampur dengan air laut," tuturnya.

Namun karena tak ada pilihan lain, lanjut Mahani, warga ekonomi rendah terpaksa menggunakan air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, cuci hingga dikonsumsi.

"Airnya memang terasa asin, seperti ada garam. Kalau orang yang baru pertama kali mungkin merasakan pasti terasa beda dengan air sumur biasa," tuturnya

Sedang bagi warga mampu, mereka biasanya membeli air kemasan isi ulang saat keperluan memasak dan minum. Sementara untuk keperluan mencuci dan mandi, mereka tetap memakai sumber air sumur.

"Ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kita butuh air bersih yang layak untuk minum, mandi, mencuci, dan lain sebagainya," ujar dia

Krisis air yang berkepanjangan ini juga dikeluhkan warga lain. Dahlan, warga setempat mengatakan, sudah puluhan tahun ia dan keluarga terpaksa menggunakan air sumur yang tidak layak konsumsi itu.

Penggunaan air sumur ini, kata dia, terpaksa dilakukan dirinya lantaran tak ada air tawar yang bisa diambil warga.

"Sebelum saya lahir, warga kampung ini sudah menggunakan air sumur. Mau ambil di mana lagi air bersihnya, hanya dari air sumur saja, walaupun rasa air agak asin dan berkapur," kata dia.

Dahlan mengatakan, krisis air bersih di daerah itu tidak hanya dirasakan saat musim kemarau yang tengah berlangsung.

Namun masalah pasokan air bersih juga terjadi di musim hujan. Beberapa kali warga setempat membuat sumur bor yang cukup dalam, namun airnya tetap saja asin.

Sementara layanan air bersih dari SPAM milik pemerintah, kata dia, hingga saat ini belum juga dinikmati warga.

Padahal, pipa induk maupun jaringan telah dipasang. Bahkan meteran air telah dipasang di hampir rumah warga.

"Pipanya memang sudah terpasang dari dulu. Ditunggu-tunggu airnya enggak ada. Kami tidak tahu kapan air SPAM itu mengalir. Kasihan warga disini, pak," tuturnya.

Dia bercerita selama ini warga biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Begitu musim hujan tiba, ia dan keluarga harus membuat bak penampungan untuk menampung air.

Mereka terpaksa memanfaatkan air hujan untuk minum, mandi, dan mencuci lantaran belum ada sumber air yang layak.

“Kalau musim hujan, kami bahagia dan senang sekali. Air hujan itu kami langsung tampung," ucapnya

Namun musim hujan itu sudah berlalu. Warga pun kembali mengonsumsi air asin dari sumur seperti yang dilakukan selama bertahun-tahun secara turun temurun.

"Kita setengah mati masalah air ini, mau bagaimana lagi kita tidak punya pilihan lain. Di kala musim kemarau, kami hanya bisa dapat dari air asin," kata dia.


Namun ia tidak menampik pemerintah sudah turun tangan memberikan bantuan air, hanya saja bantuan air bersih yang diterima tidak rutin.

Bahkan, belakangan warga mengeluh sudah cukup lama tidak lagi mengonsumsi air bersih dari tangki berkapasitas 5.000 liter milik BPBD tersebut.

Menurut dia, pasokan air bersih itu tiba-tiba terhenti. Padahal mereka yang berada di kelurahan itu sulit untuk mendapatkan air bersih guna mencukupi kebutuhan sehari hari.

"Memang rutin bantuan air yang kita terima. Dalam sepakan dua sampi tiga kali, tapi itu sudah cukup lama dan sekarang tidak pernah muncul lagi. Padahal kami setiap hari tetap membutuhkan air bersih," tuturnya

Dahlan mengungkapkan, di kampungnya selama ini tidak memiliki fasilitas air bersih dari pemerintah. Karenanya, untuk mendapatkan air bersih, warga di lingkungn itu rata-rata menggunakan air sumur gali maupun sumur bor dekat rumahnya.

Namun, lanjut Dahlan, sumber air tersebut saat ini sudah tidak bisa digunakan lagi karena telah terkontaminasi air laut serta limbah yang mengalir dari sungai.

Menurut dia, sungai yang melintas di permukiman warga tersebut sudah tercemar sampah organik hingga tinja manusia yang dibuang sembarangan, sehingga ikut mencemari sumur.

Akibatnya, air sumur warga berubah warna menjadi keruh sehingga tak layak di konsumsi. Jikapun dipaksakan untuk digunakan secara terus menerus, mereka khawatir akan menimbulkan penyakit.

"Sumur di sini berdekatan dengan kali yang sudah tercemar. Air sumur jadi keruh, bisa jadi disebabkan oleh merembesnya limbah sampah dan kotoran manusia yang dibuang sembarangan di sungai," ujarnya.

Dengan kondisi itu, warga pun meminta dan berharap agar Pemkot Bima dapat segera mencarikan solusi, sehingga warga tidak kesulitan mendapatkan pasokan air bersih serta tidak lagi bergantung dengan air bantuan.

Menurut Dahlan, salah satu solusi yang dianggap tepat oleh warga setempat untuk mengatasi krisis air bersih menahun ini, adalah dengan proyek pengeboran air bersih dengan kedalaman tertentu.

Dia juga mengaku telah melaporkan krisis air tersebut ke instansi terkait.

"Semoga segera ada solusi. Kalau tidak memungkinan untuk dilakukan pengeboran, kami minta Pemkot Bima fungsikan layanan SPAM untuk memudahkan warga mendapatkan pasokan air bersih," harapnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bima, Zaenab tidak menampik bahwa krisis air bersih di sebagian wilayah Kota Bima sebenarnya sudah terjadi sejak lama dan hingga saat ini belum mampu diatasi.

"Kesulitan air bersih ini tidak hanya di Kelurahan Tanjung, tapi juga terjadi di Keluraha Dara, Melayu, Paruga dan Monggonao. Di beberapa titik tersebut, masyarakatnya lebih banyak mengandalkan air sumur yang kondisinya tidak layak," kata Zainab saat dihubungi Kompas.com.

Kesulitan bersih yang melanda sebagian wilayah kota tepian air itu, kata dia, tidak hanya dirasakan pada saat musim kemarau, namun hal serupa juga terjadi di musim hujan.

Hal ini disebabkan kondisi air tanah di wilayah yang tidak jauh dari pesisir pantai itu berjenis payau dan terasa asin.

"Itu terjadi semua wilayah pesisir, dan kondisi ini sebenarnnya bukan hal baru di Kota Bima, tapi sudah berlangsung lama. Karena memang disana tidak memiliki sumber air tawar. Sementara air sumurnya sudah tidak bisa dipakai karena asin. Maklum, wilayah mereka berada di pingir laut," ujarnya

Untuk mengatasi kesulitan air bersih, pemerintah daerah melalui BPBD rutin menyuplai air bersih ke sejumlah wilayah yang terdampak. Namun karena keterbatasan armada, suplai air menemui banyak kendala.

Kendala itu, lanjut dia, disebabkan terbatasnya armada mobil tangki yang dimiliki. Saat ini BPBD hanya memiliki satu armada. Sementara jika ditilik dari banyaknya daerah rawan kekeringan dan kesulitan air bersih di Kota Bima terdapat puluhan titik.

Sehingga dengan keterbatasan itu, pembagian air bersih yang sebelumnya ditargetkan bisa beberapa kali dalam sepekan, BPBD terpaksa menyuplai secara bergiliran. Terutama ke warga yang paling membutuhkan.

Namun, untuk mengatasi kendala itu, sejumlah instansi pun akhirnya turun tangan meringankan kesulitan air warga.

"Pengiriman air bersih untuk lima kelurahan yang terdampak ini memang diprioritaskan. Untuk spulai airnya, kami bekerjasama dengan instansi terkait seperti Bagian Umum dan PUPR, dan pihak swasta. Jadi, ada banyak pihak yang turun tangan, kalau hanya mengandalakan BPBD, tentu saja tidak mampu. Karena kami hanya punya satu armada. Sementara wilayah yang kesulitan air itu banyak," tuturnya

Menurut Zaenab, lima kelurahan yang terdampak kesulitan air bersih selama bertahun-tahun itu tidak masuk dalam daftar darurat kekeringan.

Walaupun tidak masuk daftar, pihaknya tetap menyalurkan bantuan air kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Karena wilayah tersebut benar-benar krisis air, ya kami bantu. Bahkan di musim hujan saja kita rutin droping air," ujar dia.

"Pada prinsipnya, kami selalu siaga dan kapan saja turun ke masyarakat yang memerlukan bantuan sesuai laporan yang disampaikan," tambahnya.

Merespons keadaan itu, kata Zaenab, selain menyalurkan bantuan air bersih, pemerintah Kota Bima sedang berupaya memperbaiki dan melengkapi pembangunan jaringan sitem penyediaan air minum (SPAM) milik PDAM yang sudah lama tak beroperasi.

Menurut dia, warga selama ini hanya mengandalkan aliran air PDAM milik Pemda Bima. Namun sejak beberapa tahun belakangan, jaringan PDAM tidak lagi mengalir sehingga menyebabkan warga kelimpungan mencari air bersih.

Untuk itu, Pemkot Bima langsung bergerak mengatasi gangguan air PDAM tersebut dengan melakukan perbaikan dan normalisasi sambungan pipa yang akan digunakan untuk mengalirkan air ke berbagai titik yang saat ini sedang berjalan.

"Saat ini Pemkot sedang berupaya mengotimalisasi jaringan SPAM, pipanya sedang dirapikan. Karena PDAM yang punya kabupaten sekarang sudah tidak jalan. Makanya sekarang pemerintah kota berupaya memperbaiki semuanya, sehingga krisis air bersih ini segera tertatasi," pungkasnya

Sementara itu, berdasarkan data BPBD, tercatat 24 kelurahan di Kota Bima yang masuk dalam daftar rawan darurat kekeringan. Namun demikian, kondisi di sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan tersebut masih dianggap aman oleh BPBD.

“Sementara masih aman, karena musim hujan kita agak panjang. Di Kota Bima, baru minggu ini tidak ada hujan, sehingga warga belum ada yang melapor soal dampak kemarau,’’ ucapnya

Kendati demikian, pihaknya tetap menerjunkan armada dan menyuplai air bersih kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/31/064334478/krisis-air-bersih-warga-kota-bima-konsumsi-air-asin-bertahun-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke