Salin Artikel

Lewat Program Pioneer, Dompet Dhuafa Bantu Pemberdayaan Penyandang Disabilitas dan Lansia

Pelatihan tersebut mengangkat tema "Workshop Pembelajaran Kemitraan yang Inklusi: Pelokalan dalam Respon Kemanusiaan di Kabupaten Sigi".

Acara itu berlangsung dari Selasa (23/8/2022) hingga Rabu (24/8/2022), di Tanaris Coffee, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Program Pioneer yang telah berjalan selama 13 bulan itu terdiri dari beberapa pelatihan, yakni pelatihan pengelolaan data disabilitas dan lanjut usia (lansia), membangun mekanisme koordinasi, sosialisasi pengurangan risiko bencana, pelaksanaan monitoring evaluation accountability and learning (Meal), pengadaan alat kesiapsiagaan bencana, simulasi bencana, dan lainnya.

General Manager DMC Dompet Dhuafa Shofa Qudus mengatakan, Pioneer merupakan salah satu program pihaknya untuk mengajak para penyandang disabilitas dan lansia untuk bersama membangun, tumbuh, dan berdaya.

“Program ini mengajak mereka untuk bermitra bersama guna menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusi sekaligus membangun pelokalan respons kemanusiaan,” ungkap Shofa dalam keterangan persnya, Kamis (25/8/2022).

Hal itu disampaikan oleh Shofa Qudus dalam acara program pelatihan Pioneer yang digelar di di Tanaris Coffee, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa.

Untuk diketahui, beberapa komunitas atau organisasi turut dilibatkan dalam program Pioneer, di antaranya Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis), Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKSLU), dan lembaga kemanusiaan lokal di masing-masing daerah.

Lebih lanjut, Shofa mengatakan, program Pioneer bisa terus berjalan dan berkolaborasi dengan beberapa lembaga terkait di Kabupaten Sigi maupun di seluruh Indonesia.

“Setelah program workshop ini berhasil digelar, diharapkan Dompet Dhuafa dapat terus menjalin kolaborasi bersama lembaga terkait untuk kemajuan para penyandang disabilitas dan lansia, khususnya di Kabupaten Sigi,” jelas Shofa.

Bidang Pengurangan Risiko Bencana (PRB) DMC Dompet Dhuafa Desi Edian Sari menjelaskan, terdapat tiga komponen mekanisme utama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program Pioneer.

Pertama, kemitraan yang inklusif, berkualitas dan setara yang mencakup pengembangan kemitraan yang kolaboratif antara organisasi respon lokal, yakni pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dan OPDis.

Kedua, penguatan kapasitas yang mencakup modul pembelajaran untuk meningkatkan sensitivitas serta memperkuat kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan untuk mendesain dan mengelola program respons kemanusiaan yang berkualitas tinggi, inklusif, dan akuntabel.

“Ketiga adalah partisipasi bermakna yang mencakup praktik lapangan sebagai ruang laboratorium perubahan bagi mitra Pioneer untuk berpartisipasi langsung dalam memastikan inklusivitas program kesiapsiagaan bencana di wilayah sasaran,” jelas Desi.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Desa Bora Luthfi mengatakan, hasil yang didapat oleh pemerintah desa (pemda) selama terlibat program Pioneer salah satunya adalah peningkatan atas kepedulian terhadap data warga yang disabilitas dan lansia.

“Program ini membuat adanya pembaharuan data dan peningkatan kapasitas penyandang disabilitas dan lansia, teredukasinya masyarakat tentang pengurangan risiko bencana serta adanya pemahaman pemda tentang penguatan akses penyandang disabilitas dalam rangka mengurangi risiko bencana,” ujar Luthfi.

Tak hanya itu, Luthfi juga berharap program tersebut dapat bermanfaat guna membawa Desa Bora menuju desa yang inklusi, bisa terus berlanjut, dan lebih banyak menjalin kolaborasi dengan berbagai institusi.

“Diharapkan program ini bisa terus bermanfaat bagi warga Desa Bora dan juga membawa warga untuk menuju Indonesia yang sesuai dengan Sila Kelima Pancasila, yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” katanya.

Salah satu peserta program Pioneer Irmansyah mengucapkan terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa dan sejumlah lembaga terkait yang telah mencetuskan program Pioneer.

Irmansyah mengaku, sebelum mengikuti program Pioneer, dirinya hanya pedagang kue pia biasa.

“Saya ikut program Pioneer ini sejaka awal. Sebelumnya saya hanya beraktivitas menjadi pedagang bersama istri. Tetapi, setelah ikut program, saya jadi lebih tertib administrasi dan paham secara sistematis bagaimana membuat sebuah proyek,” ujar Irmansyah.

Selain itu, Irmansyah juga turut mengajak para penyandang disabilitas di luar sana untuk tidak pernah berputus asa. Sebab, ketika dari dalam diri ada kata mau, maka penyandang disabilitas tentu bisa melakukan lebih dari orang lain.

Sebagai informasi, Desa Bora yang mayoritas bekerja sebagai petani ini terdiri dari tiga dusun dan 14 RT ini menaungi 43 jiwa disabilitas, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 24 perempuan.

Sedangkan jumlah lansianya sebanyak 204 jiwa yang terdiri dari 95 laki-laki dan 109 perempuan. Terdapat pula enam jiwa penyandang disabilitas yang juga masuk dalam kelompok lansia yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/25/20520631/lewat-program-pioneer-dompet-dhuafa-bantu-pemberdayaan-penyandang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke