Salin Artikel

Kisah Serda Antonius, Angkat Perekonomian Warga Kupang dengan Mengolah Kelor

Tanaman yang mulanya dikenal sebagai alat pengusir mahluk halus oleh masyarakat setempat itu, kini bernilai ekonomi.

Antonius membina masyarakat memanfaatkan kelor di rumahnya, RT 07/RW 11 Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Saya mulai memberdayakan warga binaan (untuk mengelola kelor) di tempat tugas sejak tanggal 23 Februari 2022. Pertama kali di Koramil Camplong," ujar Antonius kepada wartawan, Sabtu (20/8/2022).

Seiring berjalannya waktu, Antonius mengajak puluhan ibu rumah tangga dan anak-anak usia sekolah untuk mengolah kelor di waktu luang.

Ibu rumah tangga kini menjadi tenaga perontok daun kelor dari tangkainya atau sering disebut warga setempat dengan istilah koru.

Hingga kini, Antonius menggandeng 35 orang sebagai anggota kelompok yang dia beri nama Kelor Kasih.

Pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu 4 hingga 5 jam dan menghasilkan 50 sampai 60 kilogram daun kelor basah setiap hari.

"Untuk harga kelor mentah, kalau dari pimpinan itu berkisar Rp 5.000 per kilogram, tetapi saya juga membutuhkan biaya operasional untuk mengambil dan mengantar kelor ke sentra produksi yang berada di Koramil 02 Camplong," katanya.

"Sehingga setelah dijual, Rp 3.000 setiap kilogram dibagi ke para ibu dan anak-anak yang bekerja, sedangkan Rp 2.000 untuk biaya operasional atau mobilitas," lanjut Anton.

Ia menjelaskan Koramil Camplong yang berjarak sekitar 40 kilometer dari rumahnya, menerima satu kilogram kelor basah dengan harga Rp 5.000.

Menurutnya, harga itu diketahui oleh semua anggota kelompok. Namun, karena lokasi kelompok dan Koramil Camplong yang jauh, Antonius menyiasati dalam menentukan harga beli untuk anggota kelompok untuk menutupi biaya operasional.

Jika Antonius sendiri turun langsung mencari kelor di sejumlah kebun warga, maka setiap anggota kelompok akan mendapat Rp 2.000 setiap kilogram, sebagai upah koru.

Sedangkan, daun kelor yang sudah bersih dari tangkainya dan dijual oleh anggota kelompok kepadanya dihargai dengan harga Rp 3.000 per kilogram.

Selisih pembayaran dari Rp 3.000 maupun Rp 2.000 digunakan untuk biaya operasional dalam mencari kelor, maupun mengangkut kelor ke Camplong.

Setiap hari, Antonius menyewa tiga unit sepeda motor untuk mencari kelor di kebun-kebun milik warga.

Setelah melalui proses perontokan daun, kelor basah itu di antar ke cabang Bimoku, Kota Kupang dan dititipkan di bus untuk diantar ke Koramil Camplong, Kabupaten Kupang.

Antonius mengaku, dia bersama istri tidak mengambil keuntungan dari anggota kelompoknya.

Ia mengaku mendapat tunjangan operasional dari kantor sebesar Rp 1 juta.

"Saya dan istri sistemnya sangat terbuka dengan mama-mama atau anak-anak. Kalau misalkan uang di tangan habis, mereka akan mengerti. Juga misalnya ada yang butuh uang tapi belum ada kelornya yang mau ditimbang, nanti saya dan istri akan kasih kasbon. Bila sudah ada kelor yang siap ditimbang maka akan cicil sampai lunas. Tidak langsung potong satu kali memang," jelasnya.


Anton melanjutkan, sejumlah anak-anak SD ikut merontokkan kelor, pada pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah.

Setelah itu, anak-anak langsung menimbang hasil dan mendapat bayaran sesuai berat yang didapat.

Salah satu anggota kelompok, Matilda Talan, merasa terbantu secara ekonomi dari aktivitas itu.

Matilda sudah bergabung sejak awal kelompok Kelor kasih dibentuk.

Setiap hari ia bisa merontokkan daun kelor mulai enam hingga belasan kilogram. Itu pun dilakukan hanya pada pagi hari saja.

"Sangat membantu ekonomi rumah tangga. Kami sangat senang bisa bergabung dan semoga ini berlanjut terus," ujarnya.

Ia berharap, kelompok Kelor Kasih bisa mendapatkan mesin sehingga bisa membantu warga sekitar dan anak anak muda untuk terlibat, sehingga bisa mendapatkan uang dari pengolahan kelor.

Aktivitas kelompok Kelor Kasih akhirnya sampai ke telinga Julie Sutrisno Laiskodat.

Ketua Dekranasda NTT yang juga istri Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ini berkunjung ke lokasi Kelompok Kelor Kasih.

Antonius merasa bangga dengan kunjungan Julie Sutrisno Laiskodat ke kelompok Kelor Kasih.

Kunjungan itu sebut Antonius, memberi semangat bagi dia dan masyarakat setempat.

Anton merasa lebih bahagia lagi karena usahanya untuk memberdayakan warga guna mengelola kelor didengar oleh Julie.

Selain itu, Anton juga merasa bangga dan bersyukur karena niatnya untuk memberdayakan warga selain menghasilkan uang, juga mempererat rasa kekeluargaan antarwarga.

Antonius berharap, program-program pengelolaan kelor ini bisa berlanjut, sehingga para ibu dan anak-anak bisa mendapatkan manfaatnya. 

https://regional.kompas.com/read/2022/08/21/085726478/kisah-serda-antonius-angkat-perekonomian-warga-kupang-dengan-mengolah-kelor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke