Salin Artikel

Sejarah Lapangan Merdeka yang Menjadi Titik Nol Kilometer Kota Medan

KOMPAS.com - Kota Medan memiliki banyak tempat bersejarah, salah satunya adalah Lapangan Merdeka.

Lapangan Merdeka seluas 4,88 hektare ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 28 Oktober 2021.

Berada di kawasan Kesawan atau tepatnya di Kecamatan Medan Petisah, Lapangan Merdeka juga menjadi titik nol kilometer dari Kota Medan.

Lapangan Merdeka yang kini tengah dikembalikan fungsinya sebagai paru-paru kota dan ruang publik ini ternyata menyimpan sejarah yang panjang.

Semula merupakan kebun tembakau

Dilansir dari laman indonesia.go.id, Lokasi Lapangan Merdeka semula merupakan kebun tembakau Deli.

Proses desain perubahan fungsi lokasi ini menjadi sebuah lapangan sudah direncanakan sejak 1872 dan baru terwujud pada 1880.

Pembangunan itu berjalan seiring kepindahan pusat pemerintahan Kesultanan Deli dari wilayah Labuhan Deli ke Medan.

Sultan Ma'moen Al Rasyid yang merupakan anak dari Sultan Mahmud Al Rasyid adalah sosok pencetus dari pemindahan ibu kota pemerintahan da pembangunan lapangan terbuka pertama di Kota Medan ini.

Pembangunan sarana publik

Pembangunan sarana pendukung juga dilakukan, salah satunya Stasiun Medan turut yang berada sekitar 100 meter dari lapangan.

Stasiun Medan mulai dioperasikan pada 25 Juli 1886 oleh Deli Spoorweg Maatschappij.

Keberadaan stasiun tersebut sangat membantu mobilisasi warga berkumpul di lapangan untuk mengikuti acara-acara besar yang diadakan Sultan Deli di masa itu.

Selain Stasiun Medan, dibangun pula Hotel Mijn De Boer milik seorang pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer yang dibangun pada 1898.

Di sebelah Hotel De Boer terdapat Balai Kota Medan yang dibangunpada 1908 bersama gedung de Javasche Bank yang kini menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara.

Turut dibangun pula Kantor Pos Medan hasil rancangan arsitek Snuyf yang beroperasi pada 1911.

Perubahan nama Lapangan Merdeka

Lapangan terbuka ini sempat mengalami pergantian nama dari masa ke masa.

Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, lpangan ini dikenal dengan nama De Esplanade atau lapangan terbuka.

Residen Sumatera Timur, Willem Jan Marie Michielsen adalah sosok yang menyatakan bahwa De Esplanade adalah titik nol kilometer Medan.

Saat pendudukan Jepang di tahun 1942, namanya lapangan ini diubah menjadi Fukuraido atau lapangan di tengah kota.

Hingga pasca peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lapangan ini kembali berganti nama.

Pada 6 Oktober 1945, lapangan ini digunakan sebagai tempat rapat raksasa di mana Gubernur Sumatera Muhammad Hasan menyiarkan secara resmi berita proklamasi Indonesia.

Hingga pada 9 Oktober 1945, nama Fukuraido diubah menjadi Lapangan Merdeka dan disahkan Wali Kota Medan Luat Siregar yang menjabat saat itu.

Peristiwa sejarah di Lapangan Merdeka

Lapangan merdeka telah menjadi saksi bisu bagi berbagai peristiwa sejarah di Kota Medan.

Salah satunya adalah sebagai tempat pendaratan pesawat Fokker F-VII dengan registrasi H-NACC milik maskapai KLM yang menjadi pesawat komersial pertama yang mendarat di Hindia Belanda.

Pendaratan pesawat di De Esplanade terjadi pada 21 November 1924 setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 120 jam dengan 22 kali perhentian (multi-stop) sejak berangkat pertama dari Bandar Udara Schiphol, Amsterdam, 1 Oktober 1924.

Pesawat tersebut kemudian melanjutkan perjalanan ke Batavia pada 22 November 1924 dilepas oleh ribuan warga Medan.

Sumber:
indonesia.go.id 
medan.tribunnews.com 
pemkomedan.go.id 

https://regional.kompas.com/read/2022/08/15/094611878/sejarah-lapangan-merdeka-yang-menjadi-titik-nol-kilometer-kota-medan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke