Salin Artikel

Kisah Nurhayati, Tergerak dari Tumpukan Sampah di Belakang Sekolah hingga Kenalkan Siswa Ecobrick dan Ekoenzim

CIANJUR, KOMPAS.com - Awal Februari 2020, Nurhayati (50) menginjakkan kaki di SD Negeri Sukatani. Ia mengemban tugas baru sebagai kepala sekolah sebuah SD yang terletak di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat itu.

Masih membekas dalam ingatannya bagaimana kondisi sekolah yang akan dipimpinnya saat itu. Salah satunya, sampah menggunung di halaman belakang sekolah.

Tak ingin berpangku tangan dengan kondisi tersebut, Nurhayati mencoba mengubah wajah sekolah barunya melalui pendekatan zero waste, dengan harapan siswa mampu mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna.

“Butuh waktu setahun untuk mengimplementasikan konsep ini yang bisa diterima oleh seluruh guru, siswa dan orangtua siswa, juga masyarakat sekitar sekolah," kata Nurhayati kepada Kompas.com, Kamis (11/8/2022).

Kini, wajah SDN Sukatani berubah total. Tak hanya bersih dan asri, juga tampak artistik dengan interior dan eksterior dari bahan daur ulang sampah.

Terima penghargaan

Atas kiprah dan perjuangannya menjaga harmonisasi ekologi ini, Nurhayati pun diganjar penghargaan sebagai inspirator di bidang pelestarian lingkungan tingkat kabupaten dan provinsi.

"Pada 2020 jadi relawan inspiratif dari ibu Cinta (Istri Gubernur Jabar), dan kepala sekolah inspiratif tingkat Cianjur, tahun kemarin," kata Nurhayati.

Jauh sebelumnya, Nurhayati juga pernah mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat yang kala itu dijabat Ahmad Heryawan atas kesuksesannya mengimplementasikan program Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM) saat menjabat kepala sekolah sebelumnya.

“Saya hanya tak senang saja lihat sampah dibiarkan begitu saja. Karenanya, coba mengambil peran sesuai dengan kapasitas yang saya miliki ini,” ucap Nurhayati.

Konsep daur ulang sampah

Sebagai orang yang sangat peduli terhadap lingkungan, Nurhayati tentu sepakat dengan jargon membuang sampah pada tempatnya.

Pasalnya, perilaku tersebut tentu akan berdampak baik bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Namun demikian, menurut Nurhayati, jika semua orang hanya sebatas membuang sampah pada tempatnya, maka sampah akan menjadi beban dan masalah di kemudian hari.

Terlebih, sampah jenis anorganik sangat sulit dan butuh waktu lama untuk bisa terurai.

"Sudah saatnya sekarang sampah harus menjadi tanggungjawab sendiri. Sampahku adalah tanggungjawabku," kata Nurhayati.

Karena itu, guna mengurangi volume sampah yang diproduksi, Nurhayati melakukan pengolahan sampah sejak hulu melalui upaya daur ulang.

Langkah pertama yang ditempuh adalah mendirikan bank sampah dengan memanfaatkan halaman belakang sekolah.

Di bank sampah ini, sampah mulai dipilah berdasarkan jenisnya, seperti organik dan anorganik.

Mengusung konsep ecobrick, sampah anorganik, seperti bungkus plastik, kemasan jajanan, dan botol air mineral bekas diolah menjadi kerajinan.

"Botol-botol plastik yang telah dipadatkan atau diisi dengan cacahan plastik ini selanjutnya dijadikan bahan membuat sofa, kursi, taman baca, kantin, gapura, hingga taman sekolah,” terang Nurhayati.

Sementara untuk sampah organik, ia mengolahnya menjadi ekoenzim, yakni berupa cairan hasil fermentasi yang bisa digunakan sebagai cairan pembersih, pupuk dan disinfektan.

"Hasil daur ulang sampah ini semuanya dimanfaatkan dan diterapkan di lingkungan sekolah," ujar dia.

Membangun pondasi

Nurhayati mengemukakan, seluruh kegiatan daur ulang sampah ini diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, sehngga siswa dan guru wajib menjadi bagian di dalamnya.

Menurut dia, kepedulian terhadap lingkungan sejatinya harus ditanamkan sedari dini, dan jenjang pendidikan dasar adalah pondasi untuk menanamkan sikap, moral, karakter dan spiritualitas tersebut.

Karena itu, Nurhayati berharap kegiatan ini bisa diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

“Setidaknya siswa bisa menjadi duta lingkungan bagi dirinya sendiri,“ ujar dia.

Nurhayati pun mengajak masyarakat untuk semakin peduli terhadap lingkungan, dan mulai ambil peran dalam upaya mengurangi beban sampah.

Karena sejatinya, kondisi alam dan lingkungan saat ini sedang tidak baik-baik saja.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/11/195741178/kisah-nurhayati-tergerak-dari-tumpukan-sampah-di-belakang-sekolah-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke