Salin Artikel

Kisah Warga Semarang Buat Program Menabung Belatung, Hasilnya Menjanjikan

Sekolompok ibu-ibu di Jalan Tamtama Timur, Jangli, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) justru memanfaatkan belatung untuk mengurangi sampah.

Mengurangi sampah dengan belatung terbilang cukup sukses. Dalam satu hari, belatung yang dibudidayakan tersebut bisa mengurangi 50 kilogram sampah. 

Salah satu penggagas budidaya belatung, Veronica Kusdiartini mengatakan, budidaya belatung dia mulai pada tahun 2021 saat kasus pandemi masih tinggi.

"Saat pandemi produksi sampah semakin banyak karena pada di rumah semua," jelasnya saat ditemui di lokasi budidaya belatung, Senin (8/8/2022).

Hal itulah yang membuatnya tergerak untuk mencari cara agar sampah di tempat tinggalnya tak membludak. Akhirnya, Veronica menemukan solusi tersebut melalui belatung.

"Sebetulnya sudah lama prihatin dengan sampah, bagaimana untuk mengatasi. Kemudian ide dari anak saya tahu ada belatung itu," ujarnya.

Saat ini, dalam sehari saja belatung yang dibudidayakan tersebut bisa mengurangi sampah rumah tangga sebanyak 50 kilogram.

"Ini prosesnya cepat. Dalam satu hari bisa dapat 50 kilogram sampah," ujarnya.

Meski baru berumur satu tahun, Veronica dan tim pembudidaya sudah mulai melebarkan jaringan melalui pola rekrutmen anggota.

"Jadi melalui masing-masing RW kita coba untuk latih agar bisa mengurangi sampah dengan budidaya belatung," kata dia.

Sampai saat ini, sudah ada 15 perwakilan dari masing-masing RW yang sudah mengikuti pelatihan budidaya belatung secara bertahap.

"Saya harus kasih contoh, agar bisa memilih mana sampah dapur dan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir," imbuhnya.

Menyambung dengan Belatung

Tahun 2022 tempat budidaya belatung yang dikelola Veronica itu mempunyai program baru. Salah satunya adalah menyambung dengan belatung.

"Jadi warga bisa menjual belatung ke kita. Nanti hasilnya bisa warga tabung. Untuk 1 kilogram belatung bisa dapat Rp 5.000," ujarnya.

Rata-rata dalan satu minggu per warga bisa menabung sekitar 1,5 kilogram belatung yang dihasilkan dari pengelolaan sampah rumah tangga.

"Kan bagus daripada dibuang mending ditabung," paparnya.

Meski sudah mulai berkembang, budidaya belatung di tempatnya masih terkendala dengan lahan. Menurutnya, perkembangan belatung cukup cepat.

"Sementara warga tak semuanya rumahnya luas jadi ya hanya bisa nabung segitu saja," ujarnya.

Selanjutnya, pihaknya akan mencoba konsep baru dengan mengeringkan belatung tersebut karena mempunyai harga yang lebih tinggi.

"Kemarin saya cek harga 10 gram saja itu bisa sampai Rp 90.000 tapi kalau masih mentah hanya Rp 5.000 per kilogram," imbuhnya.

Salah satu anggota budidaya, Agung SP menambahkan, masih banyak warga yang belum sadar soal memilah sampah yang baik dan benar.

"Jadi saya yang ambilin sampah. Masih harus memilih mana yang bisa dimakan belatung dan mana yang tidak," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/08/220622578/kisah-warga-semarang-buat-program-menabung-belatung-hasilnya-menjanjikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke