Bija (64), tinggal bersama putra semata wayangnya Samjaya (21) di Desa Salumokanan Utara, Kecamatan Rantebulahan Timur.
Sehari-hari, Samjaya yang mengalami kelumpuhan hanya bisa beraktivitas di tempat tidur, sehingga dia membutuhkan sang ayah untuk membantunya.
Sementara Bija terpaksa menggunakan tongkat untuk berjalan. Sementara itu, pendapatannya juga tidak menentu.
Pekerjaannya sebagai tukang servis elektronik warga hanya dibayar seikhlasnya, sehingga tidak cukup memenuhi kebutuhan keduanya.
Karena itu, Bija harus masuk ke hutan demi mencari kayu bakar, dan dijual seharga Rp 5.000 per ikat kepada warga yang membutuhkan.
“Saya biasa juga cari kayu di hutan dekat rumah, biasanya dijual Rp 5.000 per ikat. Servis eletronik apalagu sejak pandemi makin kurang,” tutur Bija.
Dia tidak mematok biaya tetap, sehingga dia mendapatkan Rp 20.000 sampai Rp 40.000 setiap memperbaiki barang elektronik tetangganya.
Kepala Dusun Panamu, Desa Salumokanan Utara Agustinus mengatakan, Bija dan anaknya tinggal di gubuk berukuran 3x5 meter yang sangat sederhana.
"Rumah yang mereka tempati tinggal ini, juga dibuat sendiri oleh Bija", ungkap Agustinus.
Berdasarkan keterangan Agustinus, Bija tinggal bersama Samjaya setelah bercerai dari istrinya beberapa tahun silam.
Kisah mereka mendapatkan perhatian, tidak hanya dari warga yang peduli dengan memberikan sembako.
Beberapa personel polisi dari Polsek Mamasa yang mengaku prihatin datang dan memberikan bantuan kepada keluarga Bija.
Selain membantu, para personel polisi juga bersilaturahmi dan terus memberikan semangat hidup kepada Bija dan anaknya.
https://regional.kompas.com/read/2022/08/08/085750378/ayah-berkaki-satu-ini-berjuang-hidupi-anaknya-yang-lumpuh