Salin Artikel

Sejarah Erupsi Gunung Raung, Letusan Pertama Tercatat Tahun 1586, Kubur Sisa-sisa Kerajaan Blambangan

Surat resmi yang diumumkan oleh Kepala Pos PGA Raung Mukijo itu juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.

Badan Geologi juga meminta kepada masyarakat di sekitar Gunung Raung untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Raung.

Tak hanya itu, jalur pendakian Gunung Raung juga ditutup.

Gunung api tua dengan kaldera

Dilansir dari laman ESDM, Gunung Raung disebut sebagai gunung api yang besar dan unik

Salah satu keunikan puncak Gunung Raung dengan ketinggi 3332m dpl adalah memiliki kaldera dengan kedalaman sekitar 500 meter dan selalu berasap serta sering menyemburkan api.

Gunung Raung juga termasuk gunung api tua dengan kaldera yang berada di puncak dan dikelilingi dengan banyak puncak kecil. Hal tersebut membuat pemandangan Gunung Raung benar-benar menakjubkan.

Untuk mendaki puncak Gunung Raung bisa dilakukan melalui Desa Sumberweringin dengan kendaraan roda empat menuju Pondok Motor sejauh 7 kilometer.

Dari Pondok Motor pendaki memulai perjalanan melewati tegalan, hutan, jalan setapak yang menyempit dan ditumbuhi pohon cemara.

Sekitar 3 jam perjalanan, pendaki akan tiba di Pondok Sumur. Dari pondok tersebut medan pendakian semakin sulit karena setapak tertutup semak belukar.

Setelah 2 jam pendakian melalui hutan cemara dan pakis-pakisan serta padang rumut, pendaki akan tiba di Pondok Demit.

Pendakian dilanjutkan hingga ketinggian ± 2900 m sampai batas hutan yang dikenal dengan Pondok Mantri atau Pasaran.

Pendaki akan berkemah dan keesokan harinya dilanjutkan selama ± 1 jam sampai puncak, melalui medan yang tidak terlalu berat dengan kemiringan lereng berkisar antara 20° dan 30°.

Hasil letusan purba Raung yang sampai saat ini merupakan salah satugunung berapi paling aktif di Jawa, membentuk ribuan formasi bukit atau gumuk yang berjumlah ribuan di kabupaten Jember.

Gunung Raung berada dalam satu komplek sebelah selatan kawasan Ijen.Gunung Raung berada di sebelah Gunung Suket dan terletak di sebelah Barat Daya Kaldera Ijen.

Di lereng barat laut dari Gunung Raung ada tiga dinding kawah tua, yang berbentuk tapal kuda.

Kawah purba itu sekarang banyak disebut sebagai, Gunung Wates dengan diameter sekitar 3km dan ujung timurnya dari titik tertinggi Raung.

Kemudian ada Gunung Gadung berada dibawah dengan ketinggian 2390 m DPL. Yang terakhir adalah Gunung Payungan yang meletusdi zaman prasejarah.

Luas kawah purba Raung yang mencapai 22 km tersebut memang menyimpan cerita tentang letusan Raung purba.

Sejarah mencatat banyak sejarah letusan yang terjadi sejak pertengahan abad ke 16.

Abad 18 dan abad 19 merupakan periode aktif Raung. Kala itu ada 18 kali dan 40 kali lebih letusan dicatat dalam kurun waktu masing-masing abad.

Setelah tahun 1587, letusan serupa terjadi pada tahun 1597. Letusan dahsyat selanjutnya terjadi pada tahun 1638.

Letusan dikuti dengan banjir besar dan aliran lahar melewati Kali Stail dan Kali Klatak di wilayah Kerajaan Macan Putih.

Disebutkan saat itu ada ribuan orang yang meninggal dunia. Pada tahun tersebut, Kerajaan Macan Putih dipimpin oleh Pangeran Tawangalun.

Sejak 1638 hingga 1902 terjadi 16 kali erupsi. Pada 16 Februari 1902 terpantau mucul kerucut pusat di Gunung Raung setinggai 90 meter.

Tahun berikutnya terdengar suara gemuruh dan keluar bara api di bagian puncak pada tanggal 28 November 1903 hingga 2 Desember 1903.

Pada tahun 1921 tercatat adanya aliran lava di kaldera sekitar bulan Februari hingga April 2921.

Dan pada tahun 1927 terdapat Letusan asap cendawan dan diiringi oleh hujan abu sampai sejauh 30 kilometer.

Selain itu terdengar dentuman bom yang dilontarkan sejauh 500 meter pada periode 2 Agustus 1927 sampai Oktober 1927. Hingga 1973, Gunung Raung beberapa kali mengalami erupsi.

Pada akhir 1973, seorang peneliti mengunjungi puncak Gunung Raung.

Selain itu seluruh permukaan kerucut sinder tertutup oleh belerang termasuk bagian utara dasar kawah. Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut.

Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat.

Karakter letusan Gunung Raung bersifat eksplosif seperti yang terjadi pada tahun 1586, 1597, 1638, 1890, 1953, dan 1956.

Saat itu letusan menghasilkan abu yang dilontarkan ke udara dan pernah terjadi awan panas yang meluncur menyelimuti sebagian tubuh gunung api pada tahun 1953.

Bahaya utama letusan Gunung Raung adalah akibat langsung dari letusan seperti luncuran awan panas dan lontaran piroklastik.

Berdasarkan sejarah kegiatannya periode erupsi terpendek antara 2 letusan adalah 1 tahun dan terpanjang 90 tahun.

Puncak Gunung Raung seperti kerucut terpotong dengan tonjolan dari sisa-sisa endapan lava dan barangko-barangko dari sisa endapan piroklastik.

Sedangkan kaldera Gunung Raung berbentuk ellips, berukuran 1750 x 2250 meter dengan kedalaman 400-550 m di bawah peatang deengan lereng kaldera sangat terjal.

Gunung Raung dikelilingi oleh kelompok tonjolan di antaranya: di sebelah utara adalah Gunung Suket (2750 m), di timur laut adalah Gunung Lempeh (2932 m), di timur adalah Gunung Jampit (2338 m), di selatan adalah Gunung Wates (2796 m).

Sedangkan di barat adalah Gunung Gadung (2390 m) dan Gunung Pajungan (2352 m). Suket, Lempe, Gadung, Pajungan, dan Wates adalah gunung api yang usianya lebih tua dari Gunung Raung dan sebagian adalah gunung api parasit.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/30/091900678/sejarah-erupsi-gunung-raung-letusan-pertama-tercatat-tahun-1586-kubur-sisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke