Salin Artikel

Menilik Geliat Komunitas Parkour Semarang, Olahraga untuk Meningkatkan Refleks Tubuh

Bukan sepeda, bukan pula sepak bola. Parkour, salah satu olahraga asal Perancis yang mengendalikan kecepatan dan kekuatan fisik ini ternyata cukup eksis di Kota Lumpia.

Dalam perjalanannya, Komunitas Parkour Semarang berdiri sejak 2007. Hingga melakukan re-organisasi pada 2009, komunitas ini resmi diberi nama "Fly To Sky".

Ketua Fly To Sky generasi ketiga, Aldi, mengatakan, Komunitas Parkour Semarang memiliki geliat yang cukup fluktuatif.

Selain diminati banyak anak muda, ternyata peminat Fly To Sky juga datang dari anak kecil hingga dewasa.

"Tidak ada batasan umur. Kalau anak-anak, pastinya untuk melatih motoriknya dulu," tutur Aldi saat ditemui Kompas.com di Taman Parkour, Selasa (26/7/2022).

Seperti olahraga pada umumnya, sebelum melakukan parkour, puluhan orang yang tergabung dalam Fly To Sky itu melakukan pemanasan agar otot-otot tubuh lebih lentur.

Kemudian, baru lah mereka bersiap dan beraksi melakukan parkour dengan melewati rintangan (obstacle) yang telah disusun.

Aldi menyebut, dalam melakukan parkour, dibutuhkan latihan dan keterampilan yang mumpuni.

"Yang kita tekankan itu seni geraknya, terutama bagaimana cara mengamankan diri. Jadi bukan semata-mata gerak sembarangan," tutur Aldi.

Sementara itu, ada banyak jenis gerakan parkour yang sering dipraktikan anak-anak Fly To Sky. Diantaranya, rolling, presisi, climb up, dan masih banyak lagi.

Menurut pria asal Semarang itu, seiring berkembangnya zaman, gerakan parkour juga akan turut berkembang.

"Karena olahrga ini tidak akan berhenti berkembang. Semakin ke sini, akan nemu gerakan baru. Kadang dinamai sendiri, karena tidak ada patokan khusus di Indonesia," jelas Aldi.

Gerakan-gerakan parkour tersebut, tambah Aldi, tentu memiliki peran penting dalam melatih fisik dan meningkatkan elektabilitas tubuh.

Menariknya, semua gerakan parkour ini tidak hanya mengandalkan satu bagian tubuh saja, namun hampir semuanya.

"Melompati rintangan, tangan dan kaki terpakai semua. Terus ada juga gerakan yang menopang dada. Jadi memang seluruh bagian tubuh ikut gerak," tutur Aldi.

Selain itu, salah satu anggota Fly To Sky lainnya, Riski menuturkan, gerakan parkour tidak hanya dapat dipraktikkan di lapangan, namun juga bisa dilakukan secara kondisional.

"Misal kita sedang dikejar waktu, nah bagaimana kita bisa melewati itu tanpa harus muter. Jadi main parkour tidak harus di lapangan," tutur Riski.

Riski menyebut, selain melatih refleks atau kepekaan tubuh, parkour juga melatih mental bagi dirinya. Alasannya, sebelum melakukan parkour, Riski harus meyakinkan sekaligus memberanikan diri.

Lantaran demikian, tidak banyak masyarakat yang menganggap parkour sebagai olahraga yang ekstrim. Sehingga, Riski berharap, adanya Fly To Sky ini diharap bisa mengubah stigma tersebut.

"Banyak yang bilang ini ekstrem. Makanya kita ingin menghilangkan doktrin ekstrimnya ke masyarakat," jelas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/27/141404978/menilik-geliat-komunitas-parkour-semarang-olahraga-untuk-meningkatkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke