Salin Artikel

Kisah Velmariri Bambari, di Tengah Keterbatasan, Perjuangkan Nasib Korban Kekerasan Seksual di Lembah Bada Poso

Sejak tahun 2018 silam, Velmariri meskipun harus berjalan dengan menggunakan tongkat terus berjuang untuk mendobrak hukum adat yang ada di kampungnya.

Dia melakukannya demi memenjarakan para pelaku kejahatan seksual dan sekaligus mencari keadilan untuk para korban.

Di tengah-tengah kesibukannya ,Velmariri Bambari yang dihubungi via telepon, Minggu (24/7/2022) menceritakan secara singkat perjalanan hidupnya yang berangkat hanya bermodalkan semangat dan keberanian hingga aktif mendampingi perempuan korban kekerasan seksual.

Menurutnya,sebelum aktif mendampingi korban, 4 tahun sebelumnya pada tahun 2014 selama tiga tahun bergabung di salah satu lembaga pemberdayaan perempuan Institut Mosintuwu untuk menimbah ilmu mendapatkan pelatihan perlindungan anak dan perempuan,

Institut Mosintuwu yang beralamat di Kota Tentena Poso merupakan organisasi yang fokus pada upaya-upaya perdamaian saat konflik dan pascakonflik di wilayah Poso dan sekitarnya.

Di tempat ini, ia mendapatkan pelatihan perlindungan anak dan perempuan.

Dengan modal ilmu dari Istitut Mosintuwu tersebut, pertama kalinya Velmariri memberanikan diri dan mendatangi kantor Mapolsek Lore Selatan pada tahun 2018 saat terjadi kasus pemerkosaan di desanya,tepatnya Desa Gintu,Lembah Bada.

"Pengalaman pertama dalam hidup saya mendampingi korban pada tahun 2018. Saat itu saya ditelepon oleh anggota polisi untuk mendampingi salah seorang korban kekerasan seksual yang tengah melapor. Di situ lah saya baru tahu dan terkejut mendengarkan pertanyaan penyidik kepada korban saat pemeriksaan,’’ ungkap Velmariri Bambari.

Ditanya kenapa dia tiba-tiba mau terlibat aktif dalam pendampingan kasus korban kekerasan seksual, Velmariri mengakui hati nuraninya terpanggil melihat banyaknya laporan kekerasan seksual perempuan dari berbagai umur yang terjadi di wilayahnya.

Sementara, para pelaku terkadang dan korban hanya diberikan sanksi denda adat atau atau cuci kampung.

Velmariri menjelaskan, dirinya bukan hanya mendampingi korban saat membuat berita acara pemeriksaan (BAP) polisi,namun ikut mendampingi dan mengawal sidang putusan pelaku oleh hakim di Pengadilan Negeri (PN) Poso.

Begitu juga pendampingan terhadap korban pascaputusan persidangan tetap berlanjut.

‘’Setelah masyarakat tahu dan mengenal saya sebagai aktivis perlindungan anak dan perempuan,dampaknya cukup besar dan berpengaruh bagi sistem adat yang ada di Lembah Bada. Dari 14 desa yang ada di Lembah Bada,semua memiliki majelis adat dan aturan yang berbeda khususnya dalam kasus kekerasan seksual,’’ tambah Velmariri.

Masih menurut Velmariri,selama dia secara aktif mendampingi korban kekerasan seksual dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, butuh perjuangan untuk mendatangi dan melakukan komunikasi dengan para majelis adat di setiap lokasi terjadinya kasus kejahatan seksual agar korban dibebaskan dari denda adat atau cuci kampung.

Diharapkan,hukum adat bukan hanya bagi korban,tapi juga bagi setiap pelaku kejahatan seksual yang selama ini hanya mengandalkan sanksi berupa denda adat yang dinilai tidak memberikan efek jera.

Pelaku akan kembali mengulang perbuatannya kembali karena merasa telah membayar denda.

‘’Kenapa saya selalu mendorong dan mendampingi korban kekerasan seksual untuk melapor ke polisi, ini agar ada efek jera terhadap pelaku,mengingat beberapa kasus sebelumnya ,pelaku dalam membayar denda juga dibantu oleh sanak saudara,sehingga terkesan meremehkan denda adat,makanya saya menilai hukum adat tidak maksimal untuk membuat pelaku jera,’’ tambahnya.

Meskipun tidak sempat merinci berapa total jumlah kasus yang telah didampinginya,Velmariri Bambari menjelaskan dari data pihak Kementerian Perlindugan Perempuan dan Anak di Poso hingga bulan Juli tahun 2022 mencapai 22 jumlah kasus.

Dari 22 kasus tersebut, 2 kasus ikut didampingi.

Empat tahun berkecimpung menjadi aktivis perempuan korban kekerasan seksual, pengalaman paling berkesan ketika dirinya turun ke desa-desa mendampingi korban dan harus berhadapan dengan cuaca sepeti banjir yang terkadang mengaharuskan dirinya bermalam sambil menunggu banjir reda.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/26/053000578/kisah-velmariri-bambari-di-tengah-keterbatasan-perjuangkan-nasib-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke