Salin Artikel

Kadar Logam Berat di Sungai Musi Mengkhawatirkan, Ikan Endemik Terancam Punah

Hal itu diketahui setelah tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama perkumpulan Telapak Sumatera Selatan dan Spora Institut Palembang menyisir sungai dan menguji kadar air Sungai Musi pada Minggu (17/8/2022).

Peneliti ESN, Prigi Arisandi mengatakan, dalam pengambilan sampel air menunjukkan tingginya kadar logam berat Mangan dan Tembaga yang mencapai 0,2 bagian per sejuta atau part per million (ppm) dan 0.06 ppm. 

Padahal, dalam standar kadar logam dan mangan tidak boleh lebih dari 0,03 ppm.

"Tingginya tingkat pencemaran bahan-bahan kimia pengganggu hormon memicu gangguan reproduksi ikan yang menurunkan populasi ikan dan punahnya ikan-ikan yang tidak toleran terhadap kadar polutan yang meningkat,” kata Prigi dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com, Senin (18/7/2022).

Pencemaran air itu terjadi akibat banyaknya sampah plastik yang dibuang ke sungai, serta aktivitas tambang ilegal serta alih fungsi lahan.

"Air sungai Musi menjadi muara dari puluhan anak-anak sungai di Sumatera Selatan. Tingginya aktivitas alih fungsi lahan di hulu, aktivitas tambang tanpa izin, perkebunan sawit dan pencemaran industri menimbulkan pencemaran di Sungai Musi. Padahal, air Sungai Musi digunakan sebagai bahan baku air minum," ujarnya.

Selain kadar logam, kadar klorin dan fosfat di Sungai Musi juga cukup tinggi yakni mencapai 01,16 miligram per liter.


Seharusnya, kandungan klorin di air tidak boleh lebih dari 0,0 miligram per liter dan fosfat tidak boleh lebih dari 0,59 miligram per liter.

"Tingginya kadar klorin dan fosfat sangat mempengaruhi sistem pernafasan ikan dan mempengaruhi pembentukan telur ikan," ungkap Prigi.

ESN juga menemukan pencemaran mikroplastik di sungai terbesar di Sumatera itu.

Mikroplastik, fosfat, logam berat, dan klorin termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon, sehingga keberadaanya di sungai akan mengganggu proses pembentukan kelamin ikan.

“Kami menemukan dalam 100 liter air sungai Musi terdapat 355 partikel mikroplastik. Jenis mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen, jenis mikroplastik lainnya adalah granula, fragmen dan filamen,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/18/170010578/kadar-logam-berat-di-sungai-musi-mengkhawatirkan-ikan-endemik-terancam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke