Salin Artikel

Peluncuran dan Bedah Buku Panggung, Sosok dan Seni "Catatan Jurnalistik Ardus M Sawega" di Solo

Hadir sebagai pembicara peluncuran dan bedah buku Panggung, Sosok dan Seni Catatan Jurnalistik Ardus M Sawega yakni Kurator Bentara Budaya Efix Mulyadi dan Dosen Etnomusikologi ISI Surakarta, Aton Rustandi Mulyana.

Kurator Bentara Budaya Efix Mulyadi mengatakan, buku ini berisi tentang luasnya perhatian Ardus terhadap kebudayaan dan menjalani pekerjaannya dengan kecintaan.

Buku Panggung, Sosok dan Seni dengan ketebalan 426 halaman ini terdapat kumpulan tulisan Ardus M Sawega dalam kurun waktu era 70-an sampai era 2000-an.

Ardus M Sawega merupakan wartawan yang memiliki perhatian lebih pada wilayah seni budaya.

Perhatian pada wilayah seni budaya tertanam dari dini, dikarenakan Ardus tinggal di Solo, sebuah kota yang cukup tua tempat berkembangnya seni budaya.

Kesenian memang wilayah yang kurang mendapat perhatian dari media mau pun wartawan. Mereka yang berada dalam wilayah seni haruslah memiliki kecintaan lebih, tidak sekadar suka.

"Jadi dia (Ardus) punya passion terhadap kesenian. Dia punya simpati yang besar bukan hanya terhadap wayang orang yang disebut tidak punya masa depan, tapi terhadap semua orang yang berjuang untuk meproduksi karya seni, itu dia simpati," kata Efix usai peluncuran buku.

Menyukai pekerjaan yang dilakoni menjadi modal Ardus dalam menunjukkan berbagai tulisan yang menampilkan kegiatan seni, atau tokoh seni.

"Modal dasarnya kepekaan. Dan kepekaan itu bisa didapat dari kehidupan sehari-hari," ungkap Efix.

Sebagai wartawan Ardus tidak sekedar reportase semata, namun memberi gambaran yang dalam tentang tema tulisan.

Tulisan-tulisan tersebut memberikan gambaran tentang perkembangan seni budaya di Indonesia, terkhusus Solo dengan segala kompleksitasnya.

Catatan ini menjadi penting, bukan saja sebagai dokumentasi, namun memberi gambaran kalau kesenian sering kali tidak terduga kehadirannya di masyarakat.

Dinamika yang muncul tentu saja tidak semata-mata dipotret lewat tulisan, ekosistem kesenian waktu itu memungkinkan Ardus mampu mencatat berbagai peristiwa.

Ekosistem inilah menjadi dukungan bagi Ardus untuk menghadirka banyak peristiwa ke tingkat nasional lewat tulisan, terutama tulisan di Kompas.

Peluncuran dan bedah buku Panggung, Sosok dan Seni "Catatan Jurnalistik Ardus M Sawega" juga dihadiri oleh istri Ardus M Sawega, Retno Susilaningsih (63).

Menurut Retno peluncuran dan bedah buku Panggung, Sosok dan Seni merupakan kado istimewa sang suami yang meninggal pada 30 Januari 2022 lalu.

"Dengan ini (peluncuran dan bedah buku) bersyukur. Ini hadiah yang terindah Bapak," kata Retno, warga Cemani, Sukoharjo.

Retno mengungkap keinginan Ardus yang ingin memiliki buku karyanya sendiri. Namun, belum terlaksana Ardus sudah meninggal dunia.

"Memang Bapak itu ingin punya buku untuk karya-karya dia. Tapi belum sampai terlaksana sudah sowan Gusti. Dengan seperti ini Bapak di sana pasti senang sekali," ungkap dia.

"Dan saya berterima kasih sekali dengan Kompas Gramedia dan Bentara Budaya," lanjut Retno.

Retno menilai Ardus merupakan sosok suami dan sekaligus ayah sangat baik dan setia bagi anak-anaknya.

"Dia sama anak-anak itu dekat sekali dan selalu ngasih wejangan kalau pas ketemu. Dan kita itu keluarga selalu shering dan ada kata-kata maaf itu selalu terlontar untuk semuanya," terang dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/13/150933378/peluncuran-dan-bedah-buku-panggung-sosok-dan-seni-catatan-jurnalistik-ardus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke