Salin Artikel

Cerita Nurhayati Penjual Sapi Kurban, Tak Mampu Penuhi Pesanan Pelanggan di Tengah Wabah PMK

NUNUKAN, KOMPAS.com – Harga sapi kurban di tengah merebaknya wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) melonjak. Meskipun demikian, para penjual ternak yang tidak mampu lagi memenuhi pesanan pelanggan.

Pengalaman tersebut dituturkan salah seorang penjual sapi kurban di Nunukan, Kalimantan Utara, Nurhayati.

‘’Biasa kita menjual sapi kurban dengan harga Rp 17,5 juta. Kini karena ada PMK, kita harus menjual dengan harga sekitar Rp 19 – Rp 20 jutaan. Biaya karantina 14 hari dan prosedur kesehatan ternak mengakibatkan harga sapi naik tahun ini,’’ujarnya, Kamis (7/7/2022).

Nurhayati yang sudah sekitar sepuluh tahun berprofesi sebagai penjual sapi inipun mengaku tidak mampu memenuhi pesanan para pelanggannya.

Hal ini akibat, seluruh sapi yang masuk, tidak boleh sembarangan. Adanya gangguan kesehatan pada sapi sekecil apapun akan menimbulkan kecurigaan dan wajib menjalani sejumlah prosedur pemeriksaan oleh dokter hewan sampai petugas Balai Veteriner.

Nurhayati mengaku, perlakuan ketat tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah sapi yang ia pesan.

‘’Biasanya setiap tahun saya mendatangkan 55 ekor sapi untuk pelanggan tetap saya. Tahun ini, saya hanya bisa mendatangkan 18 ekor saja. Saya minta maaf pada para pelanggan, karena sapi yang masuk harus benar-benar bebas sakit. Saya juga tidak mau ambil resiko kalau masalah penyakit berbahaya begitu,’’katanya lagi.

Sapi-sapi yang dijual Nurhayati mayoritas berjenis sapi bali. Harga jualnya juga cukup beragam.

Sapi dengan berat di bawah 100 kilogram dibanderol Rp 19 jutaan, sementara yang di atas 100 kilogram, dihargai sekitar Rp 21 juta. Ia juga membuka ruang untuk penawaran dalam jual beli sapi kurban.

Hanya saja, mayoritas pelanggannya merupakan sohibul kurban dari kantor, instansi dan jamaah masjid.

‘’Biasanya, satu ekor sapi dibeli oleh tujuh orang, dengan urunan Rp 2,5 juta perorang. Kalau ditotal, hanya Rp 17,5 juta. Mau tidak mau, mereka harus mengumpulkan lagi kekurangan uangnya. Itu yang membuat sapi sedikit lama terjual,’’tambahnya.

Namun demikian, sebanyak 18 ekor sapi yang kini ia jaga, sudah semuanya terbeli.

Nurhayati hanya berdoa agar wabah PMK bisa segera berlalu dan harga sapi kembali normal seperti sebelumnya.

"Saya yang orang lama dalam jual beli sapi cukup merasakan dampak adanya PMK. Entah mereka yang baru seperti apa. Jadi kami berdoa saja supaya PMK tidak ada lagi. Harga sapi normal, harga daging juga tidak dikeluhkan masyarakat,’’harapnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/07/162841378/cerita-nurhayati-penjual-sapi-kurban-tak-mampu-penuhi-pesanan-pelanggan-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke