Salin Artikel

Smong, Kearifan Lokal yang Selamatkan Puluhan Ribu Warga Pulau Simeulue dari Tsunami Aceh 2004

KOMPAS.com - Siapa sangka kearifan lokal berupa syair berisi kisah yang dituturkan turun temurun bisa menyelamatkan nyawa puluhan ribu nyawa warga di Pulau Simeulue dari terjangan tsunami yang mematikan.

Saat gempa magnitudo 9,1 yang disusul tsunami Aceh melanda pada tahun 2014, warga Pulau Simeulue berhasil menyelamatkan diri dipandu oleh kearifan lokal yang dikenal dengan nama Smong.

Dilansir dari laman Dishub Aceh, Smong adalah istilah yang berasal dari Bahasa Devayan, Bahasa asli Simeulue yang berarti hempasan gelombang air laut.

Smong adalah kearifan lokal masyarakat Simeulue yang berasal dari rangkaian sejarah pengalaman pada masa lalu ketika menghadapi bencana tsunami.

Asal usul dan sejarah Smong

Kisah tentang Smong diceritakan secara turun-temurun melalui nafi-nafi dari generasi ke generasi.

Nafi adalah budaya lokal masyarakat Simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat dan petuah kehidupan bagi kaum muda tentang bagaimana menjalani kehidupan.

Awal kemunculan Smong terkait dengan berawal dari musibah ombak besar yang menghantam pesisir pulau Simeulue, terutama di Kecamatan Teupah Barat pada tahun 1907 silam.

Waktu itu terdapat gempa dengan magnitude 7,6 yang diiringi dengan ombak besar yang menimbulkan kehancuran dan memakan banyak korban jiwa.

Jejak bencana hebat tersebut masih terlihat pada sebuah kuburan yang terletak di pelataran masjid Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat.

Sejak itu, kata Smong menjadi budaya tutur yang menyebar di antara masyarakat Simeulue untuk menggambarkan bencana gempa dan gelombang air laut yang mematikan tersebut.

Smong disampaikan kepada generasi muda termasuk anak-anak di berbagai kesempatan termasuk di surau-surau setelah mengaji, ketika anak-anak membantu orang tuanya, menjadi cerita selingan di tengah kesibukan, atau sebagai kisah pengantar tidur.

Smong juga dapat ditemui dalam kesenian tradisional Nandong yang populer di daerah Simeulue, Aceh.

Nandong diambil dari istilah senandung, yaitu nyanyian atau alunan lagu yang disampaikan dengan suara yang lembut.

Orang tua menggunakan Nandong untuk mengajarkan tentang Smong dengan melihat tanda-tanda kedatangannya.

Semua orang tua melakukan hal yang sama hingga smong menjadi sebuah kearifan lokal yang diwariskan dengan harapan kejadian yang sama tidak akan terjadi lagi. Berikut adalah bunyinya.

Enggelmon Sao curito (Dengarlah sebuah cerita)

Inang maso semonan (pada masa jaman dulu)

Manoknop sao fano (tenggelam satu tempat)

Wila dasesewan (Begitulah mereka ceritakan)

Unenne Alek Linon (Diawali dengan gempa)

Besang bakatneMalli (Disusul ombak yang besar sekali)

Manoknop Sao hampong (Tenggelam seluruh kampung)

Tibo-tibo Mawi (Tiba-tiba saja)

Anga linonneMalli (Kalau gempanya kuat)

Uwek surui sahuli (Disusul air surut sekali)

Mahea mihawali (Segera cari)

Fanome singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)

Ede Smong kahanne (Itulah Smong namanya)

Turiang da nenekta (Sejarah nenek moyang kita)

Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)

Pesan dan navida (Pesan dan nasihatnya)

Smong yang menyelamatkan ribuan nyawa dari Tsunami Aceh

Dalam syair Smong tersebut memang jelas diungkap ciri-ciri dari gejala bencana alam tsunami, seperti guncangan kuat, air laut yang tiba-tiba surut, serta gelombang besar yang akan melanda.

Hal ini juga terjadi ketika terjadi gempa dan tsunami di pantai barat Aceh dan Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 lalu.

Berkat syair tersebut, warga Simeulue mengerti apa yang harus dilakukan sebagai langkah mitigasi yaitu segera mencari tempat yang tinggi.

Ada juga warga yang mengenali pertandanya dari perilaku kerbau yang tiba-tiba berlari tak tentu arah, dan burung-burung yang tiba-tiba beterbangan.

Warga Simeulue yang tinggal di kawasan pesisir mengenali gejala bencana ini dan menjadi daerah dengan jumlah korban jiwa paling minim.

Tercatat dari 78.000 penduduk Pulau Simeulue, korban jiwa yang jatuh saat tsunami Aceh hanya berjumlah tujuh orang.

Di tengah duka dan keprihatinan dari bencana alam terbesar tersebut, Cerita dari Pulau Simeulue ini pun mengejutkan dunia,.

Hal ini karena warga Pulau Simeulue dapat melakukan mitigasi mandiri tanpa simulasi dengan berpegang dengan budaya tutur yang mereka yakini.

Meskipun warga Simeulue tidak memiliki alat atau teknologi untuk memperingatkan terjadinya tsunami, namun mereka mampu membaca tanda-tanda alam.

Melalui Smong, kearifan lokal yang sudah diwariskan secara turun-temurun tersebut terbukti berhasil menyelamatkan banyak nyawa di Pulau Simeulue.

Sumber:
dishub.acehprov.go.id
aceh.antaranews.com
indonesiabaik.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/30/173811778/smong-kearifan-lokal-yang-selamatkan-puluhan-ribu-warga-pulau-simeulue-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke