Salin Artikel

Program Pemkot Bengkulu, dari Zero Banjir hingga RS Unik yang Semua SDM Diisi Perempuan

Hadir dalam kesempatan tersebut adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bengkulu Dr. Eko Agusrianto, M.si, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bengkulu Hendri Kurniawan, S.E., M.M., Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Sri Martiana, S.E., M.Si, dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Bengkulu Noprisman. S.T., M.Si. Kedatangan mereka mewakili Wali Kota Bengkulu, Helmi Hasan. 

Kepada Kompas.com, Sri Martiana menyampaikan update rencana pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Tino Galo yang ternyata selalin memiliki misi mulia, dalam operasionalnya memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari rumah sakit pada umumnya.  "Rumah sakit ini khusus ibu dan anak dan semua stafnya akan diisi perempuan," katanya.

RS Tino Galo merupakan rumah sakit tipe C dan akan ada 104 sumber daya manusia yang diharapkan perempuan semua, mulai dari supir hingga direkturnya.

"RS yang stafnya wanita semua belum ada di Indonesia dan bahkan mungkin dunia. Cita-cita kita bisa menjadi RS Wanita Pertama. Nantinya RS Tino Galo akan bekerjasama dengan BPJS sesuai dengan arahan Pak Wali Kota yang ingin semua masyarakat terbantu," kata Martiana. 

Pemkot Bengkulu mulai mengadopsi sistem kesehatan modern dan dalam kesempatan tersebut mereka memaparkan soal Universal Health Coverage (UHC).  Melalui UHC, semua masyarakat Bengkulu tidak ada yang tidak terlayani, dan dipastikan tak ada kendala bagi warga hanya karena ketidakmampuannya.

Komitmen ini ditempuh dengan tujuan mengurangi kematian ibu dan anak. Targetnya tahun 2024 Kota Bengkulu sudah Zero Stunting dan tak ada lagi gizi buruk. Selain itu, Bengkulu juga berusaha menurunkan angka pernikahan dini dengan berkomitmen melalui MoU bersama Kementerian Agama.

Lalu mengapa ada konsep rumah sakit dengan semua SDM-nya perempuan? "Latar belakangnya, kultur di Bengkulu itu perempuannya seringkali merasa kurang nyaman dengan dokter laki-laki," kata Martiana. 

Kendala rumah sakit dengan SDM perempuan

Pihak Pemkot Bengkulu mengakui, tetap ada kendala dalam setiap prorgram termasuk RS Tino Galo ini. Mencari SDM yang semuanya perempuan pasti lebih sulit, terutama di bidang-bidang tertentu misalnya teknisi.

"Mungkin bidang yang sulit ini akan diisi dulu dengan laki-laki tetapi kedepannya diusahakan semuanya perempuan. Bidang medis khususnya penanganan melahirkan dilakukan oleh perempuan," kata Martiana.

Menurut Kadis Kominfo Kota Bengkulu Eko Agusrianto, respons masyarakat terkait konsep rumah sakit tersebut ternyata cukup tinggi karena berdekatan dengan Bantaeng, Bengkulu Tengah. Hal ini dimaksudkan agar penyebaran pertumbuhan tidak hanya ada di pusat kota.

Harapan untuk transportasi

Dalam kesempatan itu, Kadishub Kota Bengkulu Hendri Kurniawan juga menyampaikan paparan terkait harapan mereka terhadap pembangunan jalan tol dan rel kereta api di Kota Bengkulu.

Pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Bengkulu dengan kota-kota lainnya diharapkan mampu menciptakan integrasi dan konektivitas, khususnya Bengkulu dengan Lampung, Jambi, dan Sumatera Barat (Belanja Sumba).

Dengan kemudahan konektivitas dan integrasi itu, Bengkulu telah membangun kota baru yang dekat dengan bandara dan pelabuhan. "Provinsi Bengkulu juga akan ada rel kereta api. Jadi transportasi akan semakin terintegrasi dari kota baru, bandara, dan pelabuhan," kata Hendri.

Harus diakui, banyak yang harus dibenahi seperti infrastruktur di Kota Baru, perlengkapan jalan, lampu jalan, dan lain-lain. Untuk infrastruktur lampu jalan, Bengkulu sudah bisa menghemat 50-60 persen listrik dengan mengganti lampu konvensional dengan panel surya.

Diikuti dengan program “Masjidku Terang”, setiap Jumat masyarakat ke masjid untuk pemasangan dan menjaga lampu yang sudah ada. "Kami juga akan bekerja sama dengan Kadishub Jakarta untuk mereka bisa bantu identifikasi dan pendampingan," kata Hendri.

Kota Bengkulu targetkan "Zero Banjir"

Selain terkait rumah sakit unik dan harapan pengembangan infrastruktur, Pemkot Bengkulu juga punya program yang menargetkan Bengkulu tanpa babnjir atau disebut sebagai Bengkulu Zero Banjir. Tahun 2019, dataran rendah di Bengkulu memang selalu terendam banjir.

"Kendalanya di anggaran yang minim. Drainase yang ada di kota belum bisa kita permanenkan. Kita buka semua drainase yang tertutup. Saluran alami tidak ada tempat buangnya, akhirnya ya banjir," kata Kepala Dinas PUPR Kota Bengkulu Noprisman.

Untuk keluar dari problematika tersebut, Pemkot Bengkulu kemudian membuat program Zero Banjir dengan mengajak masyarakat agar ikut berpartisipasi. Masalah banjir bukanlah masalah pemkot semata. Warga harus aktif terlibat jika ingin keluar dari masalah klasik ini.

"Masyarakat kita edukasi pentingnya mengendalikan banjir, sedikit demi sedikit mereka punya kesadaran," kata Noprisman. Warga mulai bersedia merelakan areal bangunan atau areal tanaman di sepadan sungai yang memang masuk dalam daerah aliran sungai.

"Bahkan, ada tanaman sawit warga yang direlakan. Sekarang beberapa kawasan yang biasanya banjir dan ada genangan, sekarang tidak ada lagi," kata Noprisman.

Tanggul sungai kemudian juga dinaikkan agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai. "Kita menjadikan sungai sebagai wisata air, dengan dilengkapi ban karet. Masyarakat sangat antusias. Akhirnya mereka sadar juga untuk tidak membuang sampah agar bisa terus berwisata. Banjir pun bisa dikendalikan," lanjut Noprisman. 

Dari kasus tersebut, Pemkot Bengkulu mendapat pembelajaran, yaitu cara yang efektif untuk mengajak warga adalah dengan terlebih dulu memberikan edukasi, mengajak tokoh masyarakat ikut serta, dan memberikan contoh nyata.

Selama ini, kendala pengendalian banjir terkait banyaknya lahan komersial, serta banyaknya kebun kelapa dan kelapa sawit milik masyarakat. "Sempat mendapatkan penolakan, tetapi masyarakat yang areanya sudah dibuka kita jadikan contoh, jadi rapi, bagus, dan mereka tidak perlu mengeluarkan dana besar," kata Noprisman.

Akhirnya warga lain melihat sendiri dan menghubungi Pemkot Bengkulu untuk bisa dibukakan atau dibuatkan drainase. "Pembuatan drainase masih alami jadi belum dipermanenkan dan masih membutuhkan dana yang besar untuk bisa dipermanenkan," kata Noprisman.

Kota Bengkulu merupakan ibu kota Provinsi Bengkulu. Kota Bengkulu merupakan kota terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatra, setelah Kota Padang di Sumatera Barat. Di era masa lalu, Bengkulu menjadi tempat pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. 

Luas Kota Bengkulu sekitar 152,00 kilometer persegi dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 sebesar 371.828 jiwa, terdiri dari 187.655 orang laki-laki dan 184.173 orang perempuan. Kota Bengkulu Berbatasan dengan Kabupaten Seluma di Selatan, Samudra Hindia di Barat dan Kabupaten Bengkulu Tengah di Utara dan Timur.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/23/084251678/program-pemkot-bengkulu-dari-zero-banjir-hingga-rs-unik-yang-semua-sdm

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke