Banjir itu diperkirakan setinggi 20-40 centimeter (cm). Warga pun terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan desa tetangga.
"Banjir rob sering terjadi biasanya pada pukul 11.00 Wita dan merendam puluhan rumah warga," ujar Rano warga setempat saat dikonfirmasi, Jumat.
Rano berujar, ketiadaan tanggul penahan ombak menjadi salah satu penyebab air laut dengan mudah masuk dan merendam rumah warga.
Dirinya berharap, pemerintah membangun tanggul sepanjang pesisir pantai yang berdekatan permukiman warga.
"Kita berharap ada bantuan pemerintah. Apalagi peristiwa ini selalu terjadi setiap tahun," pintanya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka Yohanes Baptista menjelaskan, banjir rob tidak hanya terjadi di Kecamatan Talibura, tetapi di beberapa wilayah lain.
Di antaranya Kecamatan Magepanda, Alok Barat, Alok, Alok Timur, Kangae, dan Kewapante.
"Sampai saat ini, kami belum mendapat laporan kerusakan. Apabila ada laporan kerusakan maka kami akan berkoordinasi untuk beri bantuan," ujar Yohanes, Jumat.
Yohanes menjelaskan, banjir rob terjadi setiap tahun dan pada bulan yang sama. Sehingga masyarakat sudah terbiasa dan mengantisipasinya.
Namun, pihaknya tetap melakukan sosialisasi dan mengimbau agar masyarakat tetap waspada.
Terkait permintaan warga untuk dibangun tanggul, pihaknya berjanji akan mengusulkan ke pemerintah pusat.
"Kita di BPBD ini kan hanya ada dana belanja tak terduga (BTT) sehingga untuk tanggul itu prosedurnya panjang. Tapi kita coba upayakan melalui rehab rekon kita usulkan ke pusat," ujarnya.
https://regional.kompas.com/read/2022/06/17/170608478/banjir-rob-rendam-puluhan-rumah-di-sikka-warga-berharap-pemerintah-bangun