Salin Artikel

Asal-usul Nama Sungai Jodoh, Kisah Mah Bongsu Menolong Ular yang Berakhir Menjadi Jodohnya

KOMPAS.com - Cerita rakyat merupakan kekayaan di setiap daerah yang tersebar dari mulut ke mulut secara turun-temurun.

Asal-usul Nama Sungai Jodoh merupakan cerita rakyat Kepulauan Riau. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki beragam cerita rakyat. 

Cerita ini mengisahkan Mah Bonsu yang bertemu jodohnya di sungai, hingga sungai tersebut dinamakan Sungai Jodoh. 

Berikut ini cerita rakyat Asal-usul Nama Sungai Jodoh.

Asal-usul Nama Sungai Jodoh

Pada zaman dahulu di pedalaman Batam, ada desa yang merupakan tempat tinggal gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu.

Ia merupakan pembantu rumah tangga Mak Piah.

Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian majikan di sebuah sungai. Ia berteriak saat ada ular yang mendekat padanya.

Ternyata, ular tersebut tidak ganas, malah berenang ke sana ke mari sambil memperlihatkan luka di punggngnya.

Mah Bongsu memberanikan diri mengambil ular dan membawanya pulang.

Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga besar. Ular makin besar dan sehat, sedikit demi sedikit kulit ular mulai mengelupas.

Mah Bongsu memungut kulit ular itu dan membakarnya. Ajaibnya, asap pembakaran yang mengarah ke Singapura secara tiba-tiba akan mendatangkan tumpukan emas, uang, dan berlian.

Kalau asap pembakaran mengarah ke Jepang, maka akan mengalir berbagai alat-alat kebutuhan sehari-hari buatan Jepang ke rumah Mah Bongsu.

Jika, asap mengarah ke Kota Bandar Lampung, maka akan datang kain Tapis Lampung yang jumlahnya berkodi-kodi.

Mah Bongsu Kaya Raya 

Dalam tempo tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya-raya melebihi majikannya Mak Piah.

Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya dan memunculkan praduga kalau dia memelihara tuyul.

Beberapa tetangga bermaksud menyelidiki kekayaan Mah Bongsu, namun tidak berhasil. Mah Bongsu justru selalu membantu kesulitan para tetangganya.

Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Mereka mencari tahu ke rumah Mah Bongsu.

Saat mengintip rumah pembantunya itu, Mak Piah dan anaknya melihat ular besar, dimana kulit ular yang terkelupas lalu dibakar akan mendatangkan harta karun.

Tak lama, Mak Piah berjalan ke hutan untuk mencari ular, ia mendapatkan ular berbisa.

Ia berpikir ular tersebut akan mendatangkan harta lebih banyak ketimbang ular Mah Bongsu. Ular itu ditidurkan bersama anaknya.

Padahal, Siti Mayang takut digigit atau dililit ular itu. Mah Piah meminta anaknya bertahan sebentar karena mereka akan mendapat harta karun dengan memelihara ular itu.

Sementara, ular Mah Bongsu sudah sembuh dari lukanya. Ular yang bisa berbicara itu minta diantarkan ke sungai, tempat pertama kali ditemukan.

Ular tersebut berkata pada Mah Bongsu bahwa atas jasa telah menyelamatkannya, ular tersebut bermaksud melamar Mah Bongsu menjadi istrinya.

Mah Bongsu terkejut, dia tidak dapat menjawab sepatah katapun.

Mah Bongsu semakin bingung, karena ular menanggalkan kulitnya dan berubah menjadi pemuda tampan dan gagah.

Kulit ular berubah menjadi gedung megah yang terletak di depan pondok Mah Bongsu. Lalu, desa itu dinamakan desa 'Tiban' dari asal ketiban, artinya kejatuhan keberuntungan.

Akhirnya Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan. Pesta berlangsung tiga hari tiga malam.

Sedangkan Mak Piah tengah dirundung kesedihan, anak semata wayangnya, Siti Mayang, meninggal dipatok ular berbisa.

Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dan pemuda tampat itu dipercaya sebagai tempat jodoh, hingga sungai itu disebut Sungai Jodoh.

Sumber:

disbud.kepriprov.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/16/060000278/asal-usul-nama-sungai-jodoh-kisah-mah-bongsu-menolong-ular-yang-berakhir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke