Salin Artikel

Menengok Studio Seni Foto Gerak Cepat, Tempat Bersejarah di Semarang yang Rusak akibat Rob

Tak hanya Masjid Layur yang khas dengan Kopi Arabnya, ternyata ada satu bangunan yang memotret sejarah perkembangan Kampung Melayu Semarang.

Lokasinya tepat di tikungan sudut jalan Nomor 121, Jalan Layur, Dadapsari, Semarang Utara. Bangunan berlantai dua itu memiliki atap yang dipenuhi dedaunan pohon besar. Kemudian temboknya pun banyak yang berlubang dan dipenuhi tumbuhan liar yang menggantung.

Meski begitu, bangunan yang dulu dinamai Studio Seni Foto Gerak Cepat ini masih kokoh berdiri. Walaupun lusuh dan tak pernah dijamah orang, ternyata ada satu keluarga yang masih menempati bangunan tua ini.

Dia adalah Nurul Hidayah, anak dari Ali Mahroos, pemilik studio melegenda saat itu. Dengan ramah Nurul bercerita, studio seni foto gerak cepat sudah berdiri sejak tahun 1970-an.

Menurut Nurul, pada waktu itu, studio ini menjadi rujukan pertama orang-orang untuk mengabadikan foto.

"Dulu ramai orang-orang buat foto KTP, orang pelabuhan juga sering mampir ke sini. Soalnya studio ini penuh gambar pemandangan, jadi orang-orang pada seneng," tutur Nurul kepada Kompas.com, Senin (6/6/2022).

Selain itu, ada sisi lain yang ditawarkan studio milik Nurul, yaitu pada sisi kecepatan dalam mencetak foto. Jika saat itu studio lain memerlukan beberapa hari untuk mencetak hasil foto, studio miliknya hanya membutuhkan waktu satu jam.

“Tapi kalau kualitas jangan ditanya. Mau foto hitam putih bisa, foto kelir warna juga bisa. Dulu itu harga film murah, Rp 7.500 sudah dapat satu rol,” jelas Nurul.

Kendati demikian, studio foto ini terus beroperasi hingga terpaksa harus tutup sekitar tahun 2003 karena banjir rob.

Nurul mengaku, kini dirinya hanya bisa memandangi bekas-bekas gambar yang ditempel di tembok. Hal ini lantaran seluruh pernak-pernik gambar, album-album foto, lampu sorot, maupun kamera sudah tersimpan baik di lemari. 

"Rusaknya ya gara-gara rob itu. Mau dibenerin lagi, lah sekarang sudah tidak sepadan dengan industri digital," ucap ibu berusia 54 tahun itu.

Lebih jelas Nurul mengatakan, studio yang kini jadi rumah tinggalnya itu merupakan rumah wakaf. Berpindah dari ayahnya, kakaknya, hingga jatuh ke dirinya.

Bahkan, saat ini, rumah pojokan itu sudah diresmikan sebagai cagar budaya berdasarkan Keputusan Wali Kota Semarang Nomor 646/50/Tahun 1992.

Dengan itu, Nurul tidak pernah mengubah apa pun yang melekat pada bangunan.

"Dulu kan ini sekolah Al Irsyad, tapi udah pindah ke Gang Pethek. Wah, orang-orang pada bilang ada setannya. Selama saya tinggal di sini ya ndak ada apa-apa," ungkap Nurul.

Meski sudah tampak rapuh, gedung bersejarah itu masih sering dikunjungi orang-orang untuk sekedar bertanya atau mengulik sejarah dibaliknya.

"Dulu ada orang Singapura menawarkan untuk membuka studio kembali. Tapi melihat kondisi sekarang, mending tidak usah," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/07/061000978/menengok-studio-seni-foto-gerak-cepat-tempat-bersejarah-di-semarang-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke