Salin Artikel

Asal-usul Danau Singkarak dan Sungai Ombiln

KOMPAS.com - Danau Singkarak merupakan danau tektonik di Sumatera Barat seluas 107,8 kilometer persegi.

Lokasi Danau Singkarak masuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Danau Singkarak juga merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba.

Sungai ini juga menjadi hulu dari sungai Ombilin dan digunakan untuk menggerakan PLTA Singkarak di Kabupaten Padang Pariaman.

Dibalik keindahannya terdapat sebuah legenda yang disampaikan turun temurun mengenai asal-usul Danau Singkarak yang jadi salah satu cerita rakyat Sumatera Barat.

Asal-usul Danau Singkarak

Alkisah di Nagari Minangkabau, hiduplah keluarga Pak Buyung bersama istri dan putranya yang bernama Indra.

Sebagai anak lelaki semata wayang, Indra tumbuh menjadi anak yang rajin dan berbakti.

Indra juga memiliki ayam peliharaan bernama Taduang yang kerap menyambutnya dengan berkokok ketika pulang dari hutan.

Hanya satu kekurangan Indra, yaitu selera makannya yang sangat berlebihan. Sekali makan, Indra bisa menghabiskan setengah bakul nasi dan beberapa piring lauk.

Hal ini menjadi masalah ketika musim paceklik tiba, karena hasil hutan dan laut makin sulit diperoleh dan membuat keluarga Pak Buyung harus berhemat serta menahan rasa lapar.

Ketika makanan dan beras mulai habis, mereka pun hanya bergantung dengan hasil bumi seadanya seperti ubi dan talas.

Setelah beberapa hari keluarga Pak Buyung hanya memakan ubi, Indra mulai rewel dan menangis.

Ia mengeluh kelaparan dan meminta kedua orang tuanya untuk mencarikannya makan.

Namun ayah dan ibunya begitu malas untuk ke hutan atau melaut, karena sulitnya mencari bahan makanan.

Pak Buyung yang kesal kemudian menghardik anaknya yang terus menarik.

“Anak malas! Kalau kamu lapar, cari sendiri makannmu ke hutan atau ke laut!” ujar sang ayah.

Istrinya membela Indra karena anaknya masih terlalu kecil untuk pergi mencari makan sendiri.

Namun sang ayah berkeras karena Indra justru yang kerap menghabiskan makanan paling banyak.

Akhirnya sang istri memberi nasehat agar Indra menuruti ayahnya, dan pergi mencari makanan ke arah bukit Junjung Sirih.

Indra menurut dan pergi setelah memberi makan berpamitan dengan Taduang.

Malang, Indra kembali dengan tangan kosong tanpa bisa mendapatkan bahan makanan.

Kesokannya, Indra kembali diperintah ayahnya untuk mencari makan di laut, namun lagi-lagi ia pulang tanpa hasil.

Indra menuruti perintah sang ayah hampir sebulan lamanya tanpa hasil hingga sehingga ia juga kelelahan.

Saat ia meminta izin untuk beristirahat sang ayah justru marah dan menyebutnya anak pemalas. Indra yang tak berani melawan sang ayah akhirnya pergi melaut.

Tanpa disadari, sang ibu mengikutinya ketika Pak Buyung tengah mencari bahan makanan di hutan.

Sang ibu membawa pulang kerang pensi yang kemudian dimasak menjadi pangek.

Namun sebelum makan, Pak Buyung khawatir bahwa makanan itu tidak cukup untuk mereka bertiga.

Pak Buyung pun meminta istrinya untuk menghabiskannya diam-diam tanpa sepengetahuan Indra.

Sebagai tanda, mereka akan menyembunyikan makanan jika Taduang berkokok tanda Indra sudah dekat.

Benar saja, ketika Taduang berkokok, mereka segera membersihkan makanan dan mencuci tangan.
Indra yang kelelahan tidak mendapatkan ikan sepulang dari laut.

Ketika ia meminta makan pada orang tuanya, sang ayah menjawab bahwa tidak ada makanan dan malah menyuruhnya mencuci ijuk di laut hingga putih.

Namun karena lelah, Indra pulang dengan ijuk yang masih kotor sehingga Pak Buyung kembali memarahinya.

Dengan rasa lelah, Indra kembali ke laut untuk mencuci lagi ijuk yang dibawanya hingga benar-benar bersih.

Sepulang dari laut, Indra terkejut melihat ayah dan ibunya tertidur kekenyangan di ruang dapur dengan bekas makanan di sekitarnya.

Di periuk hanya tersisa sedikit kuah dan daging pensi bekas makanan kedua orang tuanya.

Indra sedih karena orang tuanya berbohong, namun sebagai anak yang berbakti ia hanya tidak bisa marah.

Indra pun menceritakan keluh kesahnya pada Taduang di sebuah batu besar, dan dibalas dengan bunyi kokoknya.

Tiba-tiba Taduang terbang dan membawa Indra hingga batu besarnya ikut terangkat. Makin tinggi Taduang terbang, terjadi hal yang aneh karena batu yang dibawa makin membesar.

Melihat Taduang yang semakin tidak kuat lagi, Indra menyentakkan kakinya hingga batu tersebut jatuh menghantam bukit di sekitar lautan.

Batu tersebut membentuk lubang memanjang, dan dengan cepat air dari laut menyusut memenuhi lubang dan alirannya membentuk sungai.

Sementara keberadaan Indra dan Taduang hilang tanpa jejak dan tidak diketahui keberadaannya.

Konon sejak saat itu sungai yang terbentuk disebut Sungai Batang Ombilin. Sementara air laut menjadi menyusut mengisi cekungan yang kini menjadi Danau Singkarak.

Sumber: jsni.solokkab.go.id. 

https://regional.kompas.com/read/2022/05/30/215248278/asal-usul-danau-singkarak-dan-sungai-ombiln

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke