Salin Artikel

Guru SMK di Wilayah IKN Harap Ada Saluran agar Alumni ataupun Siswa Bisa Berpartisipasi

Seperti masyarakat akademis SMK Negeri 5 Penajam Paser Utara yang berlokasi di Desa Binuang, Kecamatan Sepaku.

Dengan keterbatasan fasilitas belajar, para guru di sekolah ini tanpa henti memacu semangat siswa agar lebih giat belajar untuk menghadapi persiangan jika IKN pindah.

Meski demikian, para guru berserta 240 siswa di sekolah ini mengaku belum pernah mendapatkan sosialisasi secara langsung dari pemerintah daerah ataupun pusat perihal IKN tersebut.

“Belum ada instansi pemerintah yang sosialisasi (IKN) ke sini. Kami belum tahu apakah di sana sudah ada pembangunan atau tidak, kami tahunya ada titik nol di sana,” ungkap Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Agus Dedi saat didatangi tim Kompas.com, baru-baru ini.

“Dari kecamatan pun belum ada. Tapi kalau dari Dinas Pendidikan Kaltim ketika ada acara di sini ya sosialisasikan (IKN). Tapi kalau ke sini hanya bahas IKN belum ada,” sambung dia.

Meski begitu, Agus berharap ada saluran bagi pekerja lokal, terutama siswa-siswa termasuk alumni sekolah ini agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan IKN.

“Karena tak sosialisasi itu, jadi kami pun enggak tahu, apakah ada informasi butuh pekerja, siapa tahu perlu pekerja setidaknya ada alumni atau siswa yang bekerja di situ sesuai kemampuan,” harap dia.

Agus menjelaskan, saat ini SMKN 5 PPU memiliki empat jurusan, yakni Teknik Sepeda Motor, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer dan Jaringan, serta Administrasi Perkantoran.

Sejak isu pemindahan IKN, sekolah mulai merancang agar menambah jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik untuk mempersiapkan tenaga kerja lokal.

“Rencana tahun ajaran baru ini kami buka jurusan listrik. Jadi total ada lima jurusan di sekolah ini,” terang dia.

Angka putus sekolah tinggi

Jalan masuk dari Desa Pemaluan menuju SMKN 5 PPU masih tanah dan bebatuan. Tim Kompas.com mencari jejak sekolah yang dibangun 14 tahun silam ini.

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, dengan kondisi jalan rusak, kami menemui gerbang sekolah. Letaknya di Desa Binuang. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari titik nol IKN.

Agus menerangkan, asal-usul sekolah ini dibangun karena tingginya angka putus sekolah di daerah tersebut. Hal itu dipicu karena jauhnya akses pendidikan setingkat SMA. Kalaupun ada, letaknya jauh puluhan kilometer.

Sejak itu, beberapa orang di desa itu berinisiatif mengumpulkan anak-anak putus sekolah, lalu menitipkan sementara belajar meminjam gedung SD.

“Anak SD sekolah pagi, anak SMA sekolah sore, waktu itu masih numpang gedung,” terang Agus.

Berganti tahun, akhirnya bangunan sekolah berdiri. Awalnya bernama SMA Sepaku. Namun, belakangan diganti SMK karena pertimbangan ketersediaan serapan tenaga skill.

“Dulu awal-awal siswa hanya 30, terus naik jadi 50. Berjalan waktu terus naik jadi 100 siswa. Saat ini sekolah ini punya 240 siswa. Tiap tahunnya kami terima siswa baru berkisar 80-100 siswa,” jelas dia.

Jangan bergantung hasil alam

Sejak bergulirnya IKN dua tahun lalu, Agus menyebut para guru terus memacu belajar para siswa. Tanpa henti mereka terus mengingatkan ketatnya persaingan ke depan saat IKN sudah pindah di tempat mereka.

Kendati begitu, Agus dan para guru lain hanya sebatas motivasi saja. Tidak ditopang dengan fasilitas belajar yang memadai.

“Sekolah ini memotivasi anak-anak untuk maju. Sering kami sampaikan sejak ada isu IKN. Respons murid, takut sih enggak. Tapi semangat biasa saja. Masih ada belum sadar. Orang Indonesia itu ketika sudah terjadi baru bergerak," kata Agus.

“Saya selalu ingatkan, jangan kalian (siswa) bergantung dengan hasil alam yang masih ada. Seperti hasil pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Ketika ada IKN, semua itu akan habis," tambah dia.

Lalu apakah motivasi itu berdampak?

Agus mengakui belum maksimal karena semangat belajar siswa masih lemah. Selain itu, sebagian siswa setelah pulang sekolah masih sibuk membantu orangtua ke kebun atau kegiatan lainnya.

“Jadi secara signifikan belum perubahan nilai. Hanya, kami tanamkan kesadaran, nanti bakal jadi kota besar di sini. Sekarang anak-anak ini belum cukup pengetahun hadapi persaingan," tutup Agus.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/30/141045678/guru-smk-di-wilayah-ikn-harap-ada-saluran-agar-alumni-ataupun-siswa-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke