SEMARANG, KOMPAS.com - Ada satu cerita unik dari salah satu produksi kopi di Semarang.
Tepatnya di Dusun Jerukwangi, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Adalah Sriyanto, seorang petani pekebun yang mengolah dan mendistribusikan kopi dari kawasan Gunung Kelir.
Mugkin terdengar aneh, lantaran dirinya memberi nama produk kopinya ini dengan sebutan Kopi Kenthir.
Kenthir dalam Bahasa Jawa berarti gila. Namun, dalam hal ini, Sriyanto membuat kenthir dengan arti kenthel tur ireng.
Usaha Kopi Kenthir ini telah dimulai Sriyanto sejak tahun 2014 silam, ketika Sriyanto pulang dari Aceh.
Selama tiga tahun di sana, dirinya melihat kisah sukses para petani Kopi Gayo di Aceh. Dari situlah dirinya terinspirasi untuk membuat Kopi Kenthir di Jawa.
"Wah, kalau di tempat saya memang penghasil kopi. Jadi, kalau usaha yang potensinya ada, saya yakin akan sukses juga. Karena ada banyak peluang," tutur Sriyanto, kepada Kompas.com, Senin (30/5/2022).
Aroma kopi yang khas tercium dari olahan bubuk kopi yang sudah dipanaskan.
Sebab, menurut Sriyanto, Kopi Kenthir ini memiliki ciri khas pembeda dari kopi kebanyakan.
Dirinya mencampurkan 3 jenis kopi, yaitu robusta, arabika dan excelsa lantas jadi lah Kopi Kenthir blend.
Sriyanto menuturkan, kopi-kopi tersebut didapatkan dari ketinggian kebun kopi yang berbeda.
"Kalau robusta dari ketinggian 600-1.000 meter, arabika di sekitar 1.000 meter ke atas, kalau excelsa itu di lahan yang rendah. Itu yang bisa bikin cita rasa Kopi Kenthir jadi luar biasa," kata Sriyanto.
Sriyanto mengerjakan usaha ini secara mandiri, bukan dengan kelompok ataupun pihak lain.
Sehingga, dari proses berkebun hingga mengolah kopi, dia kerjakan dengan keluarganya sendiri.
"Lahan saya tidak luas, hanya 4.000 meter persegi. Untuk pemasaran 600 kilogram per bulan juga masih bisa saya kerjakan sendiri," tutur dia.
Dalam penjualannya, Sriyanto memasang harga mulai dari Rp 14.000 hingga Rp 172.000 dari berbagai macam ukuran.
Hingga saat ini, Sriyanto mengembangkan pemasaran Kopi Kenthir itu melalui reseller, juga menyediakan pengiriman melalui beberapa toko online.
Inovasi dan pasar luar negeri
Selain memiliki brand kopi yang unik, Sriyanto juga berhasil menciptakan hasil olahan kopi yang tak kalah menarik.
Jika biasanya ada minuman teh tarik, Sriyanto membuat Kopi Torik, yaitu kopi klotok tarik.
Tidak sulit untuk membuat Kopi Torik. Sriyanto hanya membutuhkan 2 gelas aluminium, susu putih kental manis, dan bubuk kopi kenthir.
"Kalau teh tarik di Aceh itu pakai saringan. Terus saya melihat teh tarik di Malaka. Kalau teh bisa ditarik, kopi juga bisa ditarik seperti teh tarik Malaka. Lalu saya perpadukan," tutur Sriyanto.
Bahkan, imbuh Sriyanto, Kopi Torik ini mendapat apresiasi sebagai Juara Umum Kreasi dan Inovasi (Krinova) Kabupaten Semarang.
Dengan keunikan dan cita rasa yang dimiliki Kopi Kenthir, akhirnya bisa melirik pecinta kopi dari Turki.
Sriyanto menyebutkan, hal ini berawal dari seorang kawannya yang hadir dalam pameran kopi di Eropa.
Ketika orang Turki mencoba kopi yang dibawanya, merasa cocok dan takjub dengan rasanya.
Sebab, orang Turki itu menyebut bahwa kopi dari Indonesia itu punya rasa yang sama dengan kopi-kopi di berbagai negara.
Sehingga, orang Turki tersebut menyelediki dan menemukan Kopi Kenthir dari Gunung Kelir ini.
Sriyanto bersama petani kopi di Gunung Kelir bakal mengekspor kurang lebih 100 ton ke Turki.
"Alhamdulillah ada permintaan, nanti setelah panen bulan Agustus-September, kami akan mulai mengekspor ke Turki," ucap Sriyanto.
Sriyanto berharap, bila nama Kopi Kenthir menjadi besar suatu saat nanti, akan bisa membantu kenaikan perekonomiam masyarakat setempat.
"Semoga bisa mengangkat karyawan dari masyarakat yang mungkin masih menganggur, dan pastinya membantu kesejahteraan keluarga," pungkas dia.
https://regional.kompas.com/read/2022/05/30/131826078/kisah-sriyanto-kembangkan-kopi-kenthir-hingga-tembus-pasar-internasional