Salin Artikel

Menilik Aksi "Tajir Melintir" Crazy Rich, Gaya Hidup Semu atau Menabur Empati?

Salah satunya adalah aksi crazy rich asal Brebes, Jawa Tengah, Windu Aji Suranto atau akrab disapa WAS, Rabu (18/5/2022).

Pengusaha nikel yang tinggal di Jakarta itu memberi hadiah doorpize 19 unit sepeda motor dalam perhelatan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Kabupaten Brebes, khususnya di Desa Wangandalem, Kecamatan Brebes.

Sementara itu, bagi satu calon yang kalah akan diberikan motor Yamaha N-Max. Melalui juru bicaranya, WAS mengatakan bahwa aksinya itu hanya sekedar ikut memeriahkan Pilkades.

"Tidak ada unsur intervensi apapun kecuali untuk mendongkrak partisipasi pemilih. Intinya hadiah yang disediakan dari putra asli Wangandalem dan untuk warga Wangandalem," kata Nanang Sunatmo, juru bicara WAS kepada wartawan.

Sementara itu, perwakilan Event Organizer (EO) Nur Ahmad Tashadi mengungkapkan bahwa WAS ingin Pilkades di Kecamatan Brebes berlangsung meriah dan damai.

"Beliau ingin di desa tempat kelahirannya aman dan damai tanpa ada keributan antar warga. Kepada calon kades yang bersaing untuk siap menang dan siap kalah. Begitu harapan yang memberikan doorprize," kata Nur Ahmad, kepada wartawan, Rabu.

Sebelumnya, aksi "crazy rich" Grobogan, Joko Suranto, juga jadi viral di media sosial saat dirinya membangun jalan sepanjang 1,8 kilometer di kampung halamannya di Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Proyek pembangunan jalan itu menelan biaya lebih kurang Rp 2,8 miliar dan dibiayai Joko sendiri.

Joko pun disambut meriah oleh warga Desa Jetis, Karangayung, saat pulang berlebaran.

Tak hanya itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun mengapresiasi aksi Joko itu.

"Bagus itu gotong royong," kata Ganjar usai membuka acara Ramadan Fest, UKM Virtual Expo (UVO) 2022 dengan tema "UKM Wow Anti Selow" di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin (18/4/2022).

“Jadi satu semangat agar kemudian semua jadi peduli. Kalau itu dilandasi keikhlasan, bagus menurut saya,” tambahnya.

Di era modern, kata Yoyok, media sosial menjadi memberi ruang "aktualisasi diri" seseorang dan justru menjadi gaya hidup semu.

"Crazy rich memang fenomena unik, ketika ekonomi dan teknologi informasi menjadi prioritas sebuah generasi (masyarakat) dan tanpa disadari menjadi peristiwa psikologi berupa pemaknaan diri yang semu dan melekat sebagai gaya hidup atau prestise," katanya, kepada Kompas.com (19/5/2022).

Selain itu, mantan petugas asessor utama Mabes Polri ini, yang akrab disapa Kombes Yoyok ini mengatakan, media sosial hanyalah sarana dan bukan tujuan utama hidup.

Pemahaman ini, katanya, adalah dasar utama untuk mengelola pola komunikasi yang berdaya empati bagi masyarakat.

Menguatkan empati

Di sisi lain, Yoyok menjelaskan, fenomena crazy rich ini sejatinya bisa menjadi role model bagi generasi muda dalam hal memahami kemajuan teknologi sekaligus pengembangan empati sosial.

Namun demikian, katanya, hal itu butuh keterlibatan dan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat  

"Pentingnya literasi bahwa perkembangan teknologi sebagai sesuatu yang tidak bisa dibendung, tapi kesadaran bahwa teknologi hanyalah sarana atau metode," kata Yoyok, yang juga menjabat Kepala Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (PKKKL) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

"Dinamika perkembangan generasi menjadi tanggung jawab generasi sebelumnya. Maka sebagai generasi yang lebih tua kita harus belajar untuk memahami dunia mereka tumbuh dan berkembang. Dengan cara nunggoni (ngawasi), ngancani (menemani) dan nyontoni (memberi contoh) agar tidak kehilangan ruang komunikasi lintas generasi," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/19/151201278/menilik-aksi-tajir-melintir-crazy-rich-gaya-hidup-semu-atau-menabur-empati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke