Salin Artikel

Setelah 2 Tahun, Perayaan Waisak Kembali Digelar di Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu

Perlu diketahui, vihara tersebut salah satu terbesar di Jawa Timur dengan sering menjadi jujukan tempat ibadah bagi umat buddha dari berbagai daerah dan menjadi tempat wisata religi yang sering dikunjungi wisatawan.

Penyuluh Agama Buddha dari Kantor Kementerian Agama Kota Batu Suwono mengatakan, ibadah dalam perayaan Waisak sudah dapat dilakukan dengan protokol kesehatan.

Sebelumnya, di tahun 2020 dan 2021, umat buddha belum sepenuhnya diperbolehkan beribadah ke vihara karena kasus Covid-19 belum landai.

Lebih lanjut, kegiatan Puja Bakti Waisak akan dimulai sekitar pukul 09.00 pada Senin (16/5/2022) dengan pembacaan paritta-paritta atau ayat suci.

Kegiatan akan dipimpin oleh Bhikkhu Jayamedho serta ada puluhan Bhikkhu, Samanera, dan Atthasilani lainnya yang mengikuti kegiatan itu.

"Pelaksanaannya sampai menjelang detik-detik Waisak yang jatuh pukul 11.13.46 detik WIB, umat yang datang tidak sampai 200 orang karena juga ada yang beribadah di vihara lainnya," kata Suwono saat diwawancarai pada Minggu (15/5/2022).

Untuk rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak Minggu (15/5/2022) pukul 9.00 WIB dengan Pindapata atau beberapa Bhikkhu Sangha menerima dana makanan dari masyarakat.

Para Bhikkhu mengelilingi Kampung Ngandat di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo.

Menurut Suwono, wilayah tersebut dipilih karena umat lintas agama yang ada kondusif dan mendukung adanya kegiatan itu.

"Ini tujuannya juga mengenalkan tradisi Buddhis sejak zaman buddha ada, konteksnya latihan melepas keterikatan dengan apa yang kita miliki seperti apa yang disukai," katanya.

Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan acara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kota Batu sebagai penghormatan kepada roh para pejuang Indonesia. Kegiatan ini juga diikuti oleh para Bhikkhu, Samanera dan Atthasilani dari Vihara Dhammadipa Arama.

Suwono juga mengungkapkan pada dasarnya dalam perayaan Waisak, umat Buddha sudah melaksanakan ritual Atthasila.

Kegiatan itu dilakukan satu bulan sebelum puncak peringatan Waisak atau mulai 15 April lalu. Dalam waktu sebulan itu, umat Buddha melakukan pendalaman agama dengan melakukan 8 latihan kemoralan.

"Satu melatih diri tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup, kedua melatih diri tidak mengambil barang yang tidak diberikan, ketiga melatih diri untuk tidak melakukan kehidupan yang tidak suci, keempat melatih diri untuk tidak berbohong," ungkapnya.

Selanjutnya, melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar, keenam puasa atau tidak makan setelah tengah hari, ketujuh tidak mendengarkan musik, tidak menyanyi dan menari. Terakhir, tidak tidur di tempat yang mewah atau sederhana saja.

Selain itu, pada perayaan Waisak tahun ini ada tema khusus secara nasional yakni Moderasi Beragama Membawa Kebahagiaan. Kemudian bagian dari kelompoknya yakni Sangha Theravada Indonesia mengambil sub tema yakni Moderasi Beragama Membangun Kedamaian.

Diharapkan dengan sub tema tersebut, umat Buddha dan masyarakat bisa saling menghormati sesama umat beragama di lingkungan sosialnya.

"Artinya orang berpikir jalan tengah tentang agama itu atau bukan memoderasi agamanya atau sikap kita dalam beragama maka diharapkan kita saling menghormati, mengasihi, menyayangi, saling toleransi antar umat beragama," katanya.

Bhante Khantidharo Mahathera dari Vihara Dhammadipa Arama mengatakan, Tri Suci Waisak sendiri merupakan perayaan untuk memperingati kelahiran hingga kematian Sidharta Gautama.

"Pertama kelahiran pangeran Sidharta di bulan suci, purnama seperti sekarang. Kemudian pangeran Sidharta mencapai penerangan sempurna menjadi Buddha di bulan suci bulan Waisak, dan ketiga Parinibbana atau meninggalnya sang Buddha di bulan suci atau bulan purnama," katanya.

Dia mengatakan sebenarnya pembacaan paritta-paritta atau ayat suci sudah dilakukan sejak tiga hari lalu setiap malam hari. Ada tiga kumpulan kitab suci sang Buddha atau Tipitaka yang dibacakan berupa ceramah sang Buddha selama 45 tahun.

"Itu dikumpulkan dan itu menjadi kitab suci yang dibagi tiga macam, yaitu Sutta Pitaka yakni mencatat seluruh ceramah sang Buddha, kemudian Vinaya Pitaka atau tertulis tata tertib peraturan bagi umat awam bagi para siapapun dan terutama peraturan itu tentang khotbah sang Buddha, Vinaya artinya peraturan untuk murid-murid sang Buddha, Abhidharma Pitaka artinya falsafah atau filsafat ajaran sang Buddha," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/15/182839278/setelah-2-tahun-perayaan-waisak-kembali-digelar-di-vihara-dhammadipa-arama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke