Salin Artikel

Mengapa Orang Minang Suka Merantau?

KOMPAS.com - Tradisi Merantau merupakan tradisi Suku Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat.

Tradisi merantau di Minangkabau berkaitan dengan sistem matrilineal. Sistem kekerabatan di Minangkabau berdasarkan pada garis keturunan ibu.

Lalu, apa pengaruh sistem matrilineal terhadap budaya merantau di Minangkabau.

Berikut ini hubungan sistem matrilineal dengan tradisi merantau di Minangkabau.

Sistem Matrilineal dan Tradisi Merantau

Sistem Matrilineal

Sistem kekerabatan (hubungan pertalian darah) merupakan aspek budaya yang dapat mempengaruhi adat maupun kebiasaan suatu masyarkaat.

Salah satu kebiasaan masyarakat Minangkabau adalah merantau yang juga berarti migrasi.

Laki-laki Minangkabau dianjurkan untuk merantau, karena ia tidak mewarisi harta pusaka.

Dalam sistem matrilineal, perempuan memiliki kedudukan yang istimewa dalam kaum, salah satunya berupa penguasaan harta pusaka.

Laki-laki Minangkabau dapat berusaha di atas harta pusaka, namun dia tidak dapat mewarisi harta tersebut pada anaknya, karena anaknya adalah suku lain (sesuai sistem matrilineal). Pada akhirnya, anaknya akan bersuku sama dengan ibunya.

Bagi laki-laki Minangkabau, sistem matrilineal menjadi pendorong untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.

Tradisi Merantau

Merantau sebagai cara untuk mencari kehidupan yang layak di wilayah lain. Meskipun belakangan motivasi merantau beragam, mulai berdagang, mencari pendidikan yang lebih baik, serta bekerja pada sektor formal dan non formal.

Bagi laki-laki Minangkabau, merantau adalah gerbang yang harus dilalui untuk menjadi orang yang tangguh dan dilakukan pada usia muda. Rata-rata orang Minangkabau pergi merantau dalam usia belasan tahun.

Daerah tujuan rantau rata-rata adalah perkotaan atau daerah mana saja asal ramai. Rata-rata usaha yang dilakoni adalah berdagang, biasanya mengawali dari usaha kaki lima.

Saat merantau, orang Minangkabau tidak pernah membawa modal berupa uang, mereka hanya membawa semangat dan keuletan.

Bagi orang Minangkabau, merantau adalah melawan kemiskinan.

Mereka menyadari bahwa pengangguran adalah hal yang memalukan, terutama pada tetangga, mamak, dan saudara perempuan.

Ada satu pepatah yang dilansir dari kotaku.pu.go.id, Karakok madang di hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu. Artinya adalah seorang pemuda di Minangkabau, kalau belum bekerja, dia kurang mendapat tempat atau kurang mendapat perhatian, khususnya untuk remaja serta calon mertua.

Selama di rantau, orang Minangkabau hidup hemat dan selalu mawas diri untuk masa depan. 

Meskipun di rantau, mereka akan mengirimkan uang kepada orang tua untuk memperbaiki rumah atau menebus harta yang digadai.

Jika kehidupan ekonomi sudah membaik, mereka baru pulang kampung untuk menjenguk orang tua, saudara-saudara, atau orang kampung.

Sebaliknya jika kehidupan ekonominya belum membaik, biasanya mereka belum pulang kampung.

Pada perkembangannya, tradisi merantau di Minangkabau tidak hanya dilakukan laki-laki melainkan juga perempuan.  

Sumber :
kotaku.pu.go.id:
Journal.unila.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/05/06/220933878/mengapa-orang-minang-suka-merantau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke