Ratusan warga tersebut berdiri di tengah jalan yang akan digusur sambil mengangkat poster berisi kata-kata protes.
Massa juga berteriak agar pemerintah memikirkan nasib warga dan anak cucu mereka.
Tampak pula ibu-ibu ikut berdiri sambil mengangkat poster dengan tulisan menentang keberlanjutan pembukaan jalan menuju lokasi pengembangan pariwisata milik BPOLBF.
Tolak penggusuran
Hal tersebut mereka lakukan demi mempertahankan tanah yang sudah digarap sejak puluhan tahun silam itu.
Warga tegas menolak pembangunan, sebab mereka sudah menanam berbagai komoditas pertanian yang kini menjadi sumber hidup.
Dengan diringi bunyi gong dan lagu adat, warga terus menggelorakan penolakan.
"Bapak Jokowi, bunuh saja kami daripada perintahkan BPOLBF kuasai kebun kami. Bagaimana nasib kami dan anak-anak cucu jika tanah dikuasai BPOLBF," teriak mereka lagi.
Di poster berbeda, mereka menuliskan "Bunuh dan tembak saja kami Pak Jokowi".
Koordinator aksi, Stef Herson, mengatakan, warga menolak penggusuran jalan tersebut sebab, bagi warga tanah itu adalah milik mereka yang sudah digarap sedari dulu.
Penggusuran jalan tersebut, lanjut dia, tanpa melalui koordinasi baik dengan masyarakat setempat.
"Kami tidak terima penggusuran jalan ini sebelum Bupati dan pihak terkait bertemu dengan warga. Kita bertemu dulu supaya masyarakat bisa menyampaikan aspirasi," tegas Stef.
Minta proses dihentikan
Warga pun hendak mempertahankan tanah yang diyakini sudah menjadi hak mereka.
Karena itu, dia meminta proses penggusuran jalan dihentikan sementara, sebelum pihak terkait bertemu dengan warga.
"Ekskavator ini stop dulu. Hentikan dulu aktivitasnya. Pengerjaan bisa lanjut, jika sudah ada dialog," tegas dia.
Kasat Intelkam Polres Manggarai Barat, Markus Fredriko, yang datang ke lokasi, meminta warga untuk tidak melakukan aksi pengadangan ekskavator yang menggusur jalan tersebut.
"Seharusnya Bapa-Mama tidak melakukan aksi-aksi seperti ini tanpa izin. Sebelum aksi harus ada informasi dengan kami," kata Kasat.
Ia pun meminta masyarakat untuk mengedepankan dialog agar persoalan bisa terselesaikan dengan baik.
"Saya minta perwakilan Bapa-Mama, maksimal 10 orang untuk ke Polres. Kita sama-sama mencari jalan keluar di sana. Itu maksud kami," ujarnya.
Permintaan Kasat sempat ditentang warga. Tetapi, setelah berdiskusi, warga kemudian mengutus 6 orang perwakilan berangkat ke Polres Manggarai Barat dengan catatan, penggusuran jalan dihentikan sementara.
Warga berangkat ke Polres menggunakan kendaraan pribadi. Mereka menolak naik mobil dinas Polres Manggarai Barat.
https://regional.kompas.com/read/2022/04/25/165745178/tolak-pembangunan-jalan-ke-kawasan-hutan-bowosie-warga-bapak-jokowi-bunuh