Salin Artikel

Sosok Muhammad Shohibul Fikri, Awalnya Senang Kumpulkan "Shuttlecock" Kini Juara All England

BANDUNG, KOMPAS.com - Seorang guru paruh baya berdiri di halaman SMAN 23 Bandung di Jalan Malangbong, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Senin (21/3/2022) pagi.

Simpul senyumnya merekah saat Kompas.com menemuinya di sela kegiatannya sedang mengajar.

Dia adalah Didin Rahmat (54), ayah dari Muhammad Shohibul Fikri, atlet bulu tangkis nasional yang baru saja mencatat debut manisnya di pentas All England Open.

Berduet dengan Bagas Maulana, pemuda 22 tahun asal Kota Bandung itu sukses menyabet gelar juara dengan menumbangkan seniornya, pasangan ganda Hendra/Ahsan, di Utilita Arena, Birmingham, Minggu (20/3/2022).

Senang mengumpulkan "shuttlecock"

Performa impresif Fikri tak bisa lepas dari polesan Didin. Ia bercerita, Fikri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara hasil pernikahannya dengan Lia Sarimanah (52).

Sejak kecil, Fikri sudah akrab dengan dunia bulu tangkis karena profesi Didin sebagai guru olahraga di SMAN 23 Bandung sekaligus pelatih bulu tangkis anak di PB Kota Bandung.

"Saya melatih anak kecil di PB Kota Bandung. Awalnya saya melatih anak yang paling besar. Karena rutinitas saya, istri sering ikut dan mengajak Fikri. Dulu dia senang ngumpulin shuttlecock," ucap Didin saat berbincang di ruang tamu sekolah.

Saat Fikri sekolah dasar, Didin mulai melirik bakatnya. Secara perlahan, ia terus membimbing Fikri hingga mampu menorehkan prestasi di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Jawa Barat.

"Dia juara dua O2SN Jabar saat kelas 5 SD," kata pria yang sudah menjadi guru sejak tahun 1994 itu.

Didin pun mulai menerapkan latihan tambahan sejalan dengan minat besar Fikri terhadap dunia bulu tangkis.

Kebiasaan itu terus tumbuh hingga Fikri bergabung dengan SGS PLN Bandung dan Pusdiklat Telkom sebelum bergabung di pelatnas.

"Saat kecil saya sering minta dia untuk nambah latihan. Dianya juga enggak pernah nolak. Saat sudah dewasa, kebiasaan itu terus terbangun. Bahkan, saat di SGS PLN dan Pusdiklat Telkom, tiap Sabtu dan Minggu Fikri sering minta nambah latihan. Tentu ini juga berkat jasa dari semua pelatih," ungkapnya.

Kiprah Fikri terus berkembang dari mulai mengikuti World Junior Championship (WJC) hingga Pekan Olahraga Nasional. Akhirnya, debut manis Fikri di ajang All England Open berbuah manis.

Didin mengaku tak pernah terpikir Fikri bisa berjalan sejauh ini di All England Open. Sebab, ia sadar betul status Fikri sebagai non-unggulan.

Firasat Didin muncul saat Fikri/Bagas berhadapan dengan unggulan ketiga asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.

"Saya ada firasat setelah dia menang dari Kobayashi. Momentumnya saat membalikkan keadaan dari tertinggal 17-20 jadi 22-20. Saya melihat Fikri ada peluang buat ke final," ucap Didin.

Firasat Didin berbuah nyata. Usai menumbangkan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, Fikri/Bagas sukses menyingkirkan seniornya, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, sebelum menuntaskan perjalanannya di partai final melawan Hendra-Ahsan.

Fikri/Bagas bahkan disebut sebagai "Giant Killer" atas performa memukau mereka.

"Jelas kagetlah bisa mengalahkan para seniornya yang secara ranking jauh di atas Fikri. Mungkin ini sudah garis tangan Allah," paparnya.

Tak berpuas diri

Selama obrolan berlangsung, Didin tampak biasa saja menyambut kemenangan Fikri. Sikap itu, kata Didin, ia tunjukkan agar Fikri tak cepat berpuas diri.

"Saat nonton bareng mah ya kami keluarga senang. Tapi saya tidak ingin dia terlalu euforia. Mungkin ini rezeki bagi kami, khususnya istri saya yang paling banyak berkorban untuk Fikri," ucap Didin.

Pesan itu pun Didin sampaikan kepada Fikri sesaat setelah partai final lewat sambungan telepon. Sebagai seorang pengajar, Didin juga mengingatkan tentang pendidikan Fikri.

"Tadi malam pas ke kamar dia telepon, dia bangga. Tetap saya mengingatkan ini baru permulaan. Saya bilang, 'Aa jangan merasa puas dengan prestasi ini'. Sekarang ini baru mulai kiprah internasional, perlu pembuktian di event lain. Jaga gaya hidup, pola hidup, karena kita mah atlet. Sikap, etika, selalu kita jaga. Karena etika itu bisa bikin orang sukses atau jatuh. Harapan saya bisa masuk olimpiade," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/21/124307778/sosok-muhammad-shohibul-fikri-awalnya-senang-kumpulkan-shuttlecock-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke