Salin Artikel

Cerita Ibu Hamil di Kutim yang Menunggu Dievakuasi Saat Terjebak Banjir

Ia harus bertahan di lantai dua rumahnya sembari menunggu petugas datang untuk mengevakuasinya.

Jurnalis salah satu media online tersebut kaget saat hujan deras melanda Sangatta pada Jumat (18/3/2022).

Lela yang saat itu berada di rumahnya masih belum mencurigai adanya tanda-tanda banjir.

Namun sekitar 11.00 Wita, debit air sungai mulai terlihat tinggi. Di sini, Lela mulai khawatir bahwa banjir akan terjadi.

"Habis shalat Jumat air mulai naik ke jalan depan rumah. Sekitar pukul 15.00 Wita itu air sudah sepaha orang dewasa. Kaget banget, soalnya enggak pernah terjadi begini," katanya dikonfirmasi Kompas.com pada Minggu (20/3/2022) malam.

Kala itu, Lela hanya seorang diri di rumah, sang suami sedang bekerja.

Kawasan rumahnya juga terbilang sepi lantaran banyak yang sedang bekerja dan tidur siang, sehingga banyak yang tidak menyadari banjir tiba-tiba melanda.

Ia pun bergegas menuju lantai dua rumahnya sembari membawa barang yang bisa ia selamatkan.

"Pas aku buka rumah bawah, air di dalam juga sudah sepaha kan. Kondisi di bawah sudah berantakan, kasur, TV, kipas angin, mesin cuci, koleksi buku-buku, baju dan semua barang sudah mengapung. Tapi karena aku hamil besar ya nggak bisa apa-apa, pasrah aja. Cuma selamatin benda kecil yang bisa kubawa," ungkapnya.


Ia pun menunggu bantuan datang di lantai dua rumahnya seorang diri.

Hingga akhirnya sekitar 18.30 Wita, ia dibantu oleh petugas dan warga untuk dievakuasi ke tempat aman.

Setelah di evakuasi dari rumahnya, Lela mengungsi di rumah ibunya.

Hingga saat ini, ia masih mengungsi dan menunggu banjir di rumahnya surut. Kondisi kandungan yang tinggal menunggu waktu itu membuatnya khawatir.

Terlebih akses di Sangatta nyaris lumpuh total, sehingga ia kerap terpikir cara menuju rumah sakit jika kandungannya mulai bereaksi.

"Aku enggak bisa ke dokter, jadi alternatif kalau pun harus lahiran pilihanku cuma puskesmas doang, itu saja yang bisa diakses. Rumah sakit jauh soalnya dari tempatku, enggak ada jalan menuju rumah sakit, jalan ketutup semua," jelasnya.

Di lain sisi, Lela menyayangkan bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya belum ada satu pun yang datang.

Mau tak mau, warga inisiatif membangun dapur umum sendiri di lingkungan rumah Lela.

"Memang enggak ada masuk sama sekali bantuan. Kami bikin dapur umum warga di RT ku saja. Dari hari pertama juga mati listrik, PDAM juga mati dari kemarin, jadi kondisi agak sulit di sini," tuturnya.

Saat ini yang dibutuhkan warga adalah bahan makanan serta perlengkapan bayi dan obat-obatan.

Warga mengaku baru bisa mendapatkan bahan makanan sejak Minggu (20/3/2022).

"Bahan makanan yang paling penting, karena di sini kami butuh makan, sebab warung dan toko juga pada tutup," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/20/224238978/cerita-ibu-hamil-di-kutim-yang-menunggu-dievakuasi-saat-terjebak-banjir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke