Kegiatan tersebut difasilitasi oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Pondok Pesantren Al-Quran, Narukan Kragan, Rembang pada Rabu (16/3/2022).
Usai mengikuti kajian tersebut, salah seorang eks napiter, Sufyan Tsauri bercerita tentang susahnya terbebas dari paham terorisme.
Menurutnya, perlu waktu yang tidak sedikit untuk terbebas dari paham radikal tersebut.
"Kalau sudah terkena doktrin, kalau mau mengubah mindset susah. Jadi kadang mereka ini perlu waktu, maka jangan pernah ikutan-ikutan masuk ke kelompok ini," ucap Sufyan Tsauri.
Sufyan yang merupakan mantan polisi ini menyebut seseorang yang sudah masuk ke kelompok teroris, maka akan sulit untuk keluar dari pemikiran-pemikiran radikal.
Ia yang juga Koordinator lapangan (korlap) Persatuan Alumni Napiter NKRI Seluruh Indonesia (PANNSI) itu mengaku, kesulitan untuk kembali ke masyarakat karena paham radikal yang sempat dimiliki oleh sebagian besar eks napiter.
"Kita untuk membunuh stigmatisasi bahwa kita itu teroris itu sulit, maka butuh waktu, butuh kepercayaan kepada masyarakat, dan mereka juga berhati-hati, maka kemudian teman-teman yang sudah tobat kita harus ikrarkan tunjukkan bahwa kita sudah steril, sudah move on dari pemikiran-pemikiran tersebut," jelas dia.
Apabila dapat keluar dari paham terorisme, mereka juga akan diperlakukan tidak baik oleh kelompok yang masih terjebak dalam paham tersebut.
"Kami banyak dikecam, dituduh jadi antek-antek BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) antek-antek taghut NKRI, tapi itu tidak pernah menyurutkan kami untuk kembali ke NKRI, karena kami menganggap rujuk dari pemahaman lama itu jauh lebih baik," ujar dia.
Meskipun begitu, Sufyan Tsauri bersama dengan eks napiter lainnya bertekad untuk memberikan pengajaran bagi masyarakat agar tidak terjerembab dalam paham terorisme.
"Insya Allah kita akan terus mengedukasi masyarakat terkait kelompok-kelompok radikal yang mengancam bangsa dan negara ini, mengancam perpecahan dan kesatuan bangsa," kata dia.
https://regional.kompas.com/read/2022/03/17/173207978/ngaji-bareng-gus-baha-eks-napi-ceritakan-sulitnya-keluar-dari-paham