Salin Artikel

Wali Kota Sawahlunto Bicara soal Dulur Tunggal Sekapal Saat Berkunjung ke Blora

Bahkan acara tersebut turut dihadiri Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta yang jauh-jauh meninggalkan wilayahnya di Sumatera Barat.

Memang, dua daerah ini terkait karena pembuangan tokoh pejuang Samin Surosentiko dari Blora ke Sawahlunto.

Jejak Samin Surosentiko di Sawahlunto

Deri Asta, selaku kepala daerah wilayah Sawahlunto menceritakan jejak keberadaan Samin Surosentiko di daerah yang dijuluki sebagai Kota Arang tersebut.

"Karena di Sawahlunto ini masih ada keturunan-keturunan keluarga Mbah Samin yang terkumpul dalam keluarga Dulur Tunggal Sekapal, ini konon katanya yang satu kapal bersama-sama sampai ke Sawahlunto," ucap Deri.

Pemerintah kolonial mengeluarkan semacam surat untuk memanfaatkan tahanan di wilayah jajahan agar melakukan aktivitas penambangan batu bara.

"Salah satunya tokoh masyarakat di sini Mbah Samin Surosentiko yang termasuk yang ditangkap dan dijadikan tahanan perang," kata dia.

Samin Surosentiko Dianggap Pemberontak oleh Kolonial Belanda

Tahanan yang berada di pertambangan batu bara di Sawahlunto merupakan tahanan yang terakhir dan termasuk tahanan yang berat.

"Kalau orang ke Sawahlunto berarti pelanggarannya menurut Belanda adalah pelanggan berat" sebut Deri.

Mbah Samin dan para pekerja tambang lainnya pun hanya diberikan identitas berupa nomor, bahkan sampai meninggal dunia.

“Pak Samin dengan delapan orang pengikutnya dibawa ke Sawahlunto dijadikan buruh tambang tenaga kerja paksa yang disebut dengan orang rantai, orang rantai bekerjanya dirantai mengambil batu bara di tambang,” jelas dia.

“Tapi karena Belanda juga takut ini buruh-buruh yang dipekerjakan ini menurutnya orang berbahaya, pemberontak, itu dirantai, itu adalah sejarah kejam penjajahan pemerintahan kolonial Belanda,” imbuh dia.

Meski demikian, terdapat perbedaan pola pikir antara penjajah dan masyarakat yang dijajah tentang apa yang dilakukan Samin Surosentiko. 

“Kalau bicara pelanggaran berat, tentu ada perbedaan pendapat. Kalau menurut Belanda itu pelanggaran atau pemberontak, kalau menurut kita adalah pahlawan, itu perbedaan mindset atau pola pikir antara penjajah dengan orang yang dijajah," ujar dia.

Dulur Tunggal Sekapal di Sawahlunto Diduga Kuat Bagian Sedulur Sikep

Deri mengatakan sampai saat ini, para keluarga eks pekerja tambang zaman kolonial yang ada di Sawahlunto masih memiliki kekerabatan dalam bentuk ‘Dulur Tunggal Sekapal’.

Istilah tersebut diberikan kepada keturunan Samin Surosentiko dan pengikutnya yang berada dalam satu kapal saat dipekerjakan di Sawahlunto.

"Ini sejarah yang kita punya, dan sampai hari ini keluarga pekerja tambang masih ada di Sawahlunto dalam bentuk kekerabatan dulur tunggal sekapal dan hidup berdampingan bersama-sama seluruh masyarakat yang ada di Sawahlunto," terang dia.

“Masih banyak buku-buku literatur sejarah yang berbeda oleh karena itu saya dengan Pak Bupati melakukan Webinar, harus ada kajian yang lebih komprehensif,” ucap dia.

Sehingga, nantinya Pemerintah Kota Sawahlunto berencana menjalin kerja sama lebih lanjut dengan Pemerintah Kabupaten Blora untuk menggali potensi budaya yang ada.

“Ke depan tentu kita harus kaji lagi, kami diskusi panjang lebar dengan Pak Bupati,  tadi mungkin akan ada rencana MoU atau semacam kesepakatan kerja sama untuk menggali potensi budaya dan silaturahmi. Sebab kedatangan kami ke sini mewakili pemerintah kota Sawahlunto dan mewakili keluarga-keluarga Samin yang sekarang masih ada," jelas dia.

Tak lupa, Deri Asta menyampaikan rasa terima kasih telah diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan masyarakat Sedulur Sikep.

“Kami terima kasih diundang ke sini dan kami memang khusus menyediakan waktu untuk berkumpul bersilaturahmi dengan saudara-saudara kami di sini," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/17/155925378/wali-kota-sawahlunto-bicara-soal-dulur-tunggal-sekapal-saat-berkunjung-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke